Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gunawan714 (bicara | kontrib)
Gunawan714 (bicara | kontrib)
Baris 113:
Semenjak tahun [[1809]], Wilayah [[Kesultanan Banten]] sudah banyak diotak-atik penjajah Asing dengan pembagian-pembagian wilayah yang meminimalisir kekuatan pengaruh Kesultanan Banten dan untuk memperlemah perlawanan Rakyat Banten yang seringkali terus melawan. Pada saat terjadi peralihan kekuasaan di [[Nusantara]] dari [[Belanda]] kepada [[Inggris]], diakibatkan kekalahan [[Napoleon Bonaparte]] dari [[Perancis]] kepada Inggris. [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda|Gubernur Hindia Belanda]], [[Thomas Stamford Raffles]] dari pemerintahan Inggris tahun [[1813]] membagi wilayah [[Banten]] menjadi 4 [[Kabupaten]] yakni '''Banten Lor''' (Banten Utara kelak menjadi [[Kabupaten Serang]]), '''Banten Kidul''' (Banten Selatan kelak menjadi [[Kabupaten Caringin]] yang pada tahun [[1907]] masuk kedalam [[Kabupaten Pandeglang]]), '''Banten Tengah''' (Kelak menjadi [[Kabupaten Pandeglang]]) dan Banten Kulon (Banten Barat kelak menjadi [[Kabupaten Lebak]]). Pada tahun [[1816]] kekuasaan dikembalikan dari [[Inggris]] kepada [[Belanda]].
 
Pada tahun [[1832]], dikarenakan adanya perlawanan dari rakyat Banten yang terus menerus kepada pemerintah [[Hindia Belanda]], terutama dengan adanya Bajak Laut [[Selat Sunda]]. Pemerintah Belanda menganggap adanya bantuan [[Kesultanan Banten]] dalam perlawanan tersebut, sehingga pada tahun tersebut Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin dan keluarga dibuang [[Belanda]] ke [[Surabaya]] hingga wafatnya di tahun [[1899]] dan dimakamkan di Pemakaman Boto Putih Surabaya di seberang pemakaman [[Sunan Ampel]]. <ref>{{citeweb|url=http://kesultananbanten.weebly.com/sejarah-banten.htmlid|title=Sejarah Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin|website=kesultananbanten.weebly.comid}}</ref>
 
== Referensi ==