Didik Nini Thowok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 34:
Dua tahun setelah lulus SMA, Didik bertekad untuk kuliah di ASTI. Berbekal uang tabungannya, Didik berangkat ke [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] dan mendaftar di ASTI. Berkat Tari Manipuri, tarian wanita yang diperagakannya dengan begitu cantik, Didik berhasil memikat tim juri ASTI. Sehingga Didik diterima dan dinyatakan sebagai [[mahasiswa]] ASTI angkatan [[1974]].
 
Pribadinya yang hangat, kocak dan santun tak menyulitkan Didik untuk mendapat teman. Bersama teman-teman barunya, Didik menampilkan fragmen tari berjudul ''Ande-ande Lumut''. Didik berperan sebagai Mbok Rondo Dadapan, janda centil dari Desa Dadapan. Penampilan Didik sangat memukau mahasiswa ASTI yang lain.
 
Menjadi anak [[kost]] sangat sulit bagi Didik, karena tak mungkin mengharapkan kiriman dari rumah. Ketrampilan 'perempuan' yang dulu diajarkan neneknya terasa sangat berguna. Didik menerima pesanan membuat [[hiasan]] [[bordir]], juga menjual hasil kerajinannya, seperti [[syal]] dan taplak meja.
Baris 41:
 
== Proses kreatif ==
Didik terus mengembangkan kemampuan tarinya dengan berguru ke mana-mana. Didik berguru langsung pada maestro tari Bali, [[I Gusti Gde Raka]], di [[Kabupaten Gianyar|Gianyar]]. Ia juga mempelajari tari klasik [[Sunda]] dari Endo Suanda; [[Tari Topeng Cirebon]] gaya [[Palimanan, Cirebon|Palimanan]] yang dipelajarinya dari tokoh besar Topeng Cirebon, Ibu Suji. Saat pergi ke [[Jepang]], Didik mempelajari tari klasik [[Noh]] (Hagoromo), di [[Spanyol]], ia pun belajar tari [[Flamenco]].<ref>http://www.tribunnews.com/seleb/2014/11/17/menari-ala-didik-nini-thowok-tak-sekadar-gerakan-tapi-ada-ritualnya</ref>
 
Setelah menyelesaikan studinya dan berhak menyandang gelar Didik Hadiprayitno, SST (Sarjana Seni Tari), Didik ditawari almamaternya, ASTI Yogyakarta untuk mengabdi sebagai staff pengajar. Selain diangkat menjadi dosen di ASTI, ia juga diminta jadi pengajar [[Tata Rias]] di Akademi Kesejahteraan Keluarga (AKK) Yogya.
 
Saat masih sekolah, Didik suka menggambar dan menyanyi (suaranya bagus terutama saat menyanyi tembang Jawa). Namun setelah mengenal dunia tari akibat sering menonton pertunjukan wayang orang yang berupa sendratari, Didik pun bertekad untuk mempelajari tari. Sayangnya perekonomian keluarga yang pas-pasan menyulitkan langkah Didik untuk belajar.
 
Akhirnya Didik meminta teman sekelasnya Sumiasih, yang pandai menari dan nembang, untuk mengajarinya tari-tarian wayang orang. Menari bukan hal yang sulit dilakukan, karena selain tubuhnya yang lentur, Didik juga berbakat. Guru Didik berikutnya adalah Ibu Sumiyati yang mengajarinya dan ketiga adiknya, tari Jawa klasik gaya Surakarta. Didik membayar guru ini dari hasil menyewakan [[komik]] warisan kakeknya. Didik juga belajar tarian Bali klasik dari seorang tukang cukur [[rambut]].
 
Didik berguru pada A. M. Sudiharjo, yang pandai menari Jawa Klasik juga sering menciptakan tari kreasi baru. Didik ikut kursus menari di Kantor Pembinaan Kebudayaan Kabupaten Temanggung. Salah satu gurunya adalah Prapto Prasojo, yang juga mengajar di padepokan tari milik Bagong Kussudiarjo di Yogyakarta.