Suiko: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 25:
 
=== Perebutan kekuasaan ===
Setelah Bidatsu mangkat, tahta diserahkan kepada saudara sekandung Suiko, Pangeran Ikebe, yang kemudian naik tahta menjadi Kaisar Yōmei. Yōmei memerintah selama dua tahun dan mangkat karena sakit. Sepeninggalnya, terjadi perebutan kekuasaan antara keluarga Soga dan keluarga Mononobe. Keluarga SobaSoga mendukung Pangeran Hatsusebe dan keluarga Mononobe mendukung Pangeran Anonobe, kedua pangeran tersebut adalah saudara tiri Suiko. Keluarga Soga memenangkan persengketaan dan Pangeran Hatsusebe naik tahta sebagai Kaisar Sushun. Namun karena kepala keluarga Soga saat itu, Soga no Umako putra Soga no Iname, takut bahwa dia akan disingkirkan oleh Sushun yang tidak menyukai kekuatannya, Umako mengutus Yamatoaya no Ataikoma (東漢直駒) untuk membunuh sang kaisar pada 592. Setelah itu, Suiko yang merupakan janda Kaisar Bidatsu diangkat menjadi kaisarina.
 
=== Masa pemerintahan ===
Meskipun dalam catatan resmi Jepang, Suiko menyandang gelar ''[[Kaisar Jepang|tennō]]'', banyak sejarawan percaya bahwa gelar ini belumlah dikenal sampai masa pemerintahan Kaisar Tenmu dan Kaisarina Jitō. Sangat mungkin gelar yang dipakai saat itu adalah ''Sumeramikoto'' atau ''Amenoshita Shiroshimesu Ōkimi'' (治天下大王), yang bermakna "ratu agung yang memerintah semua yang di bawah langit." Kalau tidak, Suiko mungkin disapa dengan sebutan (ヤマト大王/大君, ''Yamatoōkimi''/''Taikun'') atau "Ratu Agung Yamato".
 
Di tahun berikutnya, Pangeran Shōtoku, putra [[Kaisar Yōmei]], ditetapkan sebagai wali kaisar. Meskipun di masa pemerintaha Suiko kekuatan politik negara banyak dipegang oleh Pangeran Shōtoku dan Soga no Umako, tetapi Suiko sendiri juga memiliki kemampuan politik yang memadai. Penolakan Suiko terhadap permintaan Umako untuk memberikan wilayah otonomi pada 624 menegaskan bahwa Suiko memiliki kedaulatan politik yang tidak terkungkung oleh Soga no Umako. Di bawah kepemimpinannya, agama [[Buddha]] diakui secara resmi pada 594. Suiko sendiri adalah salah satu penguasa monarki Buddha di Jepang dan mengambil sumpah sebagai [[biarawati]] sesaat sebelum menjadi kaisarina.
 
Pada masa kekuasaannya, Suiko mempererat hubungan dengan [[Dinasti Sui]]. Suiko mengadopsi sistem peringkat kebangsawanan (冠位十二階, ''Kan'i Jūnikai'') pada tahun 600. Pengadopsian kalender [[Ganzhi]] di Jepang juga dialamatkan kepada Kaisarina Suiko pada tahun 604.
 
=== Mangkat ===
Kaisarina Suko mangkat pada tahun 628 setelah memerintah selama 35 tahun. Menjelang kematiannya, Suiko memberikan petunjuk samar mengenai penerusnya, yakni Pangeran Tamura dan Pangeran Yamashiro. Pangeran Tamura adalah putra Pangeran Oshisaka, putra Kaisar Bidatsu. Dia mendapat dukungan dari keluarga utama klan Soga, termasuk Soga no Emishi, putra Soga no Umako. Sedangkan Pangeran Yamashiro adalah putra Pangeran Shōtoku dan dia didukung sebagian keluarga Soga yang lain. Pada akhirnya, Pangeran Tamura naik tahta sebagai [[Kaisar Jomei]].
 
== Keluarga ==
 
=== Orangtua ===
* Ayah: [[Kaisar Kimmei]] (欽明天皇, ''Kinmei-tennō'', 509–571)
** Kakek: [[Kaisar Keitai]] (継体天皇, ''Keitai-tennō'')
** Nenek: Permaisuri Tashiraka no Himemiko (手白香皇女)
* Ibu: Soga no Kitashihime (蘇我 堅塩媛)
** Kakek: Soga no Iname
 
=== Pasangan ===
[[Kaisar Bidatsu]] ((敏達天皇, ''Bidatsu-tennō'')
* Ayah: [[Kaisar Kimmei]] (欽明天皇, ''Kinmei-tennō'', 509–571)
* Ibu: Permaisuri Ishi-Hime
** Kakek: [[Kaisar Senka]]
** Nenek: Permaisuri Tachibana no Nakatsu
 
=== Anak ===
* Putri Uji no Shitsukahi (Uji no Kahitako). Menikah dengan Pangeran Shōtoku.
* Pangeran Takeda
* Putri Woharida, born about 572, menikah dengan saudara tirinya, Oshisako no Hikohito no Oe
* Putri Umori (Karu no Mori)
* Pangeran Wohari
* Putri Tame, menikah dengan [[Kaisar Jomei]]
* Putri Sakurawi no Yumihari
 
== Lihat pula ==