Filsafat ketuhanan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Ign christian (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Omslag till boken Guds tredje strategi.jpg|200|thumb]]
'''Filsafat Ketuhanan''' adalah pemikiran tentang [[Tuhan]] dengan pendekatan akal budi, yaitu memakai apa yang disebut sebagai pendekatan filosofis.<ref name="Tjahyadi">[[Simon Petrus Lili Tjahjadi|Tjahyadi. S.P Lili]]., ''Tuhan para Filsuf dan Ilmuwan'', Yogyakarta: Kanisius 2007</ref> Bagi orang yang menganut agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya.<ref name="Tjahyadi"/> Jadi Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan.<ref name="Tjahyadi"/> Usaha yang dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara [[absolut]] atau mutlak, namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai pada kebenaran tentang Tuhan.<ref name="Huijbers">{{id}}Theo Huijbers., ''Manusia mencari ALLAH suatu Filsafat Ketuhanan, Yogyakarta: Kanisius, 1977</ref>
 
== Penelitian tentang Allah dalam Ilmu Filsafat ==
Baris 33:
=== Thomas Aquinas (1225-1274) ===
[[Berkas:St-thomas-aquinas.jpg|150px|right|thumb|Santo Thomas Aquinas]]
'''[[Thomas Aquinas]]''' menggabungkan pemikiran [[Aristoteles]] dengan [[Wahyu]] Kristen.<ref name="engel"/> Kebenaran [[iman]] dan rasa pengalaman bukan hanya cocok, namun juga saling melengkapi; beberapa [[kebenaran]], seperti misteri dan [[inkarnasi]] dapat diketahui melalui wahyu, sebagaimana [[ilmu|pengetahuan]] dari susunan [[benda]]-benda di dunia, dapan diketahui melalui rasa pengalaman; seperti kesadaran manusia akan eksistensi Allah, baik wahyu maupun rasa pengalaman dipakai untuk membentuk persepsi tentang adanya Allah.<ref name="engel"/>
* Thomas Aquinas terkenal dengan lima jalan (dalam Bahasa Latin; ''[[quinque viae]] ad deum'') untuk mengetahui bahwa Allah benar-benar ada.<ref name="engel" />
* Jalan 1 adalah ''gerak'', bahwa segala sesuatu bergerak, setiap gerakan pasti ada yang menggerakkan, namun pasti ada sesuatu yang menggerakkan sesuatu yang lain, namun tidak digerakkan oleh sesuatu yang lain, Dialah Allah.<ref name="engel" />
* Jalan 2 adalah ''[[hukum sebab akibat|sebab akibat]]'', bahwa setiap akibat mempunyai sebabnya, namun ada penyebab yang tidak diakibatkan, Dialah sebab pertamanpertama, Allah.<ref name="engel" />
* Jalan 3 adalah ''keniscayaan'', bahwa di dunia ini ada hal-hal yang bisa ada dan ada yang bisa tidak ada (contohnya adalah benda-benda yang dahulu ada ternyata ada yang musnah, namun ada juga yang dulu tidak ada ternyata sekarang ada), namun ada yang selalu ada (niscaya) Dialah Allah.<ref name="engel" />
* Jalan 4 adalah pembuktian berdasarkan ''derajat'' atau gradus melalui perbandingan, bahwa dari sifat-sifat yang ada di dunia ( yang baik-baik) ternyata ada yang paling baik yang tidak ada tandingannya (sifat Allah yang serba ''maha'') Dialah Allah.<ref name="engel" />
Baris 59:
 
=== Hegel (1770-1831) ===
[[Hegel]] juga disebut filsuf idealisme Jerman.<ref name="Suseno">{{id}}[[Franz Magnis Suseno]], ''Menalar Tuhan'', Yogyakarta: Kanisius 2006</ref> Ajaran yang terkenal dari Hegel adalah dialektika, di mana ada dua hal berbeda (bahkan kontras) yang bertemu dan membentuk hal baru.<ref name="Tjahyadi"/> Pertama-tama Hegel membedakan antara rasio murni (dalam Kant) sebagai kesadaran manusia, namun ada yang lebih dari itu yaitu ''[[intelektualitas|intelek]]''. Intelek itu senantiasa mengerjakan kinerja rasio dan intelektualitas sehingga dialektika terus terjadi.<ref name="Tjahyadi"/> Roh Absolut yang adalah intelek itu bekerja dan menyatakan dirinya dalam proses sejarah manusia.<ref name="Tjahyadi"/> Pekerjaan Roh itu dapat mencapai tujuannya dalam alam semesta ketika terjadi dialektika antara subjek dan objek, antara yang terbatas dan tidak terbatas, dan yang paling bisa dimengerti adalah antara yang imanen dan transenden.<ref name="Tjahyadi"/> Hegel berpendapat Allah di dalam agama Kristen juga bekerja seperti peristiwa [[reformasi]] yang sebenarnya merupakan peristiwa pemulih atau pengembali keadaan manusia menjadi baik kembali.<ref name="Tjahyadi"/> Dari peristiwa-peristiwa itu maka Allah menurut Hegel dapat diartikan dalam tiga tahap:
1. Segala sesuatu yang terjadi dalam sejarah adalah proses perjalanan Roh (Allah) yang menemukan dirinya sendiri
2. Melalui manusia dengan kesadarannya, Roh itu menemukan dirinya (peristiwa revolusi oleh Napoleon misalny)
Baris 104:
== Ateisme ==
{{main|Ateisme}}
'''[[Ateisme]]''' berari penyangkalan adanya Allah.<ref name="Huijbers"/> Namun arti tentang Allah yang disangkal adanya, tidak sama dengan pandagan semua orang, oleh karenanya arti ateisme berbeda-beda juga.<ref name="Huijbers"/> Lima model ateisme yang diuraikan [[Franz Magnis Suseno]] adalah ateisme dalam diri [[Ludwig Feuerbach]], [[Karl Marx]], [[Friedrich Nietzsche]], [[Sigmund Freud]] dan [[Jean Paul Sartre]].<ref name="Suseno"/>
 
=== ScientismeSaintisme merupakan bagian dari Ateisme ===
[[ScientismeSaintisme]], sesuai dengan dogma rasionalis, memandang inteligensi manusia sebgai ukuran seluruh inteligibilitas, scientismesaintisme membatasi [[rasionalisme]] sendiri dalam batas-batas pengetahuan saja, sehingga [[roh]] manusia sendiri direduksi sampai dimensi ilmiah saja.<ref name="Leahy"/> Segala sesuatu dipandang sebagai obyek yang dapat diukur, bahkan subyeksubjek pada akhirnya nanti dibendakan juga.<ref name="Leahy"/> Maka pada akhirnya scientismesaintisme menolak metafisika, sehingga apa yang dipikirkan secara metafisik dibendakan begitu saja, dan ini adalah bentuk ateisme.<ref name="Leahy"/> Problem lebih lanjut adalah scientismesaintisme melawan pemikiran agama dan iman.<ref name="Leahy"/> Hal ini terjadi pada masa [[Galilei]] yang mengemukakan tentang bumi yang diistilahkan ''geo-sentris''.<ref name="Leahy"/> Hal lain yang kemudian muncul juga pada [[Charles Darwin]] dengan teori [[evolusi]] yang menyangkal kisah penciptaan manusia dalam [[naskah]] Alkitab.<ref name="Leahy"/>
 
=== Ludwig Feuerbach ===
Baris 123:
=== Friedrich Nietzsche (1844-1899) ===
[[Berkas:Nietzsche187a.jpg|thum|left|150px|Nietzche yang terkenal dengan ''Tuhan telah mati, kitalah yang membunuh-Nya'']]
[[Friedrich Nietzsche]] sangat terkenal dengan ''Sabda Zarathustra'' (1883) bahwa "Tuhan telah mati".<ref name="engel">{{en}}Moris Engel and Engelica Soldan., ''The Study of Philosophy'', USA: Rowman & Litlefield Publisher, Inc, 2008</ref> Inilah awal mula penolakannya terhadap Tuhan.<ref name="engel"/> Penolakannya terhadap Tuhan sebenarnya berasal dari kebenciannya melihat orang Kristen yang tidak menunjukkan kekristenan yang seharusnya menampilkan [[kasih]].<ref name="engel"/> Kebenaran bagi dia sangat subyektifsubjektif, dipikirkan manusia yang sangat super ke[[kuasa]]annya terhadap dirinya sendiri.<ref name="engel"/> [[SubyektivitasSubjektivitas]] itu juga dalam hal kebenaran agama, apa yang disebut baik bisa saja sebenarnya sangat buruk, apa yang disebut buruk bisa saja sebenarnya sangat baik.<ref name="engel"/> Agama Kristen dianggap oleh Nietzsche sebagai bentuk Platonisme baru yang memisahkan antara dunia, kosmologi, materi dan apa yang dapat ditangkap oleh pancaindera.<ref name="Leahy"/> Dari sini keburukan Kristen kata Nietzsche dipandang meremehkan hal-hal duniawi, tampak seperti gnosis yang meremehkan hidup (tubuh, dunia, hawa nafsu) sehingga merupakan hasrat akan kehampaan, kehendak akan dekadensi, sebagai penyakit, kelesuah dan kepayahan hidup.<ref name="Leahy"/> Hal ini ditujukan kepada agama [[Kristen]] yang memiliki label baik, sebenarnya sangatlah buruk, yaitu dengan ajaran-ajarannya yang sebenarnya membelenggu manusia untuk berkembang.<ref name="engel"/> Bagi dia, manusia adalah ukuran segala sesuatu, bukan Tuhan yang disebut agama Kristen.<ref name="engel"/> Manusialah tuhan atas ciptaan ini dan yang mampu mengerjakan apa yang diinginkannya.<ref name="engel"/> Maka penolakan akan Tuhan adalah hal yang paling baik, sebab manusia menjadi tidak bergantung pada Allah (Kristen) yang hanya membelenggu manusia itu, katanya.<ref name="engel"/>
 
=== J. Paul Sartre (1905-1980) ===