Pekalongan, Winong, Pati: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 15:
[[Winong, Pati|Kecamatan Winong]]
[[Kabupaten Pati]] [[Jawa Tengah|Provinsi Jawa Tengah]], yang berlokasi di sebelah tenggara dari pusat Kota [[Kabupaten Pati]] dengan jarak tempuh kurang lebih 17 Km.
 
'''Desa Pekalongan''' tidak ada hubungannya dengan [[Kabupaten Pekalongan]] atau [[Kota Pekalongan]]. Secara kebetulan saja namanya sama, namun mempunyai sejarah yang berbeda.
 
== Sejarah ==
Baris 21 ⟶ 23:
Hanya saja, para tokoh desa tidak satu suara mengenai pertanyaan, apakah Mbah Rante mempunyai keturunan. Sebagian berpendapat bahwa nenek moyang warga desa ini adalah Mbah Rante, sementara sebagian yang lain berpendapat bahwa Mbah Rante tidak mempunyai keturunan.
 
Bagi yang berpendapat mempunyai keturunan, diyakini Mbah Rante mempunyai 4 (empat) anak, yaitu Lambu, Sastro Leksono, Sayyidin dan Sakidin. Keempat orang inilah yang menurunkan generasi hingga sekarang.<ref>H. Sjahruman Djauhar, ''“Buku Keluarga Yunus Brawidjaja Desa Pekalongan Winong Pati Tahun 1835-2002”'', tidak diterbitkan, 2003</ref> Sedangkan bagi yang berpendapat tidak mempunyai keturunan, maka ayah dari Lambu, Sastro Leksono, Sayyidin dan Sakidin bukan Mbah Rante, tetapi orang lain. Namun sampai saat ini belum ada penelitian yang menemukan siapa orang lain itu.
 
Masih menurut cerita yang beredar dari mulut ke mulut, bahwa dulu Mbah Rante selalu menggunakan kalung. Karena kalung itu, wilayah tempat tinggalnya dinamakan '''Desa Pekalongan'''.
Baris 33 ⟶ 35:
* Sebelah Selatan : berbatasan dengan Desa Kebolampang dan Danyangmulyo [[Winong, Pati|Kecamatan Winong]].
* Sebelah Barat : berbatasan dengan Desa Winong [[Winong, Pati|Kecamatan Winong]].
 
Dari luas wilayah 198,970 Ha, terbagi menjagi kawasan hunian seluas 61,340 Ha, lahan pertanian 134,630 Ha, lapangan olah raga 1 Ha, kuburan 1 Ha, dan lahan lainnya 3 Ha. dan Desa Pekalongan.<ref>Pemerintah Desa Pekalongan Kecamatan Winong Kabupaten Pati, ''“Profil Desa”'', tidak diterbitkan, 2016</ref>
 
== Silsilah ==
Di atas telah disebutkan, bahwa 4 (empat) orang yang menjadi leluhur atau sesepuh dari warga '''Desa Pekalongan''' adalah Lambu, Sastro Leksono, Sayyidin dan Sakidin. Hampir semua warga '''Desa Pekalongan''' keturunan dari empat bersaudara itu.
Sejarawan Desa Pekalongan, H. Sjahruman Djauhar, telah menulis silsilah warga desa ini dalam buku berjudul ''“Buku Keluarga Yunus Brawidjaja Desa Pekalongan Winong Pati Tahun 1835-2002”''. Berikut ini kutipan garis besarnya:
{| border="1" class="wikitable"
|- style="background-color:#cfc;"
||'''Generasi I'''||'''Generasi II'''||'''Generasi III'''
|-
||Lambu||Setronyono||Ruminah
|-
||-||-||Kaminten
|-
||-||-||Sakinah
|-
||-||-||Khotijah
|-
||-||Zainal Abidin||Sulaiman
|-
||-||-||Ismail
|-
||-||-||Siyam
|-
||-||-||Radimah
|-
||-||Hasan Mujarrod||Syamsuri
|-
||-||-||Marzuki
|-
||-||-||Yusuf
|-
||-||-||Shofwan
|-
||-||-||Sarisih
|-
||-||-||Rupiah
|-
||-||-||Maryam
|-
||-||-||Bajuri
|-
||-||Musthofa||Rusban
|-
||-||-||Rabiyah
|-
||-||-||Mualip
|-
||-||-||Maimunah
|-
||-||Tawi||Sarkam
|-
||-||-||Sujak
|-
||-||-||Amini
|-
||-||-||Wainah
|-
||-||-||Painah
|-
||-||-||Khotijah
|-
||Sastro Leksono||Dunak||Ali
|-
||-||-||Sukirah
|-
||-||Dunuk||Asral
|-
||-||-||Aspari
|-
||-||-||Asrun
|-
||-||-||Asy’ari
|-
||-||Umar||Legiman
|-
||-||-||Suwalip
|-
||-||-||Senen
|-
||-||Tahir||Idris
|-
||-||Asih||Muhammad
|-
||-||-||Ja’far
|-
||-||-||Umar
|-
||-||-||Suhari
|-
||-||Esri||Aspiyah
|-
||-||-||Jupri
|-
||-||-||Jami
|-
||-||-||Asminah
|-
||-||-||Ridwan
|-
||-||-||Asmirah
|-
||-||Ismail||Rukmi
|-
||-||-||Sukeni
|-
||-||-||Sudirman
|-
||-||-||Rukawi
|-
||-||-||Ruslin
|-
||-||-||Pinah
|-
||Sayyidin||Tirto Senawi||Pidarni
|-
||-||Ngapiyah||Janamin
|-
||-||-||Ruminah
|-
||-||-||Sukar Paini
|-
||-||-||Asnawi
|-
||-||-||Siti Imamah
|-
||Sakidin||Aspiyah||Raminah
|-
||-||-||Sarinah
|-
||-||-||Nurwi
|-
||-||-||Zarkasyi
|-
||-||-||Kalimah
|-
||-||Yahya||Asro
|-
||-||-||Rasiyah
|-
||-||-||Aminah
|-
||-||-||Indasah
|-
||-||Sukimah||Suirman
|-
||-||-||Juremi
|-
||-||-||Juminah
|}
</onlyinclude>
Selain keturunan empat bersaudara itu, masih ada keluarga besar lainnya yang tinggal di Desa Pekalongan. Antara lain, keluarga Yahya yang berasal dari Dukuh Panggang Desa Kepohkencono Kecamatan Pucakwangi. Berikut ini silsilahnya:
{| border="1" class="wikitable"
|- style="background-color:#cfc;"
||'''Generasi I'''||'''Generasi II'''||'''Generasi III'''
|-
||Yahya||Idris||-
|-
||-||Siraj||Sumi
|-
||-||-||Syafi’i
|-
||-||-||Dimyati
|-
||-||-||Rochmatullah
|-
||-||Hasan Irsyad||Munasih
|-
||-||-||Barinten
|-
||-||-||Hasan Muhadi
|-
||-||-||Sirat
|-
||-||-||Kuminah
|-
||-||-||Darsih
|-
||-||Madamin||Sukarni
|-
||-||-||Sumi
|-
||-||-||Shofwan
|-
||-||-||Imam Masatip
|-
||-||-||Asih
|-
||-||-||Sarbani
|}
</onlyinclude>
== Pemerintahan ==
Tidak diketahui secara tepat kapan pemerintahan '''Desa Pekalongan''' mulai beroperasi. Yang diketahui, bahwa Desa Pekalongan sudah mempunyai 6 (enam) kepala desa. Secara berurutan adalah Sapawi (Abdul Wahab), Abu Thoyib, Samari, Madpur, Ahmad Fahroni dan Ukhwatur Roi, S.Pd.I.
Adapun aparat Desa Pekalongan saat ini adalah sebagai berikut:
 
Baris 67 ⟶ 260:
||2.||Abdul Kohar
|-
||3.||Wahono Al Muis, S.H.
|-
||4.||Jundan Humaidillah, S.Ag.
Baris 100 ⟶ 293:
||Ketua RT 05 RW 01||Zaini Dakiman
|-
||Ketua RT 06 RW 01||Nur MuksinMukhsin, S.Ag.
|-
||Ketua RT 07 RW 01||Sufaat
Baris 108 ⟶ 301:
||Ketua RT 01 RW 02||Rustam
|-
||Ketua RT 02 RW 02||Budi Santoso, S.Ag.
|-
||Ketua RT 03 RW 02||H. Ali Syafa, S.H.
Baris 123 ⟶ 316:
</onlyinclude>
== Kependudukan ==
Menurut data statistik tahun 2014, jumlah penduduk '''Desa Pekalongan''' mencapai 2.854 jiwa. Yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 1.442 jiwa (50,53 %) dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 1.412 (49,47 %).<ref>Pemerintah Desa Pekalongan Kecamatan Winong Kabupaten Pati, ''“Profil Desa”'', tidak diterbitkan, 2016</ref>
 
Berikut ini data berdasarkan mata pencarian:<ref>Pemerintah Desa Pekalongan Kecamatan Winong Kabupaten Pati, ''“Profil Desa”'', tidak diterbitkan, 2016</ref>
 
{| border="1" class="wikitable"
|- style="background-color:#cfc;"
||'''No||'''Jenis Mata Pencaharian'''||'''Jumlah||'''Prosentase
|-
||1||Belum/Tidak Bekerja||645||22,60
|-
||2||Pelajar/Mahasiswa||536||18,78
|-
||3||Wiraswasta||398||13,95
|-
||4||Karyawan Swasta||99||3,47
|-
||5||Petani/Pekebun||260||9,11
|-
||6||Mengurus Rumah Tangga||265||9,29
|-
||7||Guru||69||2,42
|-
||8||PNS||67||2,35
|-
||9||Buruh Tani||81||2,84
|-
||10||Buruh Harian Lepas||88||3,08
|-
||11||Pedagang||148||5,19
|-
||12||Lain-lain||198||6,92
|}
</onlyinclude>
=== Pendidikan ===
'''Desa Pekalongan''' terkenal dengan warganya yang terpelajar. Walaupun untuk hidup sehari-hari saja warganya masih ada yang serba kekurangan, namun untuk pendidikan tidak boleh berkurang. Kalau perlu, utang pun dilakukan. Hampir sulit mencari pemuda-pemudi desa ini yang tidak melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang perguruan tinggi. Tidak heran bila pernah berdiri organisasi bernama Forum Komunikasi Mahasiswa dan Pelajar Pekalongan (FKMPP) tahun 1992 yang diketuai pertama kali oleh Drs. KH. Abdul Kafi, M.Ag.
 
Semangat belajar di desa ini dipengaruhi oleh beberapa faktor:
* Kuatnya pengaruh yang ditanamkan para pendahulu untuk selalu belajar. Secara formal, pada tahun 1930 telah berdiri lembaga pendidikan di Desa Pekalongan, yaitu Madrasah Tarbiyatul Banin yang didirikan oleh KH. Munji dan KH. Mahfudz dari Kajen. Sejak tahun 1930 itulah, banyak guru dari Kajen dikirim untuk mengajar di '''Desa Pekalongan'''.
Secara formal, pada tahun 1930 telah berdiri lembaga pendidikan di '''Desa Pekalongan''', yaitu Matholi’ul Falah (di kemudian hari berubah nama menjadi Tarbiyatul Banin) yang didirikan oleh KH. Munji dan KH. Mahfudz Salam (ayahanda [[Sahal Mahfudz|KH. Sahal Mahfudz]]) dari Kajen. Pada masa awal, banyak guru dari Kajen dikirim untuk mengajar di '''Desa Pekalongan''', seperti KH. Sanaji dan KH. Ahmad Fahrurrozi.<ref>H. Sjahruman Djauhar, ''“Mengenal, Mengenang dan Memproduksikan Madrasah Tarbiyatul Banin”'', tidak diterbitkan, 2001</ref> Guru-guru itulah yang menanamkan semangat belajar kepada para pemuda kala itu, sehingga menular ke generasi sekarang.
* Adanya lembaga pendidikan yang jumlahnya cukup banyak untuk skala desa. Ada 2 sekolah tingkat dasar, 2 sekolah tingkat menengah pertama dan 3 sekolah menengah tingkat atas. Karena itu, warga desa lain berbondong-bondong datang untuk menuntut ilmu di Desa Pekalongan, bahkan tidak sedikit di antara mereka memilih untuk “mondok” (tinggal di sekitar sekolah).
* Adanya lembaga pendidikan yang jumlahnya cukup banyak untuk skala desa
Ada 2 sekolah tingkat dasar, 2 sekolah tingkat menengah pertama dan 3 sekolah menengah tingkat atas. Tidak ada alasan bagi anak-anak '''Desa Pekalongan''' untuk tidak belajar, karena sekolah ada di depan mata. Sekurang-kurangnya mereka bisa menikmati pendidikan sampai tingkat SLTA.
 
Walaupun sekolah yang ada di '''Desa Pekalongan''' kebanyakan sekolah agama, namun dalam kenyataannya para pemuda-pemudi tidak sedikit yang melanjutkan ke jenjang pendidikan umum, seperti [[Universitas Gajah Mada]], [[Universitas Diponegoro]], [[Universitas Muria Kudus]], [[Universitas Negeri Semarang]], [[Universitas Airlangga]] dan [[Sekolah Tinggi Akuntansi Negara]]. Yang membanggakan lagi, banyak dari mereka mendapatkan beasiswa selama pendidikan.
 
Hingga saat ini, sudah ada 3 (tiga) putra kelahiran '''Desa Pekalongan''' yang meraih gelar tertinggi di bidang akademik, yaitu doktor (S-3). Bahkan satu dari tiga itu juga meraih professor. Mereka adalah Prof. DR. Imam Asrori, M.Pd. (guru besar [[Universitas Negeri Malang]]), DR. Munjahid, M.Ag. (dosen [[Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta]]) dan DR. A. Zaenurrosyid, MA. (dosen [[Institut Pesantren Mathali’ul Falah|Institut Pesantren Mathali’ul Falah Kajen]]).
Walaupun sekolah yang ada di '''Desa Pekalongan''' kebanyakan sekolah agama, namun dalam kenyataannya para pemuda-pemudi tidak sedikit yang melanjutkan ke jenjang pendidikan umum, seperti [[Universitas Gajah Mada]], [[Universitas Diponegoro]], [[Universitas Muria Kudus]], [[Universitas Negeri Semarang]], [[Universitas Airlangga]] dan [[Sekolah Tinggi Akuntansi Negara]].
 
=== Keagamaan ===
Selain layak dijuluki “Desa Pendidikan”, '''Desa Pekalongan''' ini juga layak menyandang predikat “Desa Agamis”. Hal itu, karena kultur yang terbentuk menunjukkan semangat keberagamaannya yang kental. Misalnya, dari pagi anak-anak berangkat ke sekolah, lalu sore hari mereka berangkat ke [[Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ)Qur'an]] dan malam hari berangkat ke mushola untuk belajar mengaji lagi. Tidak hanya anak-anak. Bapak-bapak biasanya mengadakan pengajian tersendiri dan membaca Al-Barjanji. Demikian pula ibu-ibu juga mengadakan pertemuan rutin bulanan.
 
Banyak ulamakyai dilahirkan(ahli olehilmu desaagama) ini,yang tinggal di '''Desa Pekalongan'''. antaraAntara lain K. Ahmad Fadlil, KH. Masyhuri Marzuki, KHK. Hasyim Syukur, K. Abu Thoyib, KH. Syahri Ismail, KH. Jabir Hasan, KH. Zaini Surahman, KH. Habib Hasan, KH. Nur Yahya K. Lahuri, K. Sujono Kholil dan K. Alwan Sahlan.
 
Banyak pula ditemukan penghafal Al-Quran di '''Desa Pekalongan'''. Mereka adalah K. Hamid Manan, Drs. KH. Abdul Kafi, M.Ag. (sekarang kepala KUA [[Winong, Pati|Kecamatan Winong]]), DR. Munjahid, M.Ag. (sekarang pindah ke [[Yogyakarta]]), Hanifah Rofi’i, Khadrowi, Ahmad Muslih, Musta’in, Hendri Marwan Anas, Amirotus Saidah, Sikhoh Nur Mukhsin, Mahmudah Arfat, Lutfiana dan Yun Nafi’.
 
=== Kepemudaan ===
Para pemuda '''Desa Pekalongan''' tergolong sangat aktif berorganisasi. Sejak tahun 1985, mereka telah mengenal organisasi karang taruna yang untuk pertama kalinya dipimpin oleh ZamakhsariZamahsari. Organisasi kepemudaan lainnya bernama Ikatan Remaja Masjid Darussalam (IRMADA) yang didirikan tahun 1987 dan ketua pertamanya adalah Ir. Purnomo.
 
Begitu aktifnya berorganisasi, beberapa anggota IRMADA pernah terpilih untuk mengikuti pertukaran pemuda ke provinsi lain. Tahun 1996, Amirul Arifin, Nur Halim, Sholeh dan Supaat berangkat ke [[Ambon]] dan tinggal di sana selama 6 bulan. Tahun berikutnya, 1997, Ibnu Salim Muslih dan Wahono Al-Muis berangkat ke [[Banjarmasin]]. Kegiatan itu bertujuan untuk mengenalkan budaya masyarakat dan sumber daya alam di wilayah provinsi lain, sehingga pemuda di satu provinsi juga mengetahui kondisi di tempat lain, yang sama-sama wilayah [[Indonesia|Negara Kesatuan Republik Indonesia]].
 
=== Olah Raga ===
Olah raga yang tidakdiidolakan ada matinya diwarga '''Desa Pekalongan''' adalah sepak bola. Dari generasi ke generasi selalu ditemukan pemain-pemain handal. Hampir setiap sore para pemuda desa ini bermain sepakbola. TimTidak sepakbolahanya '''Desauntuk Pekalongan'''menghadapi yangkejuaraan. bernamaMereka Putramemang Kencanabiasa telahbermain berulangdi kalilapangan. menorehkanKarena sejarahselain sebagaiuntuk juaramenjaga turnamen di tingkat [[Winongkesehatan, Pati|Kecamatanbermain Winong]].sepakbola Dijuga antaraajang pemainrefreshing legendarisnyadan adalahmempererat Halimi,hubungan Abdullah,sesama Anshori,warga Sugiyono, Sugiarto, Budi Hartono dan Jundan Humaidillahdesa.
 
Kebiasaan bermain sepakbola itu memudahkan Tim sepakbola '''Desa Pekalongan''' yang bernama Putra Kencana untuk mencari bibit-bibit unggul. Dari generasi ke generasi selalu ditemukan pemain-pemain handal. Berulang kali Putra Kencana menorehkan sejarah sebagai juara turnamen di tingkat [[Winong,_Pati|Kecamatan Winong]]. Di antara pemain legendarisnya adalah Halimi, Imas, Dwi, Tiyo, Abdullah, Anshori, Sugiyono, Sugiarto, Budi Hartono, Umang, Sanusi, Suhari Jajuk dan Jundan Humaidillah.
Selain sepakbola, olah raga lainnya yang dibanggakan di '''Desa Pekalongan''' adalah bola voli. Salah satu pemain andalannya adalah Putut. Pukulan smash-nya membuat penonton berdecak kagum.
 
=== Kesenian ===
Kesenian termasuk bidang yang mendapat perhatian warga '''Desa Pekalongan'''. Tercatat pernah terbentuk beberapa grup seni budaya di desa ini, baik yang sampai sekarang masih aktif maupun telah bubar. Di antaranya sebagai berikut:
* Tarian Rodat
Tarian tradisional yang dimainkan oleh para remaja ini mencapai puncak kejayaannya pada tahun 80-an. Biasa diundang untuk mengisi acara hajatan dari rumah ke rumah warga desa.
* Pencak Silat (bahasa Jawa: Pencik)
Pencik merupakan hiburan rakyat yang menarik. Di antara tokohnya adalah Kyai Ma'sum, Surat, Zamzam, Pahing, Sungit, Asbin, Sarbin dan Juhari.
* Orkes Kencana Ria
Pemain grup musik ini antara lain Sali (kendang), Salamun (melodi), Wage (icik icik) dan Bajuri (seruling).
* Kalam Kencana Darussalam (KaKaDe)
Grup teater ini dikomandano oleh Ali Arwan dan beranggotakan Taufik M Nur, Nur Huda, Amirul Arifin dan Rafi.
* Grup Rebana Al-Hidayah
Grup ini seluruh pemainnya perempuan yang dipimpin oleh Shoimah. Biasa tampil di acara pengajian atau pertunjukan di dalam maupun luar desa.
* Grup Sholawatan Qolbun Salim
Grup sholawatan ini paling akhir lahirnya dan masih aktif hingga saat ini. Pernah tampil di Masjid Agung An-Nur Pati dan beberapa kali tampil di luar kota. Bahkan pernah diminta tampil di kediaman Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf di [[Kota Surakarta]].
 
== Sarana dan Prasarana ==
=== Lembaga Pendidikan ===
Sebagaimana disinggung di atas, bahwa di '''Desa Pekalongan''' memiliki ditemukan banyak lembaga pendidikan. Yaitu sebagai berikut:
* PAUDPendidikan Anak Usia Dini dan RARaudhatul Athfal Tarbiyatul Banin
* MIMadrasah Ibtidaiyyah Tarbiyatul Banin
* SDSekolah Dasar Negeri Pekalongan
* MTsMadrasah Tsanawiyyah Negeri 1 Pati
Sekolah yang awalnya bernama MTs Negeri Winong ini berdiri tahun 1980.<ref>[https://jateng.kemenag.go.id/berita/342743/dies-natalis-mtsn-1-winong-pati jateng.kemenag.go.id, 15 Maret 2016], diakses pada 28 Januari 2017</ref> Guru-gurunya untuk pertama kali banyak yang berasal dari luar kota. Lalu mereka menikah dengan penduduk setempat dan menetap di sini.
* MTsMadrasah Tsanawiyyah Tarbiyatul Banin
* MAMadrasah Aliyah Darul Ma'la
* SMKSekolah Menengah Kejuruan Al-Falah
* MAMadrasah Aliyah Tarbiyatul Banin
SaatSekolah ini Kepalapada MAtanggal Tarbiyatul27 BaninNovember dijabat2016 olehyang lalu mendapat sorotan positif di pentas nasional. Pasalnya, pada peringatan Hari Guru Nasional di Bogor itu, Drs. KH. Ahmad Adib Al Arif, M.Ag. Baru-barusebagai ini,kepala iasekolah menerima penghargaan Satya Lencana Pendidikan yang diberikan langsung oleh [[Joko Widodo|Presiden Joko Widodo]].<ref>[http://www.murianews.com/2016/12/01/102055/kepala-madrasah-berprestasi-di-pati-ini-terima-penghargaan-dari-presiden-jokowi.html murianews.com, 1 Desember 2016], diakses pada 28 Januari 2017</ref>
 
Selain lembaga formal, di '''Desa Pekalongan''' terdapat lembaga non-formal berupa [[Taman Pendidikan Al-Qur'an]] Assalam yang berdiri tahun 1991 dengan ketua pertamanya Drs. H. Abdul Salam.
 
Lembaga-lembaga pendidikan di atas tidak hanya diisi oleh warga '''Desa Pekalongan'''. Banyak putra-putri desa-desa lain berbondong-bondong datang untuk menuntut ilmu di sini. Bahkan tidak sedikit di antara mereka memilih untuk “mondok” (tinggal di sekitar sekolah).
 
Selain lembaga formal di atas, di '''Desa Pekalongan''' terdapat Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) Assalam yang berdiri tahun 1991 dengan ketua pertamanya Drs. Abdul Salam.
=== Tempat Ibadah ===
Di '''Desa Pekalongan''' terdapat masjid dan mushola di tiap-tiap RT.
* Masjid Darussalam
[[Berkas:Masjiddarussalampeka.jpg|thumb|right|250px|Suasana shalat Idul Fitri di Masjid Darussalam tahun 2015.]]
Masjid iniDarussalam dibangun di atas tanah wakaf H. Siraj. didirikanDidirikan oleh KH. Munji dari Kajen tahun 1935 atau selang 5 tahun setelah berdirinya Madrasah Tarbiyatul Banin. Masjid ini tergolong masjid pertama di [[Winong,_Pati|Kecamatan Winong]]. Awal-awalnya masjidSaat ini berdiri,kepengurusan jamaahnyatakmir tidakmasjid hanyadiketuai wargaoleh '''Desa Pekalongan'''H. LebihAli dari ituSyafa', juga warga desa-desa lainS.H. Mereka(mantan datangKepala jauh-jauhKUA karena[[Winong,_Pati|Kecamatan senang bisa shalat berjamaah di masjidWinong]]).
* Mushola
Selain masjid, di '''Desa Pekalongan''' juga terdapat mushola (bahasa Jawa: langgar) di tiap-tiap RT. Berikut ini daftar nama mushola:
{| border="1" class="wikitable"
|- style="background-color:#cfc;"
||'''Lokasi'''||'''Nama Mushola'''||'''Nama Pengasuh'''
|-
||RT 01 RW 01||Nurul Hikmah||KH. Zaini Surahman
|-
||RT 02 RW 01||Baitul Muttaqin||H. Dhofir Maqoshid, S.Ag., M.Pd.I.
|-
||RT 03 RW 01||Al-Husna||H. Soehoed
|-
||-||Al-Ma'la||H. Parso
|-
||RT 04 RW 01||Al-Masyhur||Roekan
|-
||RT 05 RW 01||Hidayatun Nasirin||Arfaturrohman
|-
||RT 06 RW 01||Al-Ali||H. Sutarwi
|-
||-||Al-Karomah||H. Shofwan
|-
||-||Miftahul Huda||K. Hamid Manan
|-
||RT 0107 RW 01||Al-Hasan||H. Supaat
|-
||RT 0201 RW 0102||Baitul MuttaqinAl-Amin||Madpur
|-
||RT 0302 RW 0102||-Baitur Ridho||KH. Ali Zuhdi
|-
||-||Al-Furqon||H. Halimi
||RT 04 RW 01||-
|-
||RT 03 RW 02||Al-Hikmah I||Drs. KH. Ahmad Adib Al Arif, M.Ag.
||RT 05 RW 01||-
|-
||-||Al-Hikmah II||Sholihul Fuad, S.Pd.
||RT 06 RW 01||-
|-
||-||Al-Hilal||Wahib
||RT 07 RW 01||-
|-
||RT 0104 RW 02||Al-AminJamiatul Awwam||H. Subakir
|-
||RT 0205 RW 02||An-Nur||KH. Nur Yahya
|-
||-||An-Alwan||K. Alwan
||RT 03 RW 02||-
|-
||RT 0406 RW 02||Al-Amin||K. Syamroni
|-
||-||An-Nurdin||H. Hamdan
||RT 05 RW 02||An-Nur
|-
||-||Al-Muluk||H. Sahli
||RT 06 RW 02||-
|-
||RT 07 RW 02||-Nurul Hidayah||H. Zarkasyi
|-
|}
Baris 205 ⟶ 479:
# Toko Kenzuze
=== Makam ===
Di '''Desa Pekalongan''' terdapat 2 (dua) makam, yaitu Makam Toro dan Makam Muris. Selain Mbah Rante, warga Desa Pekalongan yang dimakamkan di Makam Toro adalah H. Hasan Mujarrot, KH. Masyhuri dan K. Lahuri. Sedangkan warga Desa yang dimakamkan di Makam TurisMuris adalah K. Umar, H. Ismail dan K. Abu Thoyib.
 
=== Fasilitas Tingkat Kecamatan ===
Baris 212 ⟶ 486:
# Kantor Majelis Wilayah Cabang (MWC) Nahdlatul Ulama [[Winong, Pati|Winong]]
# Kantor Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) [[Winong, Pati|Kecamatan Winong]]
# Pasar [[Winong, Pati|Winong]]
== Referensi ==
{{reflist|2}}