Herman Johannes: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Robot: Cosmetic changes |
|||
Baris 3:
'''Prof. Dr. Ir. Herman Johannes''', sering juga ditulis sebagai '''Herman Yohannes''' atau '''Herman Yohanes''' (lahir di [[Rote]], [[NTT]], [[28 Mei]] [[1912]], meninggal di [[Yogyakarta]], [[17 Oktober]] [[1992]]), adalah cendekiawan, politikus, ilmuwan [[Indonesia]] dan [[guru besar]] [[Universitas Gadjah Mada]] ([[UGM]]) di Yogyakarta. Ia pernah menjabat [[Rektor]] [[UGM]] (1962-1966), Koordinator Perguruan Tinggi (Koperti) tahun 1966-1979, anggota [[Dewan Pertimbangan Agung]] ([[DPA]]) [[RI]] (1968-1978), dan [[Menteri]] Pekerjaan Umum (1950-1951).
== Karir ==
Herman Johannes adalah lulusan ''Technishce Hogeschool'' (THS) Bandung ([[ITB]]) yang kemudian dipindahkan sebagai Sekolah Tinggi Teknik Bandung di Yogyakarta dan menjadi cikal bakal Universitas Gadjah Mada. Herman Johannes banyak mengabdikan dirinya kepada kepentingan negara dan bangsanya, terumata rakyat kecil. Hingga menjelang akhir hayatnya, ia masih melakukan penelitian yang menghasilkan kompor hemat energi dengan [[briket arang biomassa]]. Keprihatinannya akan tingginya harga minyak bumi, selalu mendorongnya untuk mencari bahan bakar alternatif yang bisa dipakai secara luas oleh masyarakat. Herman Johannes pernah meneliti kemungkinan penggunaan [[lamtoro gung]], [[nipah]], [[widuri]], [[limbah]] [[pertanian]], dan [[gambut]] sebagai bahan bakar.
Meski lebih banyak dikenal sebagai pendidik dan ilmuwan, Herman Johannes tercatat pernah berkarir di bidang [[militer]].<ref>[[Julius Pour]] 1993. ''Herman Johannes: Tokoh yang Konsisten dalam Sikap dan Perbuatan''. [[Gramedia]], Jakarta. [[Biografi]].</ref>. Tanggal 4 November 1946 Herman Johannes menerima Surat Perintah yang ditadatangani Kapten (Kavaleri) Soerjosoemarno (kemudian menjadi ayah dari [[Yapto Soerjosoemarno]]) yang mengatasnamakan Kepala Staf Umum Kementerian Keamanan Rakyat Letjen [[Urip Sumohardjo]], yang isinya agar segera hadir dan melapor ke [[Markas Tertinggi Tentara]] di Yogyakarta. Ternyata Herman Johannes diminta membangun sebuah laboratorium persenjataan bagi TNI, karena pemerintah Indonesia saat itu sedang mengalami krisis persenjataan. Permintaan ini diterimanya dengan satu syarat, yakni jika laboratorium itu sudah bisa berdiri dan berproduksi, maka penanganannya harus dilanjutkan orang lain sebab Herman Johannes ingin melanjutkan karirnya di bidang pendidikan. Di bawah pimpinan Herman Johannes, Laboratorium Persenjataan yang terletak di bangunan [[Sekolah Menengah Tinggi]] ([[SMT]]) [[Kotabaru, Gondokusuman, Yogyakarta|Kotabaru]] ini
Keahlian Herman Johannes sebagai [[fisika]]wan dan [[kimia]]wan ternyata berguna untuk memblokade gerak pasukan Belanda selama ''clash'' I dan II. Bulan Desember 1948, Letkol [[Soeharto]] sebagai Komandan Resimen XXII TNI yang membawahi daerah Yogyakarta meminta Herman Johannes memasang bom di jembatan kereta api [[Sungai Progo]]. Karena ia menguasai teori [[jembatan]] saat bersekolah di THS Bandung, Johannes bisa membantu pasukan Resimen XXII membom jembatan tersebut. Januari 1949, Kolonel GPH [[Djatikoesoemo]] meminta Herman Johannes bergabung dengan pasukan [[Akademi Militer]] di sektor ''Sub-Wehrkreise'' 104 Yogyakarta. Dengan markas komando di Desa Kringinan dekat [[Candi Kalasan]], lagi-lagi Herman Johannes diminta meledakkan Jembatan [[Bogem]] yang membentang di atas [[Sungai Opak]]. Jembatan akhirnya hancur dan satu persatu jembatan antara Yogya-[[Solo]] dan Yogya-[[Kaliurang]] berhasil dihancurkan Johannes bersama para taruna Akademi Militer. Aksi gerilya ini melumpuhkan aktivitas pasukan Belanda sebab mereka harus memutar jauh mengelilingi [[Gunung Merapi]] dan [[Gunung Merbabu]] melewati [[Magelang]] dan [[Salatiga]] untuk bisa masuk ke wilayah Yogyakarta.
Baris 14:
Dalam sebuah makalahnya Herman Johannes pernah mengemukakan bahwa Sri Sultan dan [[Paku Alam VIII|Paku Alam]] bersama Komisi PBB menjemput para gerilyawan masuk kota Yogyakarta pada [[29 Juni]] [[1949]]. Pasukan Akademi Militer masuk kota dari arah [[Gondokusuman, Yogyakarta|Pengok]] dan dijemput langsung Paku Alam VIII, dan Herman Johannes kemudian harus berpisah dengan teman-teman seperjuangannya utuk kembali ke dunia pendidikan. Jasanya di dalam perang kemerdekaan membuat Herman Johannes dianugerahi [[Bintang Gerilya]] pada tahun 1958 oleh Pemerintah RI.
== Riwayat Hidup ==
=== Umum ===
Herman Johannes menikah tahun 1955 dengan Annie Marie Gilbertine Amalo (lahir [[18 Juni]] [[1927]]), seorang putri raja dari wilayah Leli{{fact}} di Pulau [[Rote]]. Mereka dikaruniai empat anak: Christine yang menikah dengan Dr. Wisnu Susetyo, seorang Wakil Presiden [[Freeport Indonesia]]; Henriette yang menikah dengan Robby Mekka, seorang musikus dan dosen musik di [[Institut Seni Indonesia]]; Daniel Johannes yang bekerja di [[Schlumberger Information Solutions]]; dan [[Helmi Johannes]], seorang [[presenter berita]] televisi di [[VOA]]. Herman Johannes adalah sepupu Pahlawan Nasional Dr. [[Wilhelmus Zakaria Johannes]]. Herman Johannes meninggal dunia pada [[17 Oktober]] [[1992]] karena kanker prostat. Meski sebagai pemegang Bintang Gerilya dan Bintang Mahaputra almarhum berhak dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan]], namun sesuai amanat beliau sebelum meninggal, maka keluarganya memakamkannya di [[Pemakaman Keluarga UGM]] di [[Sawitsari]], Yogyakarta, bersama dengan para koleganya sesama pendidik bangsa. Pada tahun 2003, nama Herman Johannes diabadikan oleh [[Keluarga Alumni Teknik Universitas Gadjah Mada]] (KATGAMA), atas prakarsa Ketua Katgama saat itu, [[Airlangga Hartarto]], menjadi sebuah penghargaan bagi karya utama penelitian bidang ilmu dan teknologi: [[Herman Johannes Award]]. Sesuai Keputusan Presiden RI ([[Keppres]]) No. 80 Tahun 1996, nama Herman Johannes diabadikan sebagai nama Taman Hutan Raya bagi kelompok hutan Sisinemi-Sanam seluas 1.900 [[hektare]] di Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Nama Prof Herman Johannes juga diabadikan menjadi nama jalan yang menghubungkan Kampus UGM dengan Jalan Solo dan Jalan Jenderal Sudirman di kota Yogyakarta.
Baris 29:
* Guru, Sekolah Menengah Tinggi (SMT), Jakarta, 1942
* Dosen Fisika, Sekolah Tinggi Kedokteran, Salemba, Jakarta, 1943
* Lektor, Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung di Yogyakarta,
* Mahaguru, STT Bandung di Yogyakarta, Juni 1948
* Dekan Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta,
* Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam (FIPA) UGM, Yogyakarta ,
* Rektor, [[Universitas Gadjah Mada]], Yogyakarta,
* Koordinator Perguruan Tinggi (Koperti), DIJ-Jateng,
* Ketua, Regional Science and Development Center (RSDC), Yogyakarta, 1969
=== Karir (lain-lain) ===
* Anggota, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP),
* Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga RI,
* Anggota Executive Board [[UNESCO]], Paris, 1954-1957
* Anggota Dewan Nasional,
* Anggota Dewan Perancang Nasional (Deppernas),
* Anggota, [[Dewan Pertimbangan Agung]] RI ([[DPA]] [[RI]]),
* Anggota Komisi Empat (Tim Pemberantasan Korupsi), 1970
* Anggota, Panitia Istilah Teknik, Departemen Pekerjaan Umum RI,
* Anggota, [[Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia]] (MABIM),
* Anggota Pepunas Ristek, Jakarta,
* Anggota [[Dewan Riset Nasional]],
=== Karir Militer ===
* Kepala Laboratorium Persenjataan, Markas Tertinggi Tentara, Yogyakarta, 1946
* Anggota Pasukan Akademi Militer Yogyakarta, Sektor ''Sub-Wehrkreise'' 104, Desember
* Dosen, Akademi Militer Yogyakarta,
* Pangkat terakhir: Mayor TNI, 1949
* Komandan Resimen Mahakarta,
=== Organisasi ===
Baris 64:
* Ketua, Gerakan Rakyat Indonesia Sunda Kecil (GRISK), 1947
* Partai Indonesia Raya (PIR) 1948
* Ketua, Yayasan Hatta,
* Pernah menjadi Ketua [[Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada]] ([[KAGAMA]])
* Pernah menjadi Ketua Legiun Veteran Yogyakarta
Baris 93:
{{reflist}}
== Pranala luar ==
*{{id}} [http://www.jaist.ac.jp/~rac/pub/kanigara/id/Home/herman.htm Para penemu dari Indonesia]
{{DEFAULTSORT:Johannes, Herman}}
[[Kategori:Kelahiran 1912]]
[[Kategori:Kematian 1992]]
|