Diakonia Transformatif: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Perubahan kosmetika |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 1:
[[Berkas:Paulo Freire caricat.jpg|thumb|200px|Paulo Freire, tokoh yang menginspirasi Diakonia Transformatif]]
'''Diakonia Transformatif''' adalah bentuk diakonia yang gereja lakukan dengan mengembangkan bentuk [[Diakonia Karitatif]] dan [[Diakonia Reformatif]].<ref name="Widyatmadja">{{id}} Josef P. Widyatmadja. 2010. ''Yesus dan Wong Cilik''. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 47-60.</ref>
== Pengertian ==
Baris 6:
== Tujuan Pelayanan ==
Diakonia Transformatif bertujuan untuk mewujudkan perubahan total dalam fungsi dan penampilan kehidupan bermasyarakat, yakni perubahan yang terjadi dalam seluruh aspek kehidupan manusia (aspek [[politik]], [[sosial]], dan [[ekonomi]]), dan juga membebaskan rakyat kecil dari belenggu ketertindasan struktural yang tidak adil.<ref name="Widyatmadja"/> Selain itu, tujuan jangka panjang dari bentuk diakonia seperti ini ialah perubahan sosial budaya (''socio-culture transformation'') dan politik jangka panjang. <ref name="Widyatmadja"/> Bentuk diakonia seperti ini ditujukan bagi masyarakat yang terdiskriminasi, tersingkirkan, dan terbuang dari tatanan sosial-masyarakat.<ref name="Singgih">{{id}} Emmanuel Gerrit Singgih. 2004. ''Mengantisipasi Masa Depan: Berteologi dalam Konteks di Awal Milenium III''. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 29.</ref>
== Fokus Pelayanan ==
Baris 15:
* Rakyat akan bertanggung jawab memelihara dan mengamankan proyek karena merasa ikut memiliki.
* Pengawasan proyek akan lebih efisien dan efektif.
Partisipasi rakyat dimulai dari sejak awal hingga berhasilnya bentuk diakonia ini terlaksana.<ref name="Widyatmadja"/>
== Tugas dan Risiko Pelayanan ==
Dalam melakukan Diakonia Transformatif ini, gereja memiliki tugas untuk mendampingi, membimbing, mengarahkan dan memberdayakan kemampuan sekelompok masyarakat tertentu.<ref name="Lalu">{{id}} Yosef Lalu. 2007. ''Katekese Umat''. Jakarta: Komisi Kateketik KWI, 78.</ref>
Meskipun seperti itu, pelaksanaan Diakonia Transformatif menuai dampak buruk berupa ragam konflik dan risiko yang tinggi, karena para pelaku diakonia ini harus berjuang melawan sistem yang tidak adil dan kekuasaan yang semena-mena. <ref name="Sing">{{id}} Emmanuel Gerrit Singgih. 2000. ''Iman dan Politik dalam Era Reformasi di Indonesia ''. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 187-188.</ref> Selain itu, pelaksanaan diakonia ini memerlukan waktu yang cukup lama karena dalam prosesnya diperlukan pembenahan atas lingkaran sosial yang menyimpang dan yang menyebabkan kekacauan serta ketertindasan.<ref name="Widyatmadja"/>
|