'''Priangan''' atau '''Parahyangan''' sering diartikan sebagai tempat para ''rahyang'' atau ''[[hyang]]''. Masyarakat [[Orang Sunda|Sunda]] kuna percaya bahwa [[roh]] [[leluhur]] atau para [[dewa]] menghuni tempat-tempat yang luhur dan tinggi, maka wilayah pegunungan dianggap sebagai tempat hyang bersemayam. Berasal dari gabungan kata ''parapa-hyangrahyang-an''; ''parapa'' menunjukkan bentuk jamakawalan pa dalam basa Sunda yang bermakna tempat, ''Rahyang'' atau ''hyang'' atau ''yang'' adalah sebutan untuk raja agung atau dewa, sedangkan akhiran ''-an'' menunjukkan bentuk kata benda dari kata 'Parahyangan' yang berarti 'tempat dewa-dewa'. Awalan Pa juga diserap oleh Bahasa Indonesia menjadi Pe. Contoh lain dalam Basa Sunda nama tempat Palimanan (berarti tempat gajah, liman=gajah) karena dilokasi itu ada tempat perawatan gajah untuk pasukan kerajaan. Padurenan sebuah tempat di Bekasi juga punya makna yang sama. Lidah Jakarta melafalkannya menjadi Pedurenan, Patukangan jadi Petukangan, Patagogan jadi Petogogan, dan lain-lain.{{Citation needed|date=June 2010}}, jadi Parahyangan berarti tempat para hyang bersemayam. Sejak zaman [[Kerajaan Sunda]], wilayah jajaran pengunungan di tengah [[Jawa Barat]] dianggap sebagai kawasan suci tempat hyang bersemayam. Menurut legenda Sunda, tanah Priangan tercipta ketika para dewa tersenyum dan mencurahkan semua berkah dan restunya. Kisah ini bermaksud untuk menunjukkan keindahan dan kemolekan alam Tatar Sunda yang subur dan makmur.