Penyesalan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 20:
 
=== Penyesalan sempurna dan tidak sempurna ===
Apabila kebencian atau kejijikan akan dosa timbul dari [[kasih (kebajikan)|kasih]] akan Allah, yang telah disakiti secara menyedihkan, maka penyesalan sedemikian disebut "sempurna". Sementara jika timbul dari motif lainnya, seperti kehilangan [[Surga (Kekristenan)|surga]], takut akan [[Pandangan Kristen tentang neraka|neraka]], ataupun kengerian dari rasa bersalah, maka disebut "penyesalan tidak sempurna" atau 'atrisi' ({{lang-en|attrition}}, {{lang-la|attritio}}).<ref name="Hanna 1907"/><ref>{{cite EB1911|wstitle=Attrition|volume=2|page=887}}</ref>
 
==== Penyesalan sempurna ====
Penyesalan sempurna (dari kata [[bahasa Latin|Latin]] ''contero'' "menggiling, menghancurkan, menumbuk menjadi potongan-potongan"; juga disebut penyesalan kasih) adalah suatu penyesalan atas [[dosa (Kristen)|dosa]] yang digerakkan oleh [[iman dalam Kekristenan|iman]] dan [[Kasih Allah|kasih akan Allah]].<ref name="CCC 2012">{{en}} {{cite book|title=[[Catechism of the Catholic Church]]|author=Catholic Church|edition=2|publisher=Libreria Editrice Vaticana|location=Vatican City|date=2012}}</ref>{{rp|1452}} Penyesalan semacam ini dikontraskan dengan penyesalan tidak sempurna, yang timbul dari suatu motif yang kurang murni seperti norma moral umum ataupun takut akan [[Pandangan Kristen tentang neraka|Neraka]].<ref name="CCC 2012" />{{rp|1453}} Kedua macam penyesalan tersebut dibedakan oleh motif atau alasan seseorang untuk bertobat, bukan kekuatan emosi atau perasaan seseorang. Dapat saja terjadi bahwa penyesalan sempurna maupun tidak sempurna dialami secara bersamaan.
 
Dalam penyesalan sempurna, motifnya didasarkan pada kebaikan Allah sendiri dan bukan sekadar kebaikan-Nya pada orang berdosa atau pada perikemanusiaan. Tidak ada cara untuk mengetahui dengan kepastian mutlak apakah seseorang telah melakukan suatu laku tobat yang sempurna, tetapi yang dibutuhkan adalah patokan atau standar dari semua tindakan manusia, yakni kepastian moral. Apabila seseorang mendaraskan suatu [[Doa Tobat|doa tobat]] dengan niat yang tulus, maka sangat mungkin bahwa ia memiliki kepastian moral.<ref>{{en}} {{cite web|url=http://www.ewtn.com/vexperts/showmessage_print.asp?number=370862|title=Perfect Contrition|publisher=EWTN|last1=Donovan, STL|first1=Colin B.|accessdate=27 October 2014}}</ref>
 
Penyesalan sempurna menghapus kebersalahan dan hukuman kekal yang disebabkan oleh [[dosa berat]], bahkan sebelum [[penitensi|peniten]] menerima [[absolusi]] dalam [[Sakramen Tobat]], asalkan orang tersebut memiliki suatu ketetapan hati yang kuat untuk melakukan pengakuan dosa sakramental sesegera mungkin.<ref name=Penance>{{en}} {{cite web|url=http://www.vatican.va/roman_curia/congregations/cfaith/cti_documents/rc_cti_1982_riconciliazione-penitenza_en.html|title=Penance And Reconciliation|publisher=International Theological Commission|ref=C.4|accessdate=27 October 2014}}</ref> Salah satu contoh dari ajaran teologis tersebut diperlihatkan pada ''[[Kitab Hukum Kanonik 1983|Kitab Hukum Kanonik]]'' dalam Kanon 916: "Seseorang yang sadar berdosa berat jangan merayakan [[Misa]] atau menerima [[Tubuh Kristus|Tubuh Tuhan]] tanpa terlebih dahulu menerima sakramen pengakuan, kecuali terdapat suatu alasan berat serta tidak ada kesempatan mengaku; dalam hal demikian hendaknya ia ingat kewajibannya untuk melakukan suatu laku tobat yang sempurna, yang mengandung niat untuk mengaku sesegera mungkin."<ref>{{en}} {{cite book|title=Code of Canon Law|edition=1984|location=Canon 916|accessdate=27 October 2014}}</ref>
 
Dalam kasus orang yang terancam bahaya kematian, sementara pengakuan dosa sakramental tidak memungkinkan untuk dilakukan, keinginan yang kuat untuk melakukan pengakuan sakramental, dengan sesegera mungkin seandainya ia bertahan hidup, juga menghapuskan kebersalahan dan hukuman kekal yang diakibatkan oleh [[dosa berat]].<ref name=Penance/>
 
==== Penyesalan tidak sempurna ====
{{Wikisource1911Enc|Attrition|link=en}}
 
Menurut Mazmur 111:10, "Permulaan hikmat adalah takut akan {{TUHAN}}." Dalam Filipi 2:12, Rasul Paulus mendesak umat Kristen untuk mengerjakan "[[keselamatan (agama)|keselamatan]] {{interp|kita|orig=mu}} dengan takut dan gentar". Berbeda dengan penyesalan sempurna, penyesalan tidak sempurna (juga dikenal sebagai ''attritio'') adalah suatu keinginan untuk tidak berbuat [[dosa (Kristen)|dosa]] lagi karena suatu alasan selain kasih akan Allah.<ref name="CCC 2012" />{{rp|1492}} ''Attritio'' tidak menghasilkan [[Pembenaran (teologi)|pembenaran]], namun menggerakkan jiwa untuk menerima [[rahmat ilahi]] di dalam [[Sakramen (Katolik)|Sakramen]] [[Sakramen Tobat|Rekonsiliasi]] yang tersedia dalam Gereja Katolik.<ref name="CCC 2012" />{{rp|1453}}
 
[[Konsili Trente]] (1545-1563) menyatakan bahwa, kendati dimotivasi oleh alasan-alasan seperti "pertimbangan kebobrokan dosa ataupun dari rasa takut akan Neraka dan hukuman", penyesalan tidak sempurna adalah juga suatu anugerah dari Allah. "Barang siapa menyatakan bahwa {{interp|orig=atrisi|penyesalan tidak sempurna}} ... adalah bukan suatu kepedihan yang benar dan menguntungkan; bahwa penyesalan tersebut tidak mempersiapkan jiwa untuk menerima rahmat, tetapi menjadikannya seorang munafik, bahkan seorang pendosa yang lebih besar, biarlah ia menjadi [[Anatema]]."<ref name="Hanna 1907"/>
 
Hal yang juga menjadi bahan pertanyaan terkait penyesalan tidak sempurna adalah ketika seseorang yang melakukan suatu pengakuan sakramental atas dosa berat yang ia lakukan, apakah penyesalan tidak sempurna bersamaan dengan sakramen tersebut cukup untuk memperoleh pembenaran kendati ia masih memiliki dosa yang belum ia sadari? Jawabannya secara umum adalah ya.<ref name="Hanna 1907"/>
 
Ayat-ayat dalam [[Kitab Suci Katolik|Kitab Suci]] yang digunakan untuk mendukung penyesalan tidak sempurna misalnya Amsal 13:13, Amsal 14:26-27, Amsal 19:23, Matius 10:28, dan Filipi 2:12.
 
=== Kualitas-kualitas ===
Sesuai dengan tradisi Katolik, baik penyesalan sempurna maupun tidak sempurna harus bersifat batiniah, adikodrati, universal, dan absolut.
<ref name="Hanna 1907"/>
 
==== Batiniah ====
Penyesalan harus merupakan kesedihan yang nyata dan tulus dari dalam hati.<ref name="Hanna 1908"/>
 
== Dalam teologi Kristen lainnya ==
Baris 40 ⟶ 67:
* [[Regenerasi (teologi)]]
* [[Sakramen Tobat]]
 
== Catatan ==
{{notelist}}
 
== Referensi ==