Kebudayaan Dongson: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Cun Cun (bicara | kontrib)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 1:
[[Berkas:DrumFromSongDaVietnamDongSonIICultureMid1stMilleniumBCEBronze.jpg|thumb|[[Nekara]] perunggu dari Sông Đà, Vietnam]]
[[Berkas:BronzeFigurineDongsonCulture500BCE-300CEThailand.jpg|thumb|Patung perunggu kebudayaan Đông Sơn, Dong asal Thailand]]
'''Kebudayaan Đông Sơn''' adalah kebudayaan [[zaman Perunggu]] yang berkembang di Lembah Sông Hồng, [[Vietnam]]. Kebudayaan ini juga berkembang di [[Asia Tenggara]], termasuk di [[Nusantara]] dari sekitar 1000 SM sampai 1 SM.
 
Baris 10:
 
== Asal mula kebudayaan Dongson ==
Asal mula kebudayaan ini berawal dari evolusi kebudayaan Austronesia . Asal usulnya sendiri telah dicar adalah bangsa [[Yue-tche]] yang merupakan orang orang barbar yang muncul di barat daya China sekitar abad ke-8 SM. Namun pendapat ini sama halnya dengan pendapat yang
mengaitkan Dongsaon dengan [[kebudayaan Halstatt]] yang ternyata masih diragukan kebenarannya.
 
Asumsi yang digunakan adalah bahwa benda-benda perunggu di [[Yunnan]] dengan benda-benda yang ditemukan di Dongson. Meski harus dibuktikan apakah benda-benda tersebut dibuat oleh kelompok-kelompok dari Barat sehingga dari periode pembuatannya, dapat menentukan apakah benda tersebut adalah model untuk Dongson atau hanyalah tiruan-tiruannya. Jika dugaan ini benar maka dapat
menjelaskan penyebaran kebudayaan Dongson sampai ke [[Dataran Tinggi Burma]].
 
Baris 26:
 
== Agama dan kepercayaan Dongson ==
Dari motif-motif yang dijumpai pada nekara yang sering disebut-sebut sebagai nekara hujan, ditampilkan dukun-dukun atau syaman-syaman yang kadang-kadang menyamar sebagai binatang bertanduk, menunjukkan pengaruh China atau lebih jauhnya pengaruh masyarakat kawasan [[stepa]]. Jika bentuk ini disimbolkan sebagai perburuan, maka ada lagi simbol yang menunujukkan kegiatan
pertanian yakni [[matahari]] dan [[katak]] (simbol air). Sebenarnya, nekara ini sendiri dikaitkan dengan siklus pertanian. Dengan mengandalkan pengaruh ghaibnya, nekara ini ditabuh untuk menimbulkan bunyi [[petir]] yang berkaitan dengan datangnya hujan.
 
Pada nekara-nekara tersebut, yang seringkali disimpan di dalam [[makam]] terlihat motif perahu yang dipenuhi orang yang berpakaian dan bertutup kepala dari bulu burung. Hal tersebut boleh jadi menggambarkan [[arwah]] orang yang sudah mati yang berlayar menuju [[surga]] yang terletak di suatu tempat di kaki langit sebelah timur lautan luas. Pada masyarakat lampau, jiwa sering disamakan dengan burung dan mungkin sejak periode itu hingga sekarang masih dilakukan kaum syaman yang
pada masa kebudayaan Dongson merupakan pendeta-pendeta menyamar seperti burung agar dapat terbang ke kerajaan orang-orang mati untuk mendapatkan pengetahuan mengenai masa depan.
 
Lagipula nekara-nekara tersebut sendiri didapatkan pada awal abad ke-19 masih digunakan untuk upacara ritual keagamaan. Sehingga bisa disimpulkan bahwa pada nekara tesebut digambarkan kehidupan orang-orang Dongson mulai perburuan, pertanian hingga kematian.
 
Banyaknya perlengkapan pemakaman tersebut menunjukkan [[ritual]] yang dilakukan masyarakat Dongson. Antara lain masalah jenazah yang dikelilingi semua benda-benda sehari-hari miliknya agar dapat hidup secara normal di [[alam baka]]. Belakangan sebagai upaya penghematan, yang ikut dikuburkan bersama jenazah adalah benda-benda berukuran kecil saja. Kemudia pada masa akhir
kebudayaan Dongson, muncul bentuk ritual baru. Sebelumnya makamnya berbentuk [[peti mati]] sederhana dari kayu yang dikubur, sementara pada berikutnya yang dinamakan [[periode Lach-truong]], yang mungkin diawali pada abad pertama sebelum Masehi, telah ditemukan makam dari [[batu bata]] yang berbentuk terowongan atau lebih tepatnya gua yang terbagi menjadi tiga kamar oleh
tembok-tembok lengkung beratap. Semula perlengkapan ini dikait-kaitkan dengan pengaruh Yunani tentang kehidupan alam baka, meski sebenarnya menunjukkan pengaruh China yang terus-terus bertambah besar yang beranggapan bahwa arwah orang mati bersembunyi dalam gua-gua yang terdapat di lereng-lereng gunung suci, tempat bersemayam para arwah yang abadi.
 
Makam yang berbentuk terowongan itu boleh dikatakan tiruan dari gua alam gaib tersebut. Peletakan peti mati di kamar tengah, kemudian di ruangan bersebelahan ditumpuk sesajen sebagai makanan untuk arwah dan ruangan ketiga disediakan altar yang terdapat lampu-lampu yang dibawa atau dijaga oleh patung-patung terbuat dari perunggu. Secara sekilas terasa pengaruh Hellenisme yang menandai
akhir kebudayaan Dongson.