Abdullah bin Saba': Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up, replaced: hakekat → hakikat using AWB |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 35:
Alasan mereka yang sangat lemah ini dapat kita jawab dari beberapa sisi:
* Pertama: pernyataan mereka bahwa para ulama pakar hadits telah melemahkan Saif bin ‘Umar At-Tamimi adalah benar. Akan tetapi yang perlu diperhatikan bahwa yang mereka lemahkan adalah periwayatan haditsnya (maksudnya jika ia meriwayatkan hadits maka haditsnya lemah) adapun dalam masalah sejarah maka dia dapat dijadikan sandaran dan rujukan, hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu Hajar (dia termasuk ulama yang mereka jadikan rujukan untuk melemahkan Saif bin Umar At-Tamimi) dalam kitabnya Tahdzibut Tahdzib 1/408 dan Taqribut Tahdzib 1/408
** Saif bin Umar At-Tamimi pengarang kitab Ar-Riddah, ada yang mengatakan dia Adh-Dhabi ada yang mengatakan selainnya, Al-Kufi Dha’if haditsnya, (akan tetapi) Umdah (bisa dijadikan sandaran) dalam bidang tarikh/sejarah.”
** Imam Adz-Dzahabi (juga ‘ulama yang mereka jadikan rujukan untuk melemahkan Saif bin Umar At-Tamimi) berkata dalam kitabnya Mizanul I’tidal 2/ 255, “Ia adalah pakar sejarah yang paham.”
** Demikian pula Al-Mubarakfuri dalam kitabnya Tuhfatul Ahwadzi 10/249 menyebutkan seperti ucapan Ibnu Hajar di atas. Umar Kahalah dalam kitabnya Mu’jamul Muallifin 4/288 mengatakan, “Saif bin Umar At-Tamimi Al Burjumi, Ahli sejarah berasal dari Kufah.”
Baris 50:
=== Yahudi ===
Keberadaan Abdullah bin Saba' juga tercatat pada ensiklopedi sejarah Umat [[Yahudi]], sebagaimana yang tercantum di dalam Jewish Encyclopedia bertahun 1906:
"Seorang Yahudi Yaman, Arab, dari abad ketujuh, yang menetap di Madinah dan memeluk Islam. Setelah dia mengkritik pemerintahan Khalifah Utsman yang berakibat buruk, dia dibuang dari kota. Dari situ ia pergi ke Mesir, di mana ia mendirikan sebuah sekte anti-[[Utsman]], untuk mempromosikan ketertarikan terhadap [[Ali]]. Kemudian di sadarinya bahwa ia memperoleh pengaruh besar di sana, dan merumuskan doktrin bahwa, setiap nabi memiliki asisten yang di kemudian hari akan menggantikannya, pengganti Muhammad adalah Ali, yang karena itu dijauhkan dari tampuk kekhalifahan dengan tipu daya. Utsman tidak memiliki klaim yang sah sama sekali terhadap Kekhalifahan, dan ketidakpuasan umum terhadap pemerintahnya banyak disumbang oleh menyebarnya ajaran Abdullah (bin Saba'). Tradisi meriwayatkan bahwa ketika Ali telah memegang kekuasaan, Abdullah menisbahkan sifat keilahiahan kepada Ali dengan berkata kepadanya, "Engkaulah Engkau!" Kemudian Ali mengusirnya ke Madain. Setelah peristiwa pembunuhan Ali, diceritakan bahwa Abdullah (bin Saba') telah mengajarkan bahwa Ali tidak mati tapi masih hidup, dan tidak pernah terbunuh, bahwa sebagian dari ketuhanan itu bersemayam di dalam dirinya, dan bahwa setelah beberapa waktu ia akan kembali untuk memenuhi bumi dengan keadilan. Sampai kemudian karakter ilahiyah Ali tersebut masih bersemayam dan tersembunyi pada para Imam, yang untuk sementara mengisi posisinya. Sangat mudah untuk melihat bahwa seluruh gagasan tersebut bersandar pada ide Mesias dalam kombinasi dengan riwayat nabi Eliyah. Pensifatan ilahiah untuk Ali mungkin berawal dari pengembangan (kesalah pahaman) bahwa dalam Alquran Allah sering disebut "Al-Aliy" (Yang Maha Tinggi)".<ref>http://www.jewishencyclopedia.com/articles/189-abdallah-ibn-saba</ref>
|