Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 18:
* [[671]] - Seorang pendeta Budha dari Tiongkok, bernama [[I-Tsing]] berangkat dari [[Kanton]] ke India. Ia singgah di [[Kerajaan Sriwijaya|Sriwijaya]] untuk belajar tata bahasa [[bahasa Sanskerta|Sanskerta]], kemudian ia singgah di Malayu selama dua bulan, dan baru melanjutkan perjalanannya ke India.
* [[685]] - I-Tsing kembali ke Sriwijaya, disini ia tinggal selama empat tahun untuk menterjemahkan [[Tripitaka|kitab suci Budha]] dari bahasa Sanskerta ke dalam [[bahasa Tionghoa]].
* [[692]] - Salah satu kerajaan Budha di Indonesia yaitu [[Sriwijaya]] tumbuh dan berkembang menjadi pusat perdagangan yang dikunjungi oleh pedagang [[Bangsa Arab|Arab]], [[Parsi]], dan [[Tiongkok]]. Yang diperdagangkan antara lain tekstil, kapur barus, mutiara, rempah-rempah, emas, perak. Wilayah kekuasaannya meliputi [[Sumatera]], [[Semenanjung Malaya]], [[Kamboja]], dan [[Pulau Jawa|Jawa]]. Sriwijaya juga menguasai jalur perdagangan [[Selat Malaka]], [[Selat Sunda]], dan [[Laut China Selatan]]. Dengan penguasaan ini, Sriwijaya mengontrol lalu lintas perdagangan antara [[Tiongkok]] dan [[India]], sekaligus menciptakan kekayaan bagi kerajaan.
* [[922]] - Dari sebuah laporan tertulis diketahui seorang musafir Tiongkok telah datang kekerajaan Kahuripan di Jawa Timur dan maharaja Jawa telah menghadiahkan pedang pendek berhulu gading berukur pada kaisar Tiongkok.
* [[932]] - Restorasi kekuasaan Kerajaan Sunda. Hal ini muncul melalui [[Prasasti Kebon Kopi II]] yang bertanggal 854 Saka atau 932 Masehi. <ref>Herwig Zahorka, The Sunda Kingdoms of West Java From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with the Royal Center of Bogor, Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta, 2007</ref>