PSIM Yogyakarta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pendukung: The Maident
Baris 70:
Perkembangan arah pemikiran mengehendaki pula perubahan di dalam dunia suporter PSIM Jogjakarta. Teriakan-teriakan revolusi PSSI dimana sepakbola sudah terlalu dipandang bermuatan politik praktis baik kedaerahan dan nasional semakin sering terdengar. Hal tersebut membuat sekitar 70 laskar sejak tahun 2008 bersepakat memikirkan sebuah konsep baru. Bisa dikatakan membentuk oposisi mengusung organisasi baru. Sistem yang diharapkan mengubah kebiasaan-kebiasaan lama. Puncaknya pada tanggal 1 Oktober 2010 atas dasar kebersamaan yang mengutamakan prinsip atraktif, menekan total aksi anarkis di sepakbola, dan meminimalisir unsur politik maka terbentuklah ''The Maident''.
 
''The Maident'' murni usulan olehkonsep Bapak Wasito dari laskar MGR. Bapak Wasito bersama forum di Balai RW Gandekan merumuskan bahwa sudah waktunya suporter lebih berdikari. ''Jer basuki mawa bea'', untuk mencapai sebuah cita-cita harus mau berkorban. Tidak gampang untuk menjadi independen bekalnya harus banyak. Semangat utamanya adalah ''“tan gumantung ing liyan”'' dalam berbagai hal. Maka sampai hari ini ''rewo-rewo'' menjadi salam kebersamaan yang selalu di suarakandisuarakan melalui tribun utara. Semangat berdikari, berdiri di atas kaki sendiri demi PSIM Jogjakarta kembali kepada kejayaannya. Sejarah jelas mengatakan PSIM sebagai salah satu inisiator berkembangnya sepakbola di Indonesia. Persatuan Sepakraga Mataram (PSM) sebagai cikal bakal PSIM jelasmenunjukkan memuatunsur unsuridentitas yang berbeda dibanding kelompok sepakbola di masa itu. Jadi, independensi sebenarnya sudah ada sejak embrio PSIM tersebut mulai ada. 
 
The Maident selalu memberikan totalitas dukungannya di dalam dan di luar lapangan untuk PSIM Jogja yang istimewa. ''Tansah nyawiji, greget, sengguh, ora mingkuh...''