Gwanggaeto yang Agung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (- tapi + tetapi)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 40:
Raja Gwanggaeto meninggal karena sakit pada tahun 413, pada usia 39 tahun. Meskipun Gwanggaeto hanya memerintah selama 22 tahun dan meninggal pada usai yang relatif muda, penaklukkannya konon menandai puncak sejarah Korea, yang mempersatukan [[Semenanjung Korea]]. Kecuali selama periode 200 tahun dimulai dengan putra dan penerus tahktanya, [[Jangsu dari Goguryeo|Raja Jangsu]], dan kerajaan kemudian [[Balhae]], Korea tidak pernah sebelumnya atau sejak saat itu memerintah wilayah yang sedemikian besar. Terdapat bukti bahwa semaksimal Goguryeo terletak lebih jauh ke barat, kini [[Mongolia]] yang berbatasan dengan [[Rouran]] dan [[Göktürk]]. Gwanggaeto juga berjasa di dalam penciptaan gelar kerajaan yang dicatat untuk pertama kalinya di dalam sejarah Korea, sikap simbolis mengangkat raja Goguryeo setara dengan rekan-rekan mereka di Tiongkok.
 
Di hari ini, Raja Gwanggaeto yang Agung merupakan salah satu dari kedua pemimpin Korea yang diberikan gelar 'Agung' setelah nama mereka (yang lainnya adalah [[Sejong yang Agung]] dari [[Dinasti Joseon]] yang menciptakan [[Hangeul|alfabet Korea]]). Ia dianggap oleh bangsa Korea sebagai salah satu pahlawan terbesar di dalam sejarah Korea, dan sering diambil sebagai simbol kuat dari [[Nasionalisme Korea]].
 
[[Prasasti Raja Gwanggaeto]] merupakan sebuah monumen yang berukuran enam meter yang didirikan oleh [[Jangsu dari Goguryeo|Raja Jangsu]] pada tahun 414, ditemukan oleh [[Manchuria]] pada tahun 1875 oleh seorang sarjana Tiongkok. Meskipun prasasti itu memberikan kita sejumlah besar informasi pada masa pemerintahannya, hal ini juga menyebabkan kontroversial tentang pandangan bersejarah dikarenakan mengandung beberapa referensi yang berasal dari Jepang. Kisah-kisah Jepang tersebut adalah: