Khadijah binti Khuwailid: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- tapi + tetapi)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 13:
Lamaran dari Khadijah kepada Rasulullah s.a.w . Muhammad Al-Amiin muncul di rumah Khadijah. Wanita usahawan itu Khadijah r.a. berkata: “Hai Al-Amiin, katakanlah apa keperluanmu!” (Suaranya ramah, bernada dermawan. Dengan sikap merendahkan diri tetapi tahu harga dirinya)
 
Muhammad SAW berbicara lurus, terus terang, meskipun agak malu-malu tetapi pasti. Muhammad SAW: “Kami sekeluarga memerlukan nafkah dari bagianku dalam rombongan niaga. Keluarga kami amat memerlukannya untuk mencarikan jodoh bagi anak saudaranya yang yatim piatu” (Kepalanya tertunduk, dan wanita hartawan itu memandangnya dengan penuh ketakjuban). Khadijah: ''Oh, itukah…. Muhammad, upah itu sedikit, tidak menghasilkan apa-apa bagimu untuk menutupi keperluan yang engkau maksudkan. Tetapi biarlah, nanti saya sendiri yang mencarikan calon isteri bagimu''. (Ia berhenti sejenak, meneliti). Kemudian meneruskan dengan tekanan suara memikat dan mengandung isyarat . Khadijah r.a: ''Aku hendak mengawinkanmu dengan seorang wanita bangsawan Arab. Orangnya baik, kaya, diinginkan oleh banyak raja-raja dan pembesar-pembesar Arab dan asing, tetapi ditolaknya.
 
''Kepadanyalah aku hendak membawamu''. khadijah (Khadijah tertunduk lalu melanjutkan): ''Tetapi sayang, ada aibnya…! Dia dahulu sudah pernah bersuami. Kalau engkau mau, maka dia akan menjadi pengkhidmat dan pengabdi kepadamu''. Pemuda Al-Amiin tidak menjawab. Mereka sama-sama terdiam, sama-sama terpaku dalam pemikirannya masing-masing. Yang satu memerlukan jawaban, yang lainnya tak tahu apa yang mau dijawab. Khadijah r.a tak dapat mengetahui apa yang terpendam di hati pemuda Bani Hasyim itu, pemuda yang terkenal dengan gelaran Al-Amiin (jujur). Pemuda Al-Amiin itupun mungkin belum mengetahui siapa kira-kira calon yang dimaksud oleh Khadijah r.a. Rasulullah SAW minta izin untuk pulang tanpa sesuatu keputusan yang ditinggalkan.
 
Ia menceritakan kepada Pamannya. Pemuda al-Amin berkata: ''Aku merasa amat tersinggung oleh kata-kata Khadijah. Seolah-olah dia memandang enteng dengan ucapannya ini dan itu “anu dan anu….'' Ia mengulangi apa yang dikatakan oleh perempuan kaya itu. ‘Atiqah juga marah mendengar berita itu. Dia seorang perempuan yang cepat naik darah kalau pihak yang dinilainya menyinggung kehormatan Bani Hasyim. Katanya: ''Muhammad, kalau benar demikian, aku akan mendatanginya''.
 
‘Atiqah tiba di rumah Khadijah r.a dan terus menegurnya: ''Khadijah, kalau kamu mempunyai harta kekayaan dan kebangsawan, maka kamipun memiliki kemuliaan dan kebangsawanan. Kenapa kamu menghina puteraku, anak saudaraku Muhammad?'' Khadijah r.a terkejut mendengarnya. Tak disangkanya bahwa kata-katanya itu akan dianggap penghinaan. Ia berdiri menyabarkan dan mendamaikan hati ‘Atiqah: Khadijah : ''Siapakah yang sanggup menghina keturunanmu dan sukumu? Terus terang saja kukatakan kepadamu bahwa dirikulah yang kumaksudkan kepada Muhammad Saw. Kalau ia mau, aku bersedia menikah dengannya, kalau tidak, aku pun berjanji tak akan bersuami hingga mati''. Pernyataan jujur ikhlas dari Khadijah membuat ‘Atiqah terdiam. Kedua wanita bangsawan itu sama-sama cerah. Percakapan menjadi serius. ''Tapi Khadijah, apakah suara hatimu sudah diketahui oleh sepupumu Waraqah bin Naufal?'' tanya ‘Atiqah sambil meneruskan: ''Kalau belum cobalah meminta persetujuannya.''Ia belum tahu, tetapi katakanlah kepada saudaramu, Abu Thalib, supaya mengadakan perjamuan sederhana. Jamuan minum, dimana sepupuku diundang, dan disitulah diadakan majlis lamaran''.
Baris 27:
 
Pemuda al-Amiin (Rasulullah Saw): ''Siapakah dia?'', tanya Muhammad (Saw).
Nafisah : ''Khadijah!'' Nafisah berterus terang. ''Asalkan engkau bersedia, sempurnalah segalanya. Urusannya serahkan kepadaku!'' Usaha Nafisah berhasil. Ia meninggalkan putera utama Bani Hasyim dan langsung menemui Khadijah (r.a), menceritakan kesediaan Muhammad Saw. Setelah Muhammad Saw menerima pemberitahuan dari saudara-saudaranya tentang hasil pertemuan dengan Khadijah (r.a), maka baginda tidak keberatan mendapatkan seorang janda yang usianya lima belas tahun lebih tua daripadanya. Betapa tidak setuju, apakah yang kurang pada Khadijah? Ia wanita bangsawan, cantik, hartawan, budiman.
 
Dan yang utama karena hatinya telah dibukakan Tuhan untuk mencintainya, telah ditakdirkan akan dijodohkan dengannya. Kalau dikatakan janda, biarlah! Ia memang janda umur empat puluh, tetapi janda yang masih segar, bertubuh ramping, berkulit putih dan bermata jeli. Maka diadakanlah majlis yang penuh keindahan itu. Hadir Waraqah bin Naufal dan beberapa orang-orang terkemuka Arab yang sengaja dijemput. Abu Thalib dengan resmi meminang Khadijah r.a kepada saudara sepupunya. Orang tua bijaksana itu setuju. Tetapi dia meminta tempoh untuk berunding dengan wanita yang berkenaan. Pernikahan Muhammad dengan Khadijah, Khadijah r.a diminta pendapat. Dengan jujur ia berkata kepada Waraqah: ''Hai anak sepupuku, betapa aku akan menolak Muhammad Saw padahal ia sangat amanah, memiliki keperibadian yang luhur, kemuliaan dan keturunan bangsawan, lagi pula pertalian kekeluargaannya luas''.
 
Waraqah berujar :''Benar katamu, Khadijah, hanya saja ia tak berharta''.
Sambut Khadijah ra: ''Kalau ia tak berharta, maka aku cukup berharta. Aku tak memerlukan harta lelaki. Kuwakilkan kepadamu untuk menikahkan aku dengannya''.
Waraqah bin Naufal kembali mendatangi Abu Thalib memberitakan bahwa dari pihak keluarga perempuan sudah bulat mufakat dan merestui bakal pernikahan kedua mempelai. Lamaran diterima dengan persetujuan mas kawin lima ratus dirham. Abdullah bin Abu Quhafah (Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a), sahabat akrab Muhammad Saw sejak dari masa kecil, memberikan sumbangan pakaian indah buatan Mesir, yang melambangkan kebangsawaan Quraisy, sebagaimana layaknya dipakai dalam upacara adat istiadat pernikahan agung, apalagi karena yang akan dinikahi adalah seorang hartawan dan bangsawan pula.
Baris 39:
''Sesungguhnya anak saudaraku ini, Muhammad bin Abdullah, kalau akan ditimbang dengan laki-laki manapun juga, niscaya ia lebih berat dari mereka sekalian. Walaupun ia tidak berharta, namun harta benda itu adalah bayang-bayang yang akan hilang dan sesuatu yang akan cepat perginya. Akan tetapi Muhammad , tuan-tuan sudah mengenalinya siapa dia. Dia telah melamar Khadijah binti Khuwailid. Dia akan memberikan mas kawin lima ratus dirham yang akan segera dibayarnya dengan tunai dari hartaku sendiri dan saudara-saudaraku''.
 
''Demi Allah SWT, sesungguhnya aku mempunyai firasat tentang dirinya bahwa sesudah ini, yakni di saat-saat mendatang, ia akan memperolehi berita gembira (albasyaarah) serta pengalaman-pengalaman hebat. “Semoga Allah memberkati pernikahan ini''.
 
Penyambutan untuk memeriahkan majlis pernikahan itu sangat meriah di rumah mempelai perempuan. Puluhan anak-anak lelaki dan perempuan berdiri berbaris di pintu sebelah kanan di sepanjang lorong yang dilalui oleh mempelai lelaki, mengucapkan salam marhaban kepada mempelai dan menghamburkan harum-haruman kepada para tamu dan pengiring.
 
Selesai upacara dan tamu-tamu bubar, Khadijah (r.a) membuka isi hati kepada suaminya dengan ucapan: ''Hai Al-Amiin, bergembiralah! Semua harta kekayaan ini baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang terdiri dari bangunan-bangunan, rumah-rumah, barang-barang dagangan, hamba-hamba sahaya adalah menjadi milikmu. Engkau bebas membelanjakannya ke jalan mana yang engkau redhai !''<ref>https://kehidupannabimuhammadsaw.wordpress.com/2010/07/01/kisah-cinta-diantara-siti-khadijah-ra-dengan-nabi-muhammad-saw/</ref>
 
Itulah sebagaimana Firman Allah SWT yang bermaksud: “Dan Dia (Allah) mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kekayaan”. (Adh-Dhuhaa: 8)
Alangkah bahagianya kedua pasangan mulia itu, hidup sebagai suami isteri yang sekufu, sehaluan, serasi dan secita-cita.
 
== Nafisah binti Munyah ==
Baris 56:
Diriwayatkan dalam hadits shahih, dari Abu Hurairah r.a., dia berkata :''Jibril datang kepada Nabi SAW, lalu berkata :”Wahai, Rasulullah, ini Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah, makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan kepadanya salam dari Tuhan-nya dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga, (terbuat) dari mutiara yang tiada suara ribut di dalamnya dan tiada kepayahan''.<ref>^^Shahih Bukhari, Bab Perkawinan Nabi SAW dengan Khadijah dan Keutamaannya, 1/539.</ref>
 
Dalam banyak kegiatan peribadatan Nabi Muhammad, Khadijah pasti bersama dan membantunya, seperti menyediakan air untuk mengambil [[wudhu]]. Nabi Muhammad menyebut keistimewaan terpenting Khadijah dalam salah satu sabdanya, “Di saat semua orang mengusir dan menjauhiku, ia beriman kepadaku. Ketika semua orang mendustakan aku, ia meyakini kejujuranku. Sewaktu semua orang menyisihkanku, ia menyerahkan seluruh harta kekayaannya kepadaku.”
 
== Wafatnya ==