Daftar Bupati Bekasi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 59:
|<small>H.</small></br>Moch. Djamhari
|1993 - 1998
|Saat masa pemerintahannya, [[dunia]] [[kereta api|perkeretaapian]] di daerah [[Kabupaten Bekasi]] sedang bermasalah lagi, setelah pada dekade [[1970-an|70an]] akhir-[[1980-an|80an]] awal. Akibatnya, banyak [[Jalur kereta api nonaktif di Indonesia|jalur cabang kereta api tersebut dinonaktifkan]] pada pertengahan dekade [[1990-an|90an]] (tepatnya tahun [[1994]]/[[1995|95an]]) akibat adanya maraknya [[trayek angkutan umum|trayek bus kota dan angkot]] dari [[Jakarta]] masuk wilayah [[Bekasi]], serta [[bencana alam]] seperti [[banjir]], [[gempa]] dan [[tanah longsor]], seperti [[banjir]] di daerah [[Bojong Kulur, Gunung Putri, Bogor|Bojongkulur]] yang mengakibatkan terendamnya [[Jalur kereta api Nambo-Jabung|lintas kereta api Nambo-Jabung]] dan [[Jalur kereta api Jabung-Cakung|Jabung-Cakung]] serta amblesnya [[jembatan]] [[kereta api]], luapnya [[Sungai Cikeas]] dan kecelakaan yang menimpa [[lokomotif BB301|lok no. BB30124]] yang menarik [[kereta api barang]] angkutan [[pasir]], [[gempa]] di daerah [[Cibarusah, Bekasi|Cibarusah]] dan [[Cikarang (kota)|Cikarang]] serta [[tanah longsor]] di daerah [[Cibarusah, Bekasi|Cibarusah]] dan [[Bojongmangu, Bekasi|Bojongmangu]], [[Bekasi]] yang mengakibatkan [[kereta api]] tidak bisa dilalui dan [[Jalur kereta api nonaktif di Indonesia|jalur kereta ini nonaktif]] sama sekali. Pada tahun [[1997]], [[Kota administratif|Kota Administratif]] [[Bekasi]] ditetapkan menjadi [[kota]] sendiri.
|-
|10