Delsy Syamsumar: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Cosmetic changes |
|||
Baris 6:
Kalau perantau-perantau Minang umumnya cenderung mengadu nasib sebagai pedagang, maka berbeda dengan bocah Delsy ini yang di panggil ke Jakarta oleh penerbit dengan fasilitas cukup. Atas adanya kepastian itu Barulah ibunya mau melepas Delsy dan menginginkan anaknya tersebut menjadi “pelukis terkenal” seperti Raden Saleh dan Basuki Abdullah. Delsy sejak di SD sudah dibelikan cat minyak oleh ayahnya seorang yang pengukir Rumah Gadang. Meskipun Delsy dikenal sebagai sosok seorang pelukis komik sejarah,illustrator, wartawan masmedia dan penata artistik di berbagai banyak Film nasional,namun ia tidak meninggalkan kanvas dan cat minyak.
Ilustrasinya banyak mendapat sambutan literature-literatur seni di [[Australia]] dan [[Perancis]] sebagai
Khas lukisan Delsy banyak dianggap terletak pada kemahirannya melukiskan wanita. Namun sebenarnya kemampuan melukiskan ekpresi dan gerak tokoh-tokohnya yang komunikatif dengan pemandangan karyanya. Namun dalam melukiskan wanita, pengamat karyanya itu mengambil kesimpulan bahwa anatomi wanita-wanita dalam kanvas Delsy bagai menemukan “medan yang tepat dan kuat” menangkap daya hidup. Sudut pandang lukisan Delsy terkadang filmis, karena mungkin kehidupannya sebagai orang film mempengaruhinya. Komposisi penuangan karya-karyanya apik dan enak dipandang bagaikan sudut pengambilan gambar lewat kamera.
Pameran tunggal Delsy pernah diadakan di [[Hotel Indonesia]], [[Gedung Kesenian Jakarta]]. Lukisan karyanya pernah
Dunia film telah membenamkan Delsy cukup lama dalam kreatifitasnya dan puncaknya menjadi Art director di beberapa film legenda Indonesia, antara lain “Saur Sepuh”. Terlalu lama mendalami dunia film yang bertema legenda sejarah mendorong kreativitas Delsy didalam banyak lukisan yang bertemakan legenda dan sejarah, termasuk didalamnya merekam sejarah perjuangan bangsa Indonesia disekitar tahun 1945. Karya beliau antara lain: Sentot Alibasya Prawiradirdja (cergam), Gadjah Mada (Cergam), Christina Maria Tiahahu (cergam) dan beberapa lukisan yang menggambarkan Heroisme Cut Mutia, Kereta Api terakhir Yogyakarta, Sepasang mata bola, Dapur Umum dan karya terakhirnya ditahun 2000
== Bio Data ==
* Nama: Delsy Syamsumar (Delsy Sjamsumar)
Baris 26:
* 1962 : Sebagai Art director film “Holiday in Bali”. Persari memenangkan dekor tata warna terbaik dalam [[Festival Film Asia]], [[Tokyo]]. Memenangkan hadiah I sayembara karikatur PWI.
* 1964 – 1966 : Dekorator Hotel Indonesia d/p Teguh Karya.
* 1966 – 1970 : Sebagai wartawan dan illustrator tetap majalah “CARAKA” Ditpom, Memperoleh predikat “I’exellent Dessinateur” (lecture seni Paris)
* 1970 – 1978 : Kembali sebagai Art Director Film. Mempelopori teknik cetak poster film dan majalah (“Lavita”, “Variasi” dan “Kartini”)
* 1978 – 1982 : Terpilih menjadi Wakil Ketua kelompok seluruh Art Director Film dan Televisi Indonesia (KFT). Ditunjuk sebagai Art Director film “Buaya Deli” yang sempat mendapat penghargaan sebagai film berlatar-belakang sejarah terbaik.
* 1982 : Terpilih jadi wakil ketua “Yayasan Bengkel Seni”
* 1983 : Menata artistik 3 film (Jayaprana” dll). Ikut pameran ikatan illustrator Indonesia, Menjadi Art
* 1985 - 1986
* 1992 - 1994
* 1995
* 1996
* 1997-1998
* 1999 - :
* 2000
* 2001: Awal tahun 2001 sebagai aksi sosial bantuan bencana alam di Bengkulu dengan meneruskan goresanan Abdul Rahman Wahid (Gusdur) dan Megawati sebagai Presiden dan Wakil Presiden Reformasi. Karyanya lukisannya tersebut dilelang untuk disumbangankan bagi peristiwa bencana Bengkulu.
* 2001 : tepat tanggal 20 Juni 2001
== Prestasi ==
Delsy Syamsumar adalah pelukis dengan segudang prestasi mulai dari cergamis Unggul, Art Director Film Legenda Indonesia seperti Saur Sepuh dan film sejenisnya, yang terakhir berpredikat sebagai pelukis neo klasik. Predikat ini muncul karena kecendrungannya melukis dengan tema klasik dan teknik modern.
== Dimulai Dengan Komik ==
Bergaya, ekspresip dan romantik. Itulah ciri lukisan-lukisan komik ciptaan Delsy Syamsumar di awal kariernya yang sekaligus mengangkat popularitasnya sebagai pelukis di usia masih belasan. Pasukan Sentot Alibasya bermanouver mengacaukan resimen Jenderal Vol Jett dekat selarong, sementara pasukan besar Diponegoro menyerbu Yogyakarta. Atau Srikandi Ambon Martha Tiahahu berhasil membakar kapal Belanda, lalu dengan gesitnya berayun di tempali sambil “menggigit pedang”. Apa boleh buat fantasi Delsy dengan argumentasi sejarah cukup cukupan dan kecanduannya nonton film-film Amerika semacam “Aphace atau “ The buccaneer” mungkin, telah menghadirkan suatu temperamen yang khas dalam pertumbuhan ilustrasi penerbitan kita dikemudian hari, menjadikannya “applied illustrator” pertama yang digandrungi
== Seniman Senen ==
Delsy alias Dalasi Syamsumar asal [[Minang]] berada di [[Senen]] [[Jakarta]] sekitar [[1955]], bukannya berdagang di kaki lima, malah nongkrong sepanjang malam di warung kopi menyimak diskusi-diskusi “Seniman Senen” berkepanjangan, melalui tahun-tahun yang panjang pameo kelompok seniman gondrong yang terusir dari warung ke warung itu, hingga berkali-kali terpaksa mangkal di trotoar dan pom bensin. Agaknya tidak diharapkan oleh guru-gurunya melukis cat minyak ex. INS [[Kayutanam]] di Sumatera Barat yang menjagoinya untuk terus di ASRI jogja agar menjadi Delacroix atau Goya yang “''momentum schilderij''” kata gurunya. Delsy sendiri tidak mengerti apa itu. Malah ia lebih paham kemudian omongan rekan-rekan senior orang-orang film dan teater atau wartawan di senen seperti ceramah Misbach Yusabiran tentang neo realisme [[Italia]], teater Ibsen dan Lorca bahas [[Wayhu Sihombing]], [[Sukarno M. Noor]] dan [[Wim Umboh]], lalu hal pers film oleh Zulharmans sampai debat keras mengenai batu cincin Wahid Chan. Biasanya Delsy memang jarang bicara apa-apa, cukup mojok dengan sobatnya [[Harmoko]] dan Khaidir Rachman sambil corat-coret di kertas bekas atau kertas sisi putih bungkus rokok. “Awas ada BKM liwat!” semua terkesima, melihat satu keluarga dalam beca, bapak, ibu, anak semua berkacamata. “Barisan Kaca Mata” kata Harmoko. Suasana Riuh. “Senen…Senen tercinta!” tulis bait sajak Misbach atau memori sketsa Delsy ini merekam ekspresi Alm. Bintang Film Wahid Chan dan kesibukan pedagang sayur pukul empat pagi di kertas bekas yang dikorek dari Lumpur stasiun. “Inilah neo realisme Indonesia, lukisan-lukisan Lumpur!” teriak sobatnya lagi.
== Story Board ==
Gatal tangannya bikin sketsa dari sketsa masyarakat dan mungkin ikut berkubang di lumpurnya, barangkali telah makin memantapkan Delsy pada pelukisan karakter bangsa sendiri yang juga penuh “Action”, keuletan, kesatriaan, sok jago, licik atau kecantikan yang pasrah dan bebal. Namun komplikasi gatal tangannya telah meningkat pada realisme bahkan karikatural, seperti komiknya sesudah itu mengangkat drama sobatnya seperguruan [[Motinggo Busye]] “Malam Jahanam” yang senafas dan ketika itu masih mondar mandir Malioboro-Pasar Senen. Pengulangan versi [[Pangeran Diponegoro]] dalam komik berwarna Delsy kemudian percuma saja. Pangeran itu sebenarnya memang tidak menyerah di [[Magelang]], tapi kalah total di pasaran komik menyaingi “Pangerannya Cinderella” atau pahlawan baru “Superman”. Tetap dalam lingkaran rekan yang itu-itu juga dalam diskusi nasib Delsy pernah di ajak Sihombing dan Sukarno M. Noor bikin dekor panggung musikal, lalu Sitompul suruh bikin kritik film dalam karikatur artis untuk koran mingguan sampai [[1963]]. Teguh Karya kemudian menarik Delsy ke sanggar Karya Hotel Indonesia untuk dekor entertainment sampai [[1966]]. Namun Misbach-lah yang menobatkannya menjadi Art director film pada “Holiday in Bali” yang memenangkan dekor tata warna terbaik festival Asia, [[Tokyo]]. Ini diteruskan oleh sobatnya Motinggo Busye lagi, yang sutradara mulai [[1969]], dan mencoba sistem story-board Delsy (semacam komik) untuk pengarahan yang tepat adegan penting di film. Ini sangat membantu rekan-rekannya sutradara lain pula.
== Ilustrasi ==
Meledaknya novel-novel Motinggo Busye sekitar tahun 70 an membuat Delsy ikut naik daun kata pers gossip di Tanah Air. Lektur-lektur di Perancis mengenai pengarang-pengarang Indonesia, tak luput menyebut “I’exellent dessinatur Delsy Syamsumar” terutama untuk illustrasi-illustrasi untuk Motinggo Busye sesuai dengan tuntutan cerita, maka penerbitan gossip yang tadinya menyorot artis film, dengan popularitas Delsy melihat peluang lain untuk meningkatkan oplag. Disinyalir bahwa illustrasi-illustrasi Delsy yang sexy identik dengan wanita-wanita, isteri atau modelnya yang silih berganti meninggalkannya. Beberapa Koran dan majalah mingguan
== Pra Design ==
Kegatalan Tangan membuat poster film langsung oleh Delsy telah dimulai sejak ikut mendekor [[Film]]. [[Usmar Ismail]] Sendiri juga memesan langsung poster pertama “Pejuang” kepada Delsy untuk diteruskan oleh studio poster biasa. Dengan sanggar pertama bekas garasi sepeda yang terletak di pusat republik ini, di Menteng Raya untuk bekerja, Delsy lebih tertarik membuat eksperimen-eksperiment poster, kerja artistik, dan sebagainya, daripada membuat biro reklame yang selalu gagal. Namun ciptaan-ciptaan merek terkenal seperti logo pesawat terbang “Bouraq”, majalah jantung “Sartika” dan yang paling terkenal logo huruf majalah “Kartini” adalah gaya Delsy dalam eksperiment huruf. Eksperimen huruf berbentuk rumah minang yang dikirimnya buat Koran “Singgalang” di padang ditiru mulai dari hotel, restoran-restoran Padang, para penjahit(tailor) sampai gerobak-gerobak sate Padang diseluruh pelosok Tanah Air. Untuk kalender dan poster temple serta brosur, gaya Delsy dikenali di puskesmas dari peringatan digigit nyamuk sampai burut dan penyakit kaki gadjah. Karyanya telah mewarnai Guide Book pertama perusahaan minyak negara PERTAMINA berjudul“”penggunaan minyak pertama dalam pertempuran di laut Aceh”, yang samapai kini-pun masih dikenal dan dibicarakan pada acara-acara peringatan ditemukannya minyak pertama di Indonesia. Teristimewa dalam eksperimen poster film (1 sheet), dalam peralihan dari cetak klise timah ke offset 1970. Delsy muncul dengan poster pertamanya yang di offset “Biarkan Musim Berganti” Penyutradaraan Motinggo Busye” Konon 1975 rekannya sejak di senen bintang film komedi Alm, Mansursyah mengajaknya bikin perusahaan poster film secara serius. Tapi tempat yang disediakan Mansur untuk Studio di Sentiong sering Banjir dan banyak kambing milik penduduk.
== Tata Artistik Film ==
Suatu hari masih tahun 70 an, sebuah ledakan menembus genteng sanggarnya, percobaan untuk ledakan “sedang” yang harusnya dilakukan Rano Karno untuk film Busye “Usia Tujuh Belas” ternyata terlalu “keras” melenyapkan sepotong tangan staff Delsy di produksi Film. Jika tahun 50 – 60 an sanggar ini sering didatangi seniman senen, seniman ATNI dan pangkalan seniman dari Yogja seperti Idrus Ismail, M.Nizar, Sumantri, apalagi Motinggo Busye, maka sesudah 1970 sejumlah kader artistik film seperti Iman Tantaowi, El Badrun, Taslim dan lain-lain mulai belajar praktek disini dengan segala eksperimen. Terutama di film-film nasional sejak 1965, Delsy sebagai art director yang membawahi juru rias, decorator, penata pakaian, dan efek-efek tipuan, selalu lebih tekun untuk film-film realisme sepereti “biarkan musim berganti” atau film sejarah “buaya deli” dan lain-lain. Namun Delsy akhirnya bukanlah art director yang banyak di minta oleh produser. Terakhir di Bali 1983 untuk film “Jayaprana” versi baru, terlalu banyak menyita kesedihannya, katanya. Sebuah set perkampungan bali yang siap untuk adegan kebakaran, lebih dahulu harus diruntuhkan, karena ternyata izin shooting dari Deppen Jakarta belum di urus produser. Ketika itu sebuah telegram dari Padang menyatakan ibunya meninggal, kemudian dari KFT kehadiran anaknya sendiri sebagai juru rias dan mengawalnya
Menjelang tahun 1970 Dunia seni rupa Indonesia pernah diguncang dengan munculnya manifestasi ilustrasi yang tertampilkan dengan ekpresif dan penuh gerak. Ilustrasi itu adalah karya Delsy Syamsumar. Seorang illustrator dan pelukis kelahiran Bukittinggi yang mengadu nasib keberuntungan seni di Jakarta. Dan karya ilustrasinya nampak di berbagai majalah serta buku cerita bahkan dalam bentuk komik.
Baris 66:
Jojing Lukisan ini bisa dianggap terbaik Delsy dalam karya cat minyaknya, bukan Cuma pada kebinalan wanita montok berjoget yang digambarkan, tetapi juga pada isi yang ingin disampaikan. Seperti sebuah karya realisme sosial. Jojing bercerita tentang seorang lurah yang sedang mengadakan pesta hura-hura untuk menyertai penandatanganan surat tanah seharga ratusan juta rupiah. Disini segala keseronokan wanita wanita Delsy bagai menemukan medan yang kuat menggenggam daya hidup. Tak tepat benar apabila mau membandingkan dengan realisme Sudjojono yang berani terus terang menguak dunia kelam seperti itu. Kehidupan yang unik dalam bidang kanvas Seni Rupa Indonesia.. Bila dikaitkan dengan gaya penuturan spontan serta ekspresitas-kegarisan yg menggebu, sekilas pintas ada satu dua lukisan potret wanitanya dengan manifestasi [[Antonio Blanco]], pelukis kelahiran Spanyol yg menetap di [[Bali]]. Namun Delsy Syamsumar masih kuat berdiri pada dirinya sendiri. Dengan terus mengorek dan menekuni gaya tutur yang dibawa dunia ilustrasinya, lukisan lukisannya berusaha memadatkan pribadi khas, penuh gerak dan kemelut tersebut.
Syamsumar meninggal pada tanggal [[7 Juni]] [[2001]].
[[Kategori:Kelahiran 1935|Syamsumar, Delsy]]
|