Cut Nyak Meutia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jovan Kevin (bicara | kontrib) Perbaikan kesalahan ketik Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 4:
|image_size =
|caption = Cut Nyak Meutia
|birth_date = [[1870]]
|birth_place = {{negara|Kesultanan Aceh}} [[Keureutoe]], [[Perlak|Pirak]], [[Aceh Utara]], [[Kesultanan Aceh]]
|known_for = [[Pahlawan Nasional Indonesia]]
|death_date = [[24 Oktober]] {{death year and age|1910|1870}}
|death_place = {{flagicon|Belanda}} [[Alue Kurieng]], [[Aceh]], [[Hindia Belanda]]
|spouse =
|children =
|religion = [[Islam]]
}}
'''Tjoet Nyak Meutia''' ([[Keureutoe]], [[Perlak|Pirak]], [[Aceh Utara]], [[1870]]
Awalnya Tjoet Meutia melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad atau Teuku Tjik Tunong. Namun pada bulan Maret 1905, Tjik Tunong berhasil ditangkap Belanda dan dihukum mati di tepi pantai Lhokseumawe. Sebelum meninggal, Teuku Tjik Tunong berpesan kepada sahabatnya Pang Nagroe agar mau menikahi istrinya dan merawat anaknya Teuku Raja Sabi.
Tjoet Meutia kemudian menikah dengan Pang Nagroe sesuai wasiat suaminya dan bergabung dengan pasukan lainnya dibawah pimpinan Teuku Muda Gantoe. Pada suatu pertempuran dengan Korps [[Marechausée]] di Paya Cicem, Tjoet Meutia dan para wanita melarikan diri ke dalam hutan. Pang Nagroe sendiri terus melakukan perlawanan hingga akhirnya tewas pada tanggal 26 September 1910.
Tjoet Meutia kemudian bangkit dan terus melakukan perlawanan bersama sisa-sisa pasukkannya. Ia menyerang dan merampas pos-pos kolonial sambil bergerak menuju Gayo melewati hutan belantara. Namun pada tanggal 24 Oktober 1910, Tjoet Meutia bersama pasukkannya bentrok dengan Marechausée di Alue Kurieng. Dalam pertempuran itu Tjoet Njak Meutia gugur.
Pada tanggal 19 Desember 2016, atas jasa jasanya,
== Referensi ==
{{reflist}}
{{DEFAULTSORT:Nyak Meutia, Teuku}}
{{Pahlawan Indonesia}}
{{lifetime|1870|1910|}}
[[
[[
[[
|