Sekolah alam: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
isi artikel benar-benar melukiskan kualitas guru sekolah alam di Indonesia |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 3:
[[Kategori:sekolah]]
Sekolah Alam adalah sebuah konsep pendidikan<ref>Suhendi dan Murdiani, Septriana (2011). "Belajar Bersama Alam". Bogor: SoU Publiser</ref> yang digagas oleh Lendo Novo berdasarkan keprihatinannya akan biaya pendidikan yang semakin tidak terjangkau oleh masyarakat. Ide membangun sekolah alam adalah agar bisa membuat [[sekolah]] dengan kualitas sangat tinggi tapi murah. Itu dilakukan karena sebagian besar rakyat Indonesia miskin.
Paradigma umum dalam dunia pendidikan adalah sekolah berkualitas selalu mahal. Yang menjadikan sekolah itu mahal karena infrastrukturnya, seperti bangunannya, kolam renang, lapangan olahraga, dan lain-lain. Sedangkan yang membuat sekolah itu berkualitas bukan infrastruktur. Kontribusi infrastruktur terhadap kualitas pendidikan tidak lebih dari 10%. Sedangkan 90% kontribusi kualitas pendidikan berasal dari kualitas guru, metode belajar yang tepat, dan buku sebagai gerbang ilmu pengetahuan. Ketiga variabel yang menjadi kualitas pendidikan ini sebetulnya sangat murah, asalkan ada guru yang mempunyai idealisme tinggi. Dari situ Lendo mencoba mengembangkan konsep-konsep sekolah alam. <ref>http://www.perspektifbaru.com/wawancara/695</ref>
Baris 27:
== Pengembangan Gagasan ==
Ide besar sekolah alam yang digagas oleh Lendo Novo diterjemahkan oleh beberapa guru-guru awal Sekolah Alam Ciganjur. Guru-guru awal ini membantu Lendo dalam pengembangan konsep sekolah alam. Beberapa dari guru tersebut membentuk konsultan pendidikan yang membantu pengembangan sekolah-sekolah seperti Suhendi, Septriana, dan Muhammad Syafir. Loula Maretta juga salah satu anggota tim yang juga kakak kandung Lendo, hingga kini banyak mendampingi sekolah. Lainnya saat ini masih aktif di sekolah, seperti Yusrianah dan Iman Kurnia di School of Universe serta Cache Hindarsih di Sekolah Alam Indonesia.
Ada pula orang tua siswa yang kemudian terlibat dalam pengembangan konsep akhlak dalam sekolah alam seperti Muhammad Ferous. Selain itu, Cahya Zaelani, salah seorang pegiat kepanduan turut membantu dalam konsep pengembangan sifat kepemimpinan melalui metode outbound.
Baris 72:
Kebanyakan sekolah alam menggunakan kelas terbuka, tanpa dinding dan jendela. Awalnya, ini dilakukan untuk mengurangi biaya pembangunan infrastruktur sehingga biaya pendidikan lebih terjangkau. Namun kemudian, pembangunan kelas terbuka ini ditujukan agar anak lebih banyak mendapatkan asupan udara segar.
Kelas terbuka ini biasa disebut saung (bahasa Sunda) atau dengan sebutan lain sesuai daerah di mana sekolah itu berada.
== Jenjang Pendidikan ==
|