Wangsa Mataram: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baskoro Aji (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 27:
[[Berkas:MsGiyanti.jpg|right|thumb|Naskah [[Perjanjian Giyanti]], yang membagi wilayah [[Kasunanan Kartasura|Mataram]] menjadi dua, [[Kasunanan Surakarta]] dan [[Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat|Kesultanan Yogyakarta]].]]
 
Menurut [[Babad Tanah Jawi]], Wangsa Mataram merupakan keturunan dari [[Ki Ageng Sela]] lewat cucunya, [[Ki Ageng Pemanahan]]. Tokoh yang terakhir ini adalah [[ayah]] dari [[Panembahan Senapati]], raja pertama Mataram. Ki Ageng Sela sendiri diriwayatkan merupakan keturunan dari [[Brawijaya V]], raja terakhir [[Majapahit]] menurut versi [[babad]].
 
Setelah [[Perang Tahta Jawa Ketiga|Perang Suksesi Jawa]] usai, terbentuklah tiga kerajaan, dua di antaranya menjadi pewaris penuh Wangsa Mataram ([[Kesultanan Yogyakarta]] dan [[Kasunanan Surakarta]]), serta satu monarki keadipatian yaitu [[Praja Mangkunegaran|Kadipaten Mangkunegaran]]. Saat perpecahan Mataram, [[Hamengkubuwana I|Sultan Hamengkubuwana I]], [[Pakubuwana III|Susuhunan Pakubuwana III]], dan [[Mangkunegara I|Adipati Mangkunegara I]] kesemuanya masih bersaudara. Ketika [[Inggris]] berkuasa di [[Jawa]], [[Raffles]] menempatkan [[Paku Alam I|Pangeran Natakusuma]], putra [[Sultan Hamengkubuwana I]], sebagai pangeran merdeka yang menguasai sebuah monarki keadipatian baru, [[Kadipaten Paku Alaman|Kadipaten Pakualaman]], sebagai balas jasa atas bantuannya membantu perlawanan Kesultanan Yogyakarta yang menentang kekuasaan Inggris<ref>[http://www.karatonsurakarta.com/mataram.html Kerajaan MATARAM Islam]</ref>.