Kerajaan Lan Xang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 52:
Kerajaan Lan Xang selama tiga setengah abad merupakan salah satu kerajaan terbesar di [[Asia Tenggara]]. Arti dari nama Kerajaan Lan Xang sendiiri menunjukkan kekuatan dari raja dan tentara kerajaan pada masa-masa awal berdirinya.{{sfnp|Stuart-Fox| 1998| p=43–44}} Lan Xang merupakan negara pendahulu dari negara [[Laos]] serta menjadi basis bagi identitas historis dan kebudayaan nasional Laos.{{sfnp|Simms|1999| p=ix-xiii}}{{sfnp|Stuart-Fox| 1998|p=143–146}}
==
=== Asal muasal ===
Baris 88:
Kurang lebih pada waktu yang sama, seekor [[gajah putih]] telah ditangkap dan dibawa ke hadapan Raja Chakkaphat. Gajah sebagai lambang kekuasaan raja merupakan hal yang umum di Asia Tenggara dan [[Lê Thánh Tông]] meminta agar rambut gajah tersebut dibawa sebagai hadiah untuk Đại Việt. Permintaan tersebut dianggap sebagai sebuah cemoohan sehingga, menurut legenda, yang dikirim adalah sebuah kotak berisi kotoran hewan. Sebagai balasannya, bala tentara Viet berbaris dalam lima jajar untuk menundukkan Muang Phuan, yang bertemu dengan 200.000 infantri dan 2.000 kavaleri gajah Lan Xang yang dipimpin oleh putra mahkota dan tiga jenderal.{{sfnp|Simms| 1999|p=51–52}}
Đại Việt dengan susahnya memperoleh kemenangan dan berlanjut ke utara untuk mengancam [[Muang Sua]]. Raja Chakkaphat melarikan dirinya ke selatan menuju [[Vientiane]] sepanjang Sungai [[Mekong]]. Đại Việt mengambil [[Luang Prabang]] dan kemudian membagi pasukannya untuk memotong serangan. Sebagian bergerak ke barat mengambil Sipsong Panna dan mengancam Lanna sementara sebagian yang lain bergerak ke selatan menyusuri Sungai [[Mekong]] menuju [[Vientiane]]. Raja Tilok dan Lanna mengalahkan tentara bagian utara sebagai antisipasi. Sementara itu, pasukan di sekitar [[Vientiane]] bergerak di bawah komandi Pangeran Thaen Kham. Pasukan gabungan tersebut berhasil mengalahkan pasukan Đại Việt, yang bergerak menuju Muang Phuan. Walaupun hanya berjumlah 4.000 orang, Đại Việt melakukan upaya balas dendam terakhirnya dengan menghancurkan
Pangeran Thaen Kham lalu ditawari untuk mengembalikkan ayahandanya Raja Chakkphat ke atas takhta namun ia menolaknya dan menyerahkan takhta kepada anaknya yang berkuasa sebagai Suvanna Balang (Kursi Emas) pada tahun 1479. Đại Việt kemudian tidak menginvasi Lan Xang selama 200 tahun dan Lanna menjadi sekutu dekat Lan Xang.{{sfnp|Stuart-Fox| 2006|p=21–22}}{{sfnp|Bush|Elliot|Ray|2011|p=26}}
Baris 104:
Raja [[Photisarath]] (1520–1550) merupakan salah satu raja termasyhur Lan Xang. Ia menikahi Nang Yot Kham Tip dari Lanna untuk menjadi permaisurinya dan. Ia juga menikahi bangsawan-bangsawan Ayutthaya dan juga [[Longvek]].{{sfnp|Simms| 1999|p=56}} Photisarath adalah penganut ajaran Budha yang taat. Ia menajadikan agama Budha agama negara di Lan Xang. Pada tahun 1523, ia meminta salinan [[Tripiṭaka]] dari Raja Kaeo di Lanna dan pada tahun 1527 ia menghapus praktik [[Satsana Phi|pemujaan arwah]]. Pada tahun 1532, masa damai di Lan Xang berkahir ketika Muang Phuan memberontak. Photisarath membutuhkan dua tahun untuk menekan pemberontakan tersebut.{{sfnp|Simms| 1999|p=56–61}}{{sfnp|Stuart-Fox| 1998|p=74–75}}{{sfnp|Viravong| 1964| p=50–51}}
Pada tahun 1533, ia memindahkan
Pada tahun 1539, ia melakukan ziarah ke [[That Sikhottabong|Sikhottabong]] dan membangun [[That Phanom]] untuk memperkuat Lan Xang di selatan. Pada tahun yang sama pula, Photisarath menerima suaka seorang bangsawan [[orang Thai|Thai]] yang meminta perlindungannya dari Raja [[Chairacha]] dari Ayutthaya akibat pemeberontakannya yang gagal. Kejadian tersebut berujung pada serangan penuh terhadap Lan Xang yang mampu dikalahkan di ''Sala Kham'' tahun 1540.{{sfnp|Simms| 1999|p=56–61}}{{sfnp|Stuart-Fox| 1998|p=74–75}}{{sfnp|Viravong| 1964| p=50–51}}
Baris 112:
Persengketaan takhata di Lanna berlanjut namun karena letak Lanna yang berada di antara negara agresif yaitu Burma dan Ayutthaya, stabilitas dipulihkan kembali. Sebagai hadiah atas bantuannya dalam menghadapi Ayutthaya serta keterikatan keluarganya terhadap Lanna, Raja Photisarath melalui putranya, Pangeran [[Setthathirath]], ditawarkan untuk memangku takhta Lanna. Setthathirath pada 1547 dinobatkan sebagai raja di Chiang Mai. Lan Xang berada di kekuatan politik tertingginya dengan Photisarath sebagai Raja Lan Xang dan putranya yaitu Setthathirath sebagai Raja [[Lanna]]. Seperti tercatat di dalam ''Hikayat Chiang Mai'', Setthathirath mengambil kepemilikan [[Budha Zamrud]] sebagai pelindung pribadinya (yang kelak menjadi pelindung Vientiane) dan menikahi Putri Nang Thip dan Nang Tonkham.{{sfnp|Wyatt|Wichienkeeo| 1995| p=118–119}}
Kedamaian berakhir ketika pada tahun 1548, [[Perang Burma-Siam (1547–1549)|Burma menginvasi Ayutthaya]] namun tidak berhasil merebut
=== Raja Setthathirath dan invasi Burma===
[[File:Setthathirat.JPG|thumb|Patung Raja Sai Setthathirath di [[Pha That Luang]], [[Vientiane]].]]
Pada tahun 1548, [[Setthathirath|Raja Setthathirath]] (sebagai Raja Lanna) menjadikan [[Distrik Chiang Saen|Chiang Saen]] sebagai ibu kota. [[Chiang Mai]] masih memiliki kubu-kubu yang kuat di pemerintahan kerajaan sementara ancaman dari [[Burma]] dan Ayutthaya semakin besar. Setelah kematian dini ayahnya, Raja Setthathirath meninggalkan Lanna dengan dua istrinya sebagai wali. Di Lan Xang, Setthathirath dinobatkan sebagai Raja Lan Xang. Kepergian Setthathirath membuat kubu lain di Lanna menobatkan [[Yun Bayin|Chao Mekuti]] sebagai raja pada tahun 1551.{{sfnp|Wyatt|Wichienkeeo| 1995|p=120–122}}
Pada tahun 1553, Setthathirath mengirimkan pasukan untuk merebut Lanna namun dapat digagalkan. Selanjutnya pada tahun 1555, ia mengirim pasukan kembali dengan komando Sen Soulintha dan kini berhasil merebut Chiang Saen. Atas keberhasilannya, Sen Soulintha diberi gelar ''Luxai'' (Juara) dan menawarkan salah satu putrinya kepada Raja Setthathirath. Pada tahun 1556, Burma, di bawah [[Bayinnaung|Raja Bayinnaung]] menyerang Lanna. Raja Mekuti menyerah di Chiang Mai tanpa melakukan perlawanan. Burma membuatnya menjadi daerah bawahan dengan kendali militer.{{sfnp|Simms| 1999|p=71–73}}{{sfnp|Stuart-Fox| 1998|p=78}}
Pada tahun 1560, Setthathirath secara resmi memindahkan ibu kota Lan Xang dari Luang Prabang ke Vientiane, yang kelak menjadi ibu kota untuk 250 tahun berikutnya.{{sfnp|Simms| 1999|p=73}} Pemindahan ibu kota secara resmi diiringi dengan program pembangunan yang besar yang mencakup penguatan pertahanan kota, pembangunan istana resmi dan [[Haw Phra Kaew]] untuk [[Budha Zamrud]], serta pemugaran [[That Luang]] di Vientiane. Di Luang Prabang, [[Wat Xieng Thong]] dibangun kemungkinan sebagai kompensasi pemindahan ibu kota Lan Xang. Sementara itu di [[Nakhon Phanom]], pemugaran diakukan terhadap [[That Phanom]].{{sfnp|Stuart-Fox| 2006|p=61–72}}
Sebua perjanjian ditandatangani antara Lan Xang dan Ayutthaya pada tahun 1563 yang dikokohkan dengan dipinangnya Putri Thepkasattri (putri dari Ratu [[Suriyothai]] dari [[Ayutthaya (kota)|Ayutthaya]]). Akan tetapi, Raja [[Maha Chakkraphat]] mencoba untuk menukarnya dengan Putri Kaeo Fa namun ditolak.{{sfnp|Wyatt|2003|p=80}} Di tengah konflik, [[Perang Burma-Siam (1563–1564)|Burma menginvasi Ayutthaya]] bagian utara dengan bantuan [[Mahathammarachathirat (Raja Ayutthaya)|Maha Thammaracha]], Raja Muda dan Gubernur [[Phitsanulok]]. Baru pada tahun 1564, Chakkraphat mengirimkan Putri Thepkasattri ke Lan Xang bersama dengan mas kawin yang besar sebagai upaya untuk memulihkan persekutuan yang telah hancur.{{sfnp|Wyatt|2003|p=81}}
Maha Thammaracha menyerang Thepkasattri dan mengirimnya ke Burma. Thepkasattri melakukan bunuh diri setelah tiba atau saat di perjalanan. Menghadapi pasukan Burma yang lebih kuat, Chakkraphat kehilangan persekutuannya dengan Lan Xang, daerah utara Ayutthaya, dan putrinya. Untuk menghindari serangan lain di masa depan, ia tunduk di bawah Burma dan harus menyerahkan dirinya serta putranya yaitu [[Pangeran Ramesuan]] sebagai sandra kepada Raja Bayinnaung, meninggalkan [[Mahinthrathirat|Pangeran Mahinthrathirat]] sebagai Raja Ayutthaya di bawah Burma.{{sfnp|Wyatt|2003|p=81}}
Burma kemudian melihat ke utara untuk menggulingkan Raja Mekuti dari Lanna, yang tidak mendukung upaya invasi Burma di Ayutthaya tahun 1563.<ref name=geh-167-168>Harvey 1925: 167–168</ref><ref name=my-2-266-268>Maha Yazawin Vol. 2 2006: 266–268</ref> Ketika Chiang Mai jatuh ke tangan Burma, sebagaian penduduk mengungsi ke Vientiane dan Lan Xang. Raja Setthathirath yang sadar bahwa Vientiane tidak dapat bertahan jika mengalami pengepungan yang lama, memerintahkan seluruh kota untuk dievakuasi dan dikosongkan dari pasokan perang. Saat Burma berhasil merebut Vientiane, mereka terpaksa mencari pasoka ke desa-desa. Setthathirath telah mengatur serangan-serangan kecil dan [[gerilya]] untuk melawan pasukan Burma. Di tengah kelaparan, wabah penyakit, dan organisasi yang kendor, Raja Bayinnaung terpakasa mundur pada tahun 1565, menjadikan Lan Xang sebagai satu-satunya kerajaan [[orang Tai]] yang merdeka.{{sfnp|Simms| 1999|p=73–75}}{{sfnp|Stuart-Fox| 1998|p=81–82}}
==Catatan kaki==
|