Elpidius van Duijnhoven: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 12:
Kira-kira tujuh tahun setelah menerima tahbisan Imam, Elpidius berangkat ke [[Hindia Timur]], tepatnya menuju Batavia (Jakarta) dengan kapal ''Johan de''. Dia tiba di Belawan tanggal 16 Februari 1934 dan ditempatkan di Pematangsiantar<ref>Bdk. Saragih Simon, ''Elpidius...''hlm.6</ref>. Sejak itu, Elpidius menghabiskan seluruh hidupnya sebagai misionaris di daerah Sumatra Utara. Karya misionernya telah melewati tiga tahap penting dalam garis besar sejarah Indonesia: Era Penjajahan Belanda, Era Pendudukan Jepang, Era Kemerdekaan.
* '''Era Penjajahan Belanda'''
Elpidius tidak serta merta dapat menjalankan pewartaan Injil dengan leluasa ketika pertama kali tiba Sumatra Utara. Dia mesti menunggu kira-kira satu tahun hingga pemerintah Kolonial Belanda secara resmi mengizinkan misi Katolik memasuki tanah Batak<ref>Bdk. ''Saragih Simon, Elpidius...''hlm.7</ref>. Sejak itu Elpidius mengembara dari desa ke desa di daerah Simalungun; bertemu, bertukar pikiran, membantu dan juga mendidik penduduk asli seraya menaburkan benih-benih Injil. Daerah lain yang pernah menjadi tempat pewartaannya adalah tanah Karo dan Aceh Tenggara<ref>Bdk. ''Saragih Simon, Elpidius...''hlm.7-8</ref>.
* '''Era Pendudukan Jepang'''
Masuknya tentara Jepang ke Indonesia berkat kemenangan dalam [[perang pasifik]], menimbulkan pergolakan di sejumlah wilayah Indonesia. Sumatra Utara terseret dalam pusaran perang karena perwakilan pemerintah Belanda di Sumatra Utara menolak takluk kepada Jepang dan memilih medan perang sebagai arena mempertahankan kekuasaan<ref name="univpgri-palembang.ac.id">Lih. Riclefs M.C., ''A History of Modern Indonesia c. 1200''. Dimuat dalam http://www.univpgri-palembang.ac.id/perpus-fkip/Perpustakaan/History/Sejarah%20Indonesia%20Modern%201200.pdf, diakses 5 Maret 2015</ref>. Perang tersebut merenggut banyak nyawa, termasuk warga sipil. Elpidius tetap menjalankan pelayanannya di tengah kecamuk perang tersebut, memimpin ibadah penguburan para korban perang. Dalam menjalankan tugasnya, Elpidius beberapa kali berhadapan dengan ancaman bahaya seperti dihadang, bahkan disandera tentara Jepang dan dihentikan perampok dalam perjalanan dari daerah misi, namun dia selalu tegar dan tak pernah ragu menjalankan tugas demi sesama dan untuk melayani Tuhan<ref>Saragih Simon, ''Elpidius...''hlm. 15, 17-19</ref>.