Benny G. Setiono: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Barlianto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Barlianto (bicara | kontrib)
Baris 3:
'''Benny Gatot Setiono''' (31 Oktober 1943 - 17 Januari 2017) adalah seorang sejarawan nasionalis Indonesia yang sangat mencintai negeri Indonesia dan terbeban atas kesejahteraan serta keadilan bagi rakyat Indonesia yang belum merata. Benny lahir di [[Ciracas, Jakarta Timur|Ciracas]], [[Kuningan, Kuningan|Kuningan]], Jawa Barat. Dilahirkan dari seorang ibu bernama Adiawati (Oey Lian Nio) yang walaupun seorang wanita sederhana tetapi filsafat hidupnya sangat menjadi inspirasi bagi anak-anaknya sampai hari ini. Sang ayah, Endang Sunarko (Khow Sing Eng), adalah penulis yang rajin mengirimkan artikelnya ke majalah Pantjawarna, koran Sin Po, dan sebagainya dengan nama Si Kapitung yang terkenal di zaman itu. Sunarko telah menulis beberapa buku antara lain Chiang Kai Sek dan Khong Hoe Tjoe (1941), Chuang Tse, Pudjangga yang Tadjam dan Djenaka Penaya (cetakan kesatu 1950 dan cetakan kedua 1952), Mimbar Pahlawan Wanita RRT (1952), Tiongkok Baru Kawan atau Lawan (1953), dan Hitler (1992).
 
Pada 1947, rumahnya dibakar oleh gerombolan yang menamakan diri sebagai laskar rakyat dan kakeknya menjadi korban pembunuhan laskar Hisbullah. Kejadian tersebut menyebabkan kedua orangtuanya bersama anak-anaknya mengungsi ke kota Cirebon. Dari Cirebon, mereka kemudian hijrah ke Jakarta dengan kapal motor. Benny kemudian bersekolah dan besar di Jakarta. Benny G. Setiono pernah kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Res Publica ([https://www.facebook.com/notes/tionghoa-indonesia/-baperki-ureca-dan-siauw-giok-tjhan-dalam-pembangunan-nasion-indonesia-by-siauw-/10152288606015238/ Ureca] sekarang Universitas Trisakti) hingga tingkat tiga. Namun, terpaksa drop out akibat kampusnya dibakar pada tahun 1965.
 
= Perhimpunan INTI =
[[Berkas:Logo-INTI.png|al=Perhimpunan Indonesia Tionghoa|jmpl|Perhimpunan Indonesia Tionghoa]]
 
Benny G. Setiono pernah kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Res Publica (Ureca) hingga tingkat tiga. Namun, terpaksa drop out akibat kampusnya dibakar pada tahun 1965. Pada tanggal 5 Februari 1999 Benny G. Setiono bersama 16 kawan lainnya mendirikan Perhimpunan Indonesia Tionghoa dengan nama INTI di hadapan Notaris James Herman Raharjo. [http://inti.or.id Perhimpunan INTI] adalah organisasi yang bersifat kebangsaan sesuai semangat Mukadimah UUD RI 1945, bebas, egaliter, pluralis, inklusif, demokratis, tidak bernaung atau mengikatkan diri kepada salah satu partai politik dan terbuka bagi semua Warga Negara Indonesia yang setuju pada Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, serta Tujuan [http://inti.or.id Perhimpunan INTI].
 
Menyadari sepenuhnya bahwa “Masalah Tionghoa” di Indonesia merupakan warisan sejarah kolonial yang telah membebani perjalanan sejarah bangsa Indonesia selama ini, [http://inti.or.id Perhimpunan INTI] didirikan dengan tujuan menjadi organisasi yang maju, modern, bercitra internasional, berorientasi pada Kebangsaan Indonesia, menghargai hak asasi manusia, egaliter, pluralis, inklusif, demokratis, dan transparan untuk berperan aktif dalam dinamika proses pembangunan bangsa (nation building), antara lain menyelesaikan “Masalah Tionghoa” di Indonesia, menuju terwujudnya Kebangsaan Indonesia yang kokoh, rukun bersatu dalam keharmonisan, bhinneka, saling menghargai, dan saling percaya.