Raden Tjetje Somantri: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 27:
Pada tahun 1907, ia menyelesaikan sekolah di DIS dan meneruskan sekolahnya di Voor Work OSVIA (Opleidingschool Voor Inlandsche Ambternaren), yakni sekolah Pamong Praja atau sekolah menak di [[Bandung]]. Ketika masih sekolah di OSVIA, ia sudah gemar menari tayub. Kegemaran menari dalam tayuban, menyebabkan ia sering bolos sekolah, dan oleh sebab itulah ia tidak menamatkan sekolahnya. Oleh pamannya, Patih Mayadipura, ia dimasukkan sebagai pegawai di suatu kecamatan di [[Purwakarta]]. Akan tetapi, karena sering mangkir, ia kemudian diberhentikan.
Belajar menari sejak usia muda. Tari Tayub dipelajarinya dari Aom Doyot, (Wedana [[Leuwiliang, Bogor]]) di Pendopo Kabupaten [[Purwakarta]] sekitar tahun 1911. Tari topeng [[Cirebon]] yang dipelajari dari Wentar dan Koncer (dalang topeng [[Cirebon]]) pada tahun [[1918]] bersama teman-teman sebayanya, antara lain Asep Berlian, Endang Thamrin, dan lain-lain. Tarian yang dipelajarinya, antara lain topeng Pamindo, topeng Klana, dan lain-lain. Ia juga belajar tari kepada dua orang guru asal Susukan-Cirebon, Kamsi dan Karta. Pada tahun [[1925]], Tjetje kemudian memperdalam tari topeng kepada salah seorang Pangeran Kesultanan Cirebon, Elang Oto Denda Kusumah. Tari-tarian yang dipelajarinya antara lain: Menak Jingga, Anjasmara, Jingga Anom Nyamba, Anjasmara, Menak Koncar, Panji, dan Kendit Birayung.
Pada tahun ini pula ia belajar wayang wong kepada Aom Menim, Camat [[Buah Batu, Bandung]]. Dalam pertunjukan wayang wong pada tahun [[1926]] yang diselenggarakan atas prakarsa [[Bupati Bandung]], Kanjeng Adipati [[Wiranatakoesoema V]], dan dikoordinir oleh R.A. Adiputra, Tjetje diberi peran tokoh Baladewa. Pada tahun ini pula ia menjadi guru tari di OSVIA dengan mengajarkan tari keurseus dan tari wayang.<ref>http://suog.co/biografi-dan-riwayat-hidup-tjetje-somantri.html</ref>
Baris 33:
== Kiprah Seni Sang Maestro ==
Pada tahun 1930, Tjetje bertemu dengan R.M. Sutignja dan banyak mendapat petunjuk tentang kepenarian Jawa. Ia juga belajar tari Jawa kepada Sudiani dan Sujono pelatih tari yang bertempat di Gedung Mardi Harjo. Sudiani dan Sujono adalah dua pelatih tari di Perkumpulan Tirtayasa dan Sekar Pakuan pimpinan Tb. Oemay Martakusumah. Sedangkan pada tahun 1935, Tjetje bertemu dengan Tb. Oemay Martakusumah, seorang pegawai Jawatan Kebudayaan Jawa Barat dan pimpinan Badan Kesenian Indonesia (BKI). Rupanya, pertemuan dengan Tb. Oemay Martakusumah menjadi berkat bagi Tjetje, ia bak peribahasa ’ikan masuk ke dalam air’.
Jiwa seninya kemudian tersalurkan, bakat dan kreativitasnya terbina. Ia kemudian dijadikan sebagai salah satu pengajar tari di BKI. Di dalam wadah kesenian itulah ia berkreativitas, menciptakan berbagai macam tarian. Tari yang diciptakannya kebanyakan tari putri, seperti tari Anjasmara, Sekarputri, Sulintang, Ratu Graeni, Kandagan, Merak, Srigati, Dewi, Topeng Koncaran, dan sebagainya. Tari-tarian putra antara lain: Kendit Birayung, Menak Jingga, Yuyu Kangkang, Panji, dan sebagainya. Sedangkan kostum tari-tariannya kebanyakan didesain oleh Tb. Oemay Martakusumah.
Baris 39:
Suatu catatan penting bahwa, karya tari Tjetje Somantri telah memperkaya khasanah seni tari [[Jawa Barat]]. Bagaimanapun ia adalah seorang koreografer pembaharu tari Sunda, yang kemudian banyak menginspirasi banyak seniman tari lainnya. Ia pulalah yang ’mendobrak’ imij penari wanita (ronggeng) dari jelek menjadi terhormat. Selain itu, ia pun berhasil membuat tradisi baru dalam menyajikan tari, yakni dengan membuat tari rampak.
Bersama para penari wanita, karya-karya tarinya seringkali dipentaskan di berbagai event, di dalam maupun di luar negeri, serta diajarkan di berbagai sekolah. Kini, sebagian karya tarinya menjadi salah satu mata kuliah/pelajaran di sekolah seni dan di perguruan tinggi seni seperti KOKAR [[Bandung]] (kini SMKI/SMK 10) Bandung, ASTI (kini STSI) Bandung, dan IKIP (kini UPI) Bandung.
R. Tjetje Somantri yang juga pengajar tari Sunda mulai melihat wilayah tari kreasi pada tahun 1946 dengan menciptakan Tari Dewi. Kemudian beberapa tari kreasi lain yang diciptakannya antara lain: Anjasmara I dan II (1946), Puragabaya (1947), Kendit Birayung (1947), Dewi Serang dan Sulintang (1948). Kemudian dari mulai tahun 1949, R Tjetje Somantri lebih banyak menciptakan tari kreasi untuk ditarikan oleh gadis-gadis, antara lain: Komala Gilang Kusumah, Ratu Graeni (1949), Topeng Koncaran, Srigati, Golek Purwokertoan (1950), Rineka Sari (1951), Kukupu (1952), Sekar Putri (1952-1954), [[Tari Merak]] (1955), Golek Rineka (1957), Nusantara, Anjasmara III dan Renggarini (1958).
Baris 51:
== Karya ==
Beberapa tari kreasi ciptaan R. Tjetje Somantri hingga kini masih diajarkan di beberapa sanggar tari, perguruan tinggi seni dan sekolah kesenian, antara lain:
* Tari Sekar Putri,
* Tari Anjasmara I, II, III,
* Tari Sulintang,
* Tari Kandagan,
* Tari Merak,
* Tari Kupu-kupu,
* Tari Ratu Graeni,
* Tari Koncaran.
* Puragabaya,
* Kendit Birayung,
* Dewi Serang dan Sulintang,
* Komala Gilang Kusumah,
* Srigati,
* Golek Purwokertoan,
* Rineka Sari,
* Golek Rineka,
* Nusantara, dan
* Renggarini. <ref>http://www.mikirbae.com/2014/11/mengenal-tokoh-tari-tradisional.html</ref>
|