Simpingan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Diantara +Di antara)
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 1:
'''Simpingan''' dalam [[wayang kulit]] berarti boneka wayang yang diatur berjajar pada [[kelir]] di sisi kanan -kiri [[dalang]] yang ditata sedemikian rupa. Simpingan merupakan salah satu unsur pergelaran wayang kulit.
 
Keberadaan simpingan dalam wayang mempunyai beberapa fungsi antara lain; sebagai hiasan (pajangan) agar bisa dinikmati oleh [[penonton]], untuk mempermudah dalang dalam mencari dan mengambil wayang, sebagai tanda akan adanya pergelaran wayang kulit,untuk menunjukan [[kualitas]] dan kuantitas wayang. Disamping itu simpingan mempunyai makna simbolik bagi masyarakat pendukungnya.
 
Pada zaman dulu simpingan hanya terdiri dari puluhan wayang. Karena memang jumlah wayang satu kotak berkisar antara 180-250 wayang, tetapi sekarang terutama di kota-kota besar, jumlah simpingan sangat banyak antara 250 - 500 wayang. Hal ini karena tuntutan pasar dan biasanya [[pergelaran]] di kota besar ditempatkan pada lapangan terbuka. Sehingga diperlukan penataan simpingan yang panjang.
 
Simpingan wayang ditata sedemikian rupa berdasarkan golongan, warna muka, bentuk muka,arah pandangan muka, bentuk bibir, bentuk mata, warna badan, jenis pakaian, jenis [[jangkahan]] dan sebagainya. Simpingan wayang dikatakan bagus jika enak dipandang, [[seimbang]] dan "[[ribig]]" artinya antara bahu dan palemahan wayang dari yang paling tinggi hingga yang terpendek sejajar bila ditarik garis lurus. Penataan simpingan wayang yang baik dapat dijumpai pada pergelaran wayang di Jakarta.
 
Berita mulai adanya simpingan baru ada pada abad ke XII seperti yang tercantum pada Serat Wrettasancaya bahwa pertunjukan wayang kulit saat itu sudah menggunakan simpingan. Adapun teks yang melukiskan adanya simpingan ditulis oleh Empu Tan Akung dengan bahasa jawa kuno pada bait 93 pada Sekar Ageng Madraka ditulis;
 
'''''" Lwir mawayang tahen gati nikang wukir kineliran himarang anipis/ bung-bung ingkang petung kapawanan/ ya teka tudungnya munya hangrangin/ peksi ketur salundingan ika kinangyani pamangsul ing kidang alon/ madraka sabdaning mrak alango / pangidungnya mangrasi ati".''''' (Hazeu 1978:42)
 
Kern menterjemahkan ke dalam bahasa jawa sebagai berikut"