Eksplorasi Sulawesi Tengah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rintisan sejarah Indonesia.
 
Baris 11:
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM S.S. Reynst van de KPM in de Paloe-baai TMnr 60018622.jpg|thumb|left|Kapal milik [[Koninklijke Paketvaart Maatschappij|KPM]] di [[Teluk Palu]]]]
Di antara petugas dan pejabat Belanda yang ditunjuk di barat laut Sulawesi Tengah, terdapat nama-nama seperti [[Kiliaan]], [[Hissink]], dan kapten [[Boonstra van Heerdt]]. Kiliaan secara khusus mempelajari Napu, terutama Behoa. Hissink mempelajari desa-desa sekitar Lembah Palu, juga para penduduk yang tinggal di bagian selatan dari lembah sejauh desa di tepi [[Sungai Koro]]. Sementara untuk pemetaan desa-desa di sekeliling [[Sungai Palu]] dan Koro telah banyak dilakukan oleh G. Boonstra van Heerdt yang —menurut [[Walter Kaudern]]— sangat bersemangat. Dari September 1910 sampai Februari 1912, iadia menjelajahi wilayah ini hampir dari segala arah.{{sfn|Kaudern|1925a|p=31}} Sangat sedikit [[naturalis]] yang mengunjungi daerah pegunungan. [[Geolog|Ahli geologi]] Belanda, [[E.C. Abendanon]] pada tahun 1909 hingga 1910 melakukan penelitian di Sulawesi Tengah. Dia memulai penelitian di selatan dan pergi ke arah utara sejauh distrik Bada, dan kemudian berbalik ke barat mengikuti tepi kanan sungai Koro-Lariang ke muara sungai hingga [[Selat Makassar]]. Dia juga melakukan perjalanan yang cepat dari Palu hingga ke Koelawi.{{sfn|Kaudern|1925a|p=30}}
 
Pada tahun 1911, profesor [[Jerman]] [[Albert Grubauer]] mulai menjelajahi Sulawesi Tengah. Perjalanan yang paling penting yang dilakukannya adalah dari Poso melalui Napu dan Behoa ke Bada. Dari wilayah ini, dia mengikuti lembah Belanta-Koro menuju Gimpu, dan selanjutnya pergi melalui Kulawi dan Lindu untuk tiba di Palu. Segera sebelum perjalanan ini, dia melintasi bagian timur Sulawesi Tengah, setelah pertama kali mengunjungi distrik [[Rampi, Luwu Utara|Rampi]] dan Leboni, di bagian selatan anak sungai Koro.{{sfn|Kaudern|1925a|p=31}} Dua tahun kemudian, pada tahun 1913, [[Bala Keselamatan]] membuka misi di Kulawi. Manajer pertamanya, orang Belanda bernama [[J. Loois]], telah diberikan tugas untuk studi bahasa asli Koelawi, yang disebut Moma.{{efn|Moma adalah negasi yang hanya terdapat di Sulawesi Tengah, dan selalu digunakan sebagai nama dari bahasa.}} Misi lain dibuka oleh Bala Keselamatan di Kantewoe pada tahun 1918. Misionaris pertama adalah orang Inggris bernama James Woodward yang telah mempelajari budaya asli, terutama bahasa Oema.{{sfn|Kaudern|1925a|pp=31-32}} Ilmuwan berikutnya setelah Grubauer yang mengunjungi desa-desa pegunungan di bagian utara danbaratdan barat adalah peneliti [[Amerika Serikat]], [[H.C. Raven]], membuatyang meneliti fauna dan megalitik koleksiyang binatangtersebar di Lindu, Kulawi, Gimpu, Bada, dan Behoa.{{sfn|Kaudern|1925a|p=32}}
 
== Dampak ==