Oey Tamba Sia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
NoniMelayu (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
NoniMelayu (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 7:
Tingkah-laku Oey Tamba Sia berakhir pada tindakan kriminal di mana ia memerintahkan pembunuhan Sutedjo, saudara gundiknya Mas Adjeng Gundjing yang ia kira adalah kekasihnya. Oey Tamba Sia bahkan meracuni pembantunya sendiri yang setia Tjeng Kie hanya untuk memfitnah musuhnya Lim Soe Keng Sia, anak mantu Mayor Tan Eng Goan. Dewan Tionghoa yang dipimpin Mayor Tionghoa menyelidiki tindakan Oey Tamba Sia tersebut, dan melaporkannya kepada pengadilan ''Landraad''. Oey Tamba Sia dijatuhkan hukuman gantung sampai mati di muka umum. Usaha keluarga Oey untuk naik banding ke ''Raad van Justitie'' dan permohonan [[grasi]] kepada [[Gubernur Jendral]] ditolak.
Saat fajar tanggal 7 Oktober 1856, Oey Tamba Sia dihukum gantung sampai mati di lapangan ''Stadhuis'' (sekarang [[Museum Sejarah Jakarta]]).
Pada tahun 1903, [[Thio Tjin Boen]] menerbitkan ''Tambahsia: Soewatoe tjerita jang betoel soedah kedjadian di Betawi antara tahoen 1851-1956'', karyanya yang berdasarkan riwayat Oey Tamba Sia.<ref>http://news.liputan6.com/read/99667/ioey-tambahsiai-si-tampan-yang-lupa-diri</ref> Tidak lama kemudian, pada tahun 1906, diterbitkan cerita anonim tentang Oey Tamba Sia yang dikisahkan oleh penulis Tjoa Ban Soeij dalam bentuk syair setebal 129 halaman, yaitu ''Sair swatoe tjeritajang betoel soeda kedjadian di Tanah Betawi dari halnja Oeij Tambah Sia, tatkalah Sri Padoeka toean besar Duymaer van Twist mendjabat Gouverneur General koetika tahoen 1851''. ''Tambah Sia'', karya Boan Soeij Tjoa, terbit pada tahun 1922 juga menceritakan kisah hidup Oey Tamba Sia. ==Narasumber==
|