Museum Fatahillah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 28:
Pada awal mulanya, balai kota pertama di Batavia dibangun pada tahun [[1620]] di tepi timur [[Kali Besar]]. Bangunan ini hanya bertahan selama enam tahun sebelum akhirnya dibongkar demi menghadapi [[Penyerbuan di Batavia 1628|serangan dari pasukan Sultan Agung pada tahun 1626]].<ref>''Schets van de verlegging der Rivier van Batavia in 1632''.</ref> Sebagai gantinya, dibangunlah kembali balai kota tersebut atas perintah Gubernur-Jenderal [[Jan Pieterszoon Coen]] di tahun [[1627]]. Lokasinya berada di daerah Nieuwe Markt (sekarang Taman Fatahillah).<ref name=Heuken15>A. Heuken SJ. ''Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta.'' Cipta Loka Caraka, 2015. ISBN 974-602-70395-7-5</ref> Menurut catatan sejarah, balai kota kedua ini hanya bertingkat satu dan pembangunan tingkat kedua dilakukan kemudian. Tahun [[1648]] kondisi balai kota sangat buruk. Tanah di kota Batavia yang sangat labil dan beratnya bangunan ini menyebabkan perlahan-lahan turun dari permukaan tanah.
 
Akhirnya pada tahun [[1707]], atas perintah Gubernur-Jenderal [[Joan van Hoorn]], bangunan ini dibongkar dan dibangun ulang dengan menggunakan pondasi yang sama. Peresmian Balai kota ketiga dilakukan oleh Gubernur-Jenderal [[Abraham van Riebeeck]] pada tanggal [[10 Juli]] [[1710]], 2dua tahun sebelum bangunan ini selesai secara keseluruhan.<ref name=Heuken15 /> Selama dua abad, balai kota Batavia ini digunakan sebagai kantor administrasi kota Batavia. Selain itu juga digunakan sebagai tempat ''College van Schepenen'' (Dewan Kotapraja) dan ''Raad van Justitie'' (Dewan Pengadilan). Awalnya sidang Dewan Pengadilan dilakukan di dalam Kastil Batavia. Namun dipindahkan ke sayap timur balai kota dan kemudian dipindahkan ke gedung pengadilan yang baru pada tahun [[1870]].<ref name=Heuken15 />
 
Balai kota Batavia juga mempunyai ruang tahanan yang pada masa VOC dijadikan penjara utama di kota Batavia. Sebuah bangunan bertingkat satu pernah berdiri di belakang balai kota sebagai penjara. Penjara tersebut dikhususkan kepada para tahanan yang mampu membiayai kamar tahanan mereka sendiri. Namun berbeda dengan penjara yang berada di bawah gedung utama. Hampir tidak ada ventilasi dan minimnya cahaya penerangan hingga akhirnya banyak tahanan yang meninggal sebelum diadili di Dewan Pengadilan. Sebagian besar dari mereka meninggal karena menderita kolera, tifus dan kekurangan oksigen. Penjara di balai kota pun ditutup pada tahun 1846 dan dipindahkan ke sebelah timur Molenvliet Oost. Beberapa tahanan yang pernah menempati penjara balai kota adalah bekas Gubernur Jenderal Belanda di Sri Lanka Petrus Vuyst, [[Untung Suropati]] dan [[Diponegoro|Pangeran Diponegoro]].<ref name=Heuken15 />