Arjuna (seri televisi): Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- tapi + tetapi) |
perapian, replaced: dibelakang → di belakang, removed stub tag using AWB |
||
Baris 41:
| tv_com_id =
}}
'''''Arjuna (sinetron)''''' adalah sinetron kolosal produksi [[MD Entertainment]] yang ditayangkan [[Berkas:TPIlama.png|40px]] mulai [[8 Juni]] [[2015]] pada pukul 21:00 - 22:30 WIB sampai tanggal ???.
Baris 239 ⟶ 238:
Pasukan Trigarta dan Hastinapun sampai di batas Negeri Wirata. Terjadilah peperangan yang luar biasa. Peperangan pada mulanya berjalan berimbang. Namun dengan penambahan pasukan yang terus menerus dari negeri Hastina, pertahanan Wirata pun jebol.
Pasukan Wirata dapat diundurkan dari medan laga.Melihat keadaan itu, Utara mundur sambil bertahan, Utara masuk dalam kaputren. Utara ingin maju lagi, tetapi dengan kereta perang. Tetapi tidak ada seorang laki laki yang bisa mengendarai kereta perang. Mendengar itu, Kandhi Wrehatnala (Ajuna) siap menjadi sais Utara. Utara tidak mau, disaisi seorang waria. Secepat kilat Kandhi Wrehatnala menarik tangan Utara naik kereta perang, dan dengan kecepatan tinggi Kandhi Wrehatnala mengendarai kereta perang ke medan laga. Utara berkali kali menyarangkan panah panahnya pada musuh musuhnya yang hampir memasuki kotaraja Wirata. Sementara di sekitar tapal batas, Seta dan Wratsangka masih mengawal pasukan Wirata bertahan, jangan sampai musuh menjebol pertahanan di Kotaraja. Tiba tiba Kandhi Wrehatnala membelokkan Kereta perangnya ke persimpangan jalan. Utara menjadi marah dan menuduh Kandhi Wrehatnala mau melarikan diri. Kadhi Wrehatnala memerintahkan Utara untuk diam, dan Utara harus menuruti kehendak Kandhi Wrehatnala, apabila Utara mau menghendaki kemenangan dalam peperangan ini. Kandhi Wrehatnala menghentikan kereta perangnya di sebuah goa. Kandi Wrehatnala, memasuki goa. Ia mencari sesauatu di sudut goa. Ada semacam bungkusan bergelantungan di langit langit goa. Kandhi Wrehatnala mengambilnya. Ternyata bungkusan yang bergantungan di langit goa itu adalah senjata senjata Arjuna. Rupanya sewaktu mennjalani hukuman buang di hutan Arjuna menyimpan pusaka pusakanya dalam bungkusan dan digantungkan dilangit langit goa. Kandhi Wrehatnala keluar dari dalam goa, menaiki keretanya, Kandi Wrehatnala, duduk
Sementara itu di Istana Wirata, Prabu Matswapati, sedang berbincang-bincang dengan Penasehatnya,Tanda Dwijakangka. Prabu Matswapati memperkirakan peperangan antara Wirata dengan Trigarta dan Hastina, pasti dimenangkan oleh Wirata. Dan orang yang bisa mengusir masuh dari Wirata pasti Utara. Tanda Dwijakangka, memberi jawaban, bahwa Pasukan Wirata telah berhasil mengalahkan pasukan dari Trigarta dan Hastinapura. Tetapi satria yang berhasil mengundurkan musuh adalah Kandhi Wrehatnala. Mendengar itu, Prabu Matswapati marah bukan kepalang. Tutup dadu yang berada di dekatnya, diambilnya, dan dipukulkan ke muka Tanda Dwijakangka. Darah segar mengucur dari hidung dan mulut Kangka. Tapi, darah itu berwarna utih. Semuanya kaget.
Baris 246 ⟶ 245:
Semua penyamaran yang dilakukan oleh Pandawa selama ini, sekarang terbuka sudah. Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa telah berkumpul menghadap Prabu Matswapati. Ternyata Matswapati adalah kakek mereka. Pandawa menyampaikan rasa terimakasihnya yang tak terhingga, dan mohon maaf telah membohongi Eyangnya selama menyamar di Wirata. Prabu Matswapati merasa tidak ada masalah selama Pandawa di Wirata, justru Pandawa yang telah menyelamatkan Wirata dari kehancuran.
Arjuna pergi bertapa di gunung Indrakila dengan nama Begawan Mintaraga. Di saat yang sama Prabu Niwatakaca dari kerajaan Manimantaka naik ke Kahyangan, minta pada Dewa agar Dewi Supraba dijadikan istrinya. Saat itu tak ada seorang dewapun yang dapat menandingi kehebatan Prabu Niwatakaca dan Patihnya Ditya Mamangmurka. Menurut para dewa, hanya Arjunalah yang sanggup menaklukan raja raksasa tersebut. Batara Indra lalu mengirim tujuh bidadari untuk memberhentikan tapa dari Begawan Mintaraga. Ketujuh bidadari tersebut adalah Dewi Supraba sendiri, Dewi Wilutama, Dewi Leng-leng Mulat, Dewi Tunjungbiru, Dewi Warsiki, Dewi Gagarmayang dan Dewi Surendra. Tetapi ketujuh bidadari tersebut tetap saja tidak berhasil menggerakkan sang pertapa dari tempat duduknya. Setelah ketujuh bidadari tersebut kembali ke kayangan dan melaporkan kegagalannya, tiba-tiba munculah seorang raksasa besar yang mengobrak-abrik gunung Indrakila. Oleh Ciptaning, Buta tersebut di sumpah menjadi seekor babi hutan. Lalu babi hutan tersebut dipanahnya. Disaat yang bersamaan panah seorang pemburu yang bernama Keratapura. Setelah melalui perdebatan panjang dan perkelahian, ternyata Arjuna kalah. Arjuna lalu sadar bahwa yang dihadapinya tersebut adalah Sang Hyang Siwa atau Batara Guru. Ia lalu menyembah Batara Guru. Oleh Bataar Guru Arjuna diberi panah Pasopati dan diminta mengalahkan Prabu Niwatakaca.
Ternyata mengalahkan Prabu Niwatakaca tidak semudah yang dibayangkan. Arjuna lalu meminta bantuan Batari Supraba. Dengan datangnya Dewi Supraba ke tempat kediaman Prabu Niwatakaca, membuat sang Prabu sangat senang karena ia memang telah keseng-sem dengan sang dewi. Prabu Niwatakaca yang telah lupa daratan tersebut menjawab semua pertanyaan Dewi Supraba, sedang Arjuna bersembunyi di dalam gelungnya. Pertanyaan tersebut diantaranya adalah dimana letak kelemahan Prabu Niwatakaca, sang Prabu dengan tenang menjawab, kelemahannya ada di lidah. Seketika itu Arjuna muncul dan melawan Prabu Niwatakaca. Karena merasa di permainkan, Prabu Niwatakaca membanting Arjuna dan mengamuk sejadi-jadinya. Saat itu Arjuna hanya berpura-pura mati. Ketika Niwatakaca tertawa dan sesumbar akan kekuatannya, Arjuna lalu melepaskan panah Pasopatinya tepat kedalam mulut sang prabu dan tewaslah Niwatakaca.
Arjuna lalu diangkat menjadi raja di kayangan Tejamaya, tempat para bidadari selama tujuh hari (satu bulan di kayangan = satu hari di dunia). Arjuna juga boleh memilih 40 orang bidadari untuk menjadi istrinya dimana ketujuh bidadari yang menggodanya juga termasuk dalam ke-40 bidadari tersebut dan juga Dewi Dresnala, Putri Batara Brahma. Selain itu Arjuna juga mendapat mahkota emas berlian dari Batara Indra, panah Ardadali dari Batara Kuwera, dan banyak lagi. Arjuna juga diberi kesempatan untuk mengajukan suatu permintaan. Permintaan Arjuna tersebut adalah agar Pandawa jaya dalam perang Baratayuda. Hal ini menimbulkan kritik keras dari Semar yang merupakan pamong Arjuna yang menganggap Arjuna kurang bijaksana. Menurut Semar, Arjuna seharusnya tidak egois dengan memikirkan diri sendiri dan tidak memikirkan keturunan Pandawa lainnya. Dan memang benar, kesemua Putra Pandawa yang terlibat dalam Perang Baratayuda tewas.
Kendati Arjuna adalah seorang berbudi luhur namun ia tetap tidak dapat luput dari kesalahan. Hal ini menyangkut hal pilih kasih. Saat putranya Bambang Sumitra akan menikah dengan Dewi Asmarawati, Arjuna terlihat acuh tak acuh. Oleh Semar, lalu acara tersebut diambil alih sehingga pesta tersebut berlangsung dengan sangat meriah dengan mengadirkan dewa-dewa dan dewi-dewi dari kayangan. Arjuna kemudian sadar akan kekhilafannya dalam hal pilih-pilih kasih. Suatu pelajaran yang dapat dipetik disini adalah sebagai orang tua hendaknya tidak memilih-milih kasih pada anak-anaknya.
Dalam perang Baratayuda Arjuna menjadi senopati Agung Pandawa yang berhasil membunuh banyak satriya Kurawa dan juga senotapi-senopati lainnya. Yang tewas di tangan Arjuna antara lain Raden Jayadrata yang telah membunuh putra kesayangannya yaitu Abimanyu, Prabu Bogadenta, Raden Citraksa, Raden Citraksi, Raden Burisrawa, dan Adipati Karna.
Baris 273 ⟶ 266:
{{acara MNCTV}}
[[Kategori:Sinetron Indonesia tahun 2015]]
|