Silat Minangkabau: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up, replaced: kaedah → kaidah using AWB |
k Bot: Penggantian teks otomatis (- tapi + tetapi) |
||
Baris 9:
* ''parik paga dalam nagari'' (sistem pertahanan negeri).
Untuk dua alasan ini, maka masyarakat Minangkabau pada tempo dahulunya perlu memiliki sistem pertahanan yang baik untuk mempertahankan diri dan negerinya dari ancaman musuh kapan saja. Silek tidak saja sebagai alat untuk beladiri,
* Kata '''''mancak''''' atau dikatakan juga sebagai ''bungo silek'' (bunga silat) adalah berupa gerakan-gerakan tarian silat yang dipamerkan di dalam acara-acara adat atau acara-acara seremoni lainnya. Gerakan-gerakan untuk mancak diupayakan '''seindah dan sebagus mungkin''' karena untuk pertunjukan.<ref>[http://www.youtube.com/watch?v=a_rS_qPvJfo video yang memperlihatkan gerakan mencak.]</ref>
* Kata '''''silek''''' itu sendiri bukanlah untuk tari-tarian itu lagi, melainkan suatu seni pertempuran yang dipergunakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, sehingga gerakan-gerakan diupayakan '''sesedikit mungkin, cepat, tepat, dan melumpuhkan lawan'''.<ref>[http://www.youtube.com/watch?v=4e45RhGgRgo&feature=fvw Contoh aplikasi gerakan silek]</ref>
Baris 75:
* ''kain putiah'' (kain putih) : pakaian murid itu adalah pakaian yang bersih, silek ini akan menjadi pakaian bagi murid, merupakan pakaian yang bersih
* pisau : setelah latihan ini, maka si murid tidak akan dilukai oleh pisau, karena memiliki ilmu setajam pisau
* ''lado kutu'' (cawe rawit), garam dan ''gulo''(gula) : ilmu silat ini memakai ''raso'' (rasa), karena semakin mahir orang melakukan sesuatu biasanya mereka tidak berpikir lagi,
* '' endong sapatagak (Baju Silat satu Stel) : Untuk mengajar silat kepada anak sasiannya (murid) seorang guru memerlukan pakaian silat yang bagus yang bisa dipakai selama melatih muridnya sampai tamat (Putuih Kaji), maka sudah sepatutnya dan sepantasnya bagi seorang murid untuk menyediakan seragam latihan bagi gurunya untuk melatih para muridnya,jangan sampai malah merepotkan guru yang akan menurunkan ilmunya kepada muridnya.
* ''bareh jo pitih'' (beras dan uang) : belajar silat akan menyita waktu guru, oleh karena itu sudah menjadi kewajiban bagi murid mempertimbangkan nilai dari waktu yang dihabiskan oleh guru. Di samping itu beras yang dibawa juga akan dimakan bersama sesama anggota [[sasaran silek]] (tempat berlatih silat dinamai sasaran ada juga yang menyebut laman ). Nilai uang dan beras tidak ditentukan jumlahnya. Namun setidaknya beras itu dibawa satu atau dua liter, sedangkah untuk uang, itu terpulang kepada kemampuan ekonomi si murid untuk mempertimbangkannya.
Baris 91:
Seperti yang berlaku pada perguruan beladiri manapun bahwa semenjak saat itu saudara seperguruan adalah seperti saudara sendiri. Di dalam istilah Minangkabau dikatakan bahwa saudara seperguruan itu ''saasok sakumayan'' (satu asap satu kemenyan) atau sabatin artinya dia adalah bagian dari diri kita dan berlaku hukum saling melindungi.
Prosesi ini '''tidak sama''' tiap sasaran silek, ada pula guru yang tidak meminta membawa apa-apa, sehingga tidak ada prosesi penerimaan murid seperti yang diuraikan di atas,
==== Jadwal Latihan ====
Baris 157:
==== 3. ''Raso jo Pareso'' (Rasa dan Periksa) ====
* '''Raso''' (Rasa)
Raso atau rasa diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu gerakan yang tepat tanpa harus dipikirkan dulu, seperti seorang yang mahir membawakan kendaraaan, dia pasti tidak berpikir berapa centimeter harus memijak rem supaya berhenti dengan tepat tanpa goncangan,
* '''Pareso''' (Periksa)
Pareso adalah kemampuan analisis dalam waktu yang singkat atau nalar.
Baris 168:
==== 5. ''Tagang Bajelo, Kandua Badantiang'' (Tegang mengalun, Kendor Berdenting) ====
Guru silek mengatakan, jika tagang badantiang, maka ia akan putus atau rusak, dan jika kandua manjelo (mengalun) itu artinya lemah. Adapun silek Minangkabau tidaklah demikian, silat itu adalah kombinasi pas antara kelembutan dan kekuatan, dia lembut
==== 6. ''Adaik manuruik alua, alua manuruik patuik jo mungkin'' (Alami, logis dan efektif) ====
Baris 214:
* '''tikam jajak''' (tikam jejak), langkah kaki yang menggantikan posisi langkah sebelumnya. Misalkan, ketika kaki kanan dilangkahkan ke depan, kaki kiri menempati posisi jejak kaki kanan tersebut. Prinsip yang sama berlalu sebaliknya.
Salah satu Tuo Silek dari Pauah, Padang pernah ditemui suatu langkah yang agak berbeda dengan langkah dari pemain silek lain, yaitu, Tuo Silek ini mengajarkan bermain dengan ''langkah bajinjek'' (agak berjinjit) seperti kucing mengincar mangsanya dan memiliki ''langkah anak'' (langkah anak). Langkah anak ini adalah langkah kecil yang dilakukan sebelum melangkah seperti langkah silat biasa. Langkah anak ini dibuat dengan tujuan untuk mengokohkan posisi baik dalam menyerang ataupun menyambut atau bertahan dari serangan lawan. Mungkin guru silek lain menggunakan dua cara melangkah ini,
Adapun formasi dalam tahap ini adalah
Baris 232:
=== ''2. Buah (Teknik Praktis)'' ===
Maambiak buah ini berkaitan dengan pelajaran tentang '''teknik-teknik praktis''' di dalam bersilat atau buah silat, seperti ''tangkok'' (menangkap), ''ilak'' (mengelak), ''mangguntiang'' (gerakan menggunting) ''piuah'' (piuh atau pilin), ''mamatah'' (mematahkan peresendian), ''manyapu'' (sapuan), ''doroang'' (dorongan), ''enjo/egang/jujuik'' (tarik, menarik lawan dengan tangan), ''mangabek/mengunci'' (teknik kuncian), ''sudu'' (tusukan), ''daga'' (pukulan dengan bantalan telapak tangan biasanya untuk menyerang daerah rahang), dan bahkan memakai goyangan pinggul untuk melemahkan posisi tubuh lawan. ''Sadonyo anggoto tubuah iduik'' (semua anggota tubuh harus hidup dan bisa dimanfaatkan) dan juga ''dima tumbuh disitu disiang'' (posisi bagaimanapun harus bisa digunakan semaksimal mungkin untuk bertahan dan menyerang) begitu kata guru. Pada pelajaran maambiak buah, murid dituntun menggunakan nalar dan logikanya sembari mempelajari sifat-sifat fisik dari tubuh manusia dan di mana titik lemah dari tubuh itu sendiri, misalnya kalau didorong ke depan, maka lawan tidak jatuh,
Secara ringkas pelajaran yang bakal diperoleh oleh murid pada tahap ini adalah teknik mempergunakan kaki, tangan dan anggota tubuh lainnya, seperti yang diuraikan di bawah ini
Baris 252:
** ''patah'' (patahan) : teknik mematahkan jari, tangan dan kaki lawan
** ''lapak'' (tamparan) : menggunakan dua tangan untuk menampar kedua telinga lawan
** ''piciak'' (pijit) : teknik menjepit dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk. Buah piciak dipergunakan untuk menyerang titik kelemahan atau [[pressure point]] yakni titik-titik tertentu pada tubuh jika dipijit atau ditekan akan menimbulkan rasa sakit dan gerakan sentak (gerak refleks) seperti kena setrum listrik. Contoh sasaran adalah wilayah dekat lipatan siku tangan atau kaki, bawah ketiak, sekitar pergelangan tangan, selaput antara ibu jari dan telunjuk. Seni ini telah dikenal oleh bangsa Jepang dengan nama kyusho. Korea dan China juga memiliki pengetahuan tentang ini, serta berbagai bangsa lain di muka bumi selama beratus-ratus tahun yang lampau. Meskipun di Minangkabau teknik ini tidak terdokumentasi selengkap di Jepang atau Korea, teknik ini dikenal baik oleh para pendekar dan sangat bermanfaat jika menghadapi lawan yang memiliki tenaga kuat. Titik kelemahan ini tidak saja diserang dengan teknik piciak,
* '''Teknik mempergunakan kaki'''
** ''sipak, simbek, gayuang'' (sepak): menyepak lawan, biasanya alat vitalnya. Kata ''gayuang'' itu bisa juga dipergunakan untuk serangan yang menggunakan ilmu batin
|