Kesultanan Tidore: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: penggantian teks otomatis (- dibawah, +di bawah) |
|||
Baris 53:
=== Aspek Kehidupan Politik dan Kebudayaan ===
Kesultanan Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku (1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan [[Belanda]] yang dibantu [[Inggris]]. [[Belanda]] kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, [[Inggris]] tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh [[Kerajaan Portugal|Portugal]], [[Spanyol]], [[Belanda]] maupun [[Inggris]] sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi [[Pulau Seram]], sebagian [[Halmahera]], [[Raja Ampat]], Kai, dan sebagian [[Papua]]. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Sultan Zainal Abidin. Ia juga giat menentang [[Belanda]] yang berniat menjajah kembali Kepulauan Maluku.
=== Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial ===
Sebagai [[kerajaan]] yang bercorak [[Islam]], masyarakat [[Tidore]] dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan hukum Islam. Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Nuku dari Tidore dengan De Mesquita dari [[Kerajaan Portugal|Portugal]] melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah
Kesultanan [[Tidore]] terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah [[Maluku]]. Sebagai penghasil rempah-rempah, [[Tidore]] banyak didatangi oleh Bangsa-bangsa Eropa. Bangsa Eropa yang datang ke [[Maluku]], antara lain bangsa [[Portugis]], [[Spanyol]], dan [[Belanda]].
Baris 84:
# 1569-1586: Sultan Iskandar Sani
# 1586-1600: Sultan Gapi Baguna
# 1600-1626: Sultan Mole Majimo alias
# 1626-1631: Sultan Ngora Malamo alias Alauddin Syah; memindahkan pemerintahan dan mendirikan Kadato (Istana) Biji Negara di Toloa
# 1631-1642: Sultan Gorontalo alias Saiduddin
|