Sri Kesari Warmadewa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: penggantian teks otomatis (-kuna +kuno)
Baris 7:
Raja dinasti Warmadewa pertama di Bali adalah Shri Kesari Warmadewa (yang bermakna Yang Mulia Pelindung Kerajaan Singha) yang dikenal juga dengan '''Dalem Selonding''', datang ke Bali pada akhir abad ke-9 atau awal abad ke-10, dia berasal dari Sriwijaya (Sumatra) di mana sebelumnya pendahulu dia dari Sriwijaya telah menaklukkan Tarumanegara( tahun 686) dan Kerajaan Kalingga di pesisir utara Jawa Tengah/Semarang sekarang. Persaingan dua kerajaan antara Mataram dengan raja yang berwangsa Sanjaya dan kerajaan Sriwijaya dengan raja berwangsa Syailendra (dinasti Warmadewa) terus berlanjut sampai ke Bali.
 
Di dalam sebuah kitab kunakuno yang bernama "Raja Purana", tersebutlah seorang raja di Bali yang bernama '''Shri Wira Dalem Kesari''' dan keberadaan dia dapat juga diketahui pada prasati (piagam) yang ada di Pura Belanjong di Desa Sanur, Denpasar, Bali. Di pura itu terdapat sebuah batu besar yang kedua belah mukanya terdapat tulisan kunakuno, sebagian mempergunakan bahasa Bali kunakuno dan sebagian lagi mempergunakan bahasa Sansekerta. Tulisan-tulisan itu menyebutkan nama seorang raja bernama "Kesari Warmadewa", beristana di Singhadwala. Tersebut juga di dalam tulisan bilangan tahun Isaka dengan mempergunakan "Candra Sengkala" yang berbunyi: "Kecara Wahni Murti". Kecara berarti angka 9, Wahni berarti angka 3 dan Murti berarti angka 8. Jadi Candra Sekala itu menunjukan bilangan tahun Isaka 839 (917 M). Ada pula beberapa ahli sejarah yang membaca bahwa Candra Sengkala itu berbunyi "Sara Wahni Murti", sehingga menunjukkan bilangan tahun Isaka 835 (913 M). Pendapat yang belakangan ini dibenarkan oleh kebanyakan para ahli sejarah.
 
Dengan terdapatnya piagam tersebut, dapatlah dipastikan bahwa Shri Wira Dalem Kesari tiada lain adalah Shri Kesari Warmadewa yang terletak di lingkungan Desa Besakih. Dia memerintah di Bali kira-kira dari tahun 882 M s/d 914 M, seperti tersebut di dalam prasasti-prasasti yang kini masih tersimpan di Desa Sukawana, Bebetin, Terunyan, Bangli (di Pura Kehen), Gobleg dan Angsari.