Kartini: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
+berkas |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
{{Untuk|film dengan nama yang sama|R.A. Kartini (film)}}RA Kartini adalah pahlawan Perempuan yang menginspirasi perempuan-perempuan di Indonesia. Pendidikan yang rendah tidak menghalangi seseorang untuk melakukan perubahan. Semangat RA Kartini telah memberikan spirit bagi pejuang-pejuang wanita yang ingin melakukan perubahan. Pejuang wanita yang akan terus melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Organisasi Perempuan di Desa seperti PWP (Pelita Wanita Petuguran) membawa semangat RA Kartini dalam perjuangannya. PWP adalah sebuah organisasi perempuan di desa Petuguran yang semangatnya datang dari ruh perjuangan RA Kartini. {{Infobox Person
|name = R.A. Kartini
|image = COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van Raden Ajeng Kartini TMnr 10018776.jpg
Baris 20 ⟶ 19:
== Biografi ==
[[Berkas:RM Sosroningrat.jpg|thumb|100px|left|Ayah Kartini, R.M. Sosroningrat.]]
Raden Adjeng Kartini berasal dari kalangan ''[[priyayi]]'' atau kelas bangsawan Jawa.<ref name="jote p2"/> Ia merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati [[Jepara]] segera setelah Kartini lahir.<ref name="jote p2"/> Kartini adalah putri [[dari]] istri pertama, tetapi bukan istri utama.<ref name="jote p2"/> Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari [[Nyai]] Haji Siti Aminah dan [[Kyai]] Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.<ref name="jote p2"/> Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga [[Hamengkubuwana VI]]. Garis keturunan Bupati Sosroningrat bahkan dapat ditilik kembali ke istana [[Kerajaan Majapahit]].<ref name="jote p2"/> Semenjak Pangeran Dangirin menjadi bupati [[Surabaya]] pada abad ke-18, nenek moyang Sosroningrat mengisi banyak posisi penting di Pangreh Praja.<ref name="jote p2">{{cite book|title= On feminism and nationalism: Kartini's letters to Stella Zeehandelaar 1899-1903|year=2005|page=2|publisher=Monash University Press|isbn=1876924357}}</ref>
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang [[wedana]] di [[Mayong]]. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang [[bupati]] beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi<ref>''[http://www.asiaquarterly.com/content/view/170/43/ Interview with Kathryn Robinson: Secularization of Family Law in Indonesia]'', Harvard Asia Quarterly, diakses 21 April 2010</ref>, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura.<ref name="jote p2"/> Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Baris 26 ⟶ 25:
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun dan dikenal pada pertengahan abad ke-19 sebagai salah satu bupati pertama yang memberi pendidikan Barat kepada anak-anaknya.<ref name="jote p2"/> Kakak Kartini, [[Sosrokartono]], adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di [[ELS]] (''Europese Lagere School''). Di sini antara lain Kartini belajar [[bahasa Belanda]]. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman [[korespondensi]] yang berasal dari [[Belanda]]. Salah satunya adalah [[Rosa Abendanon]] yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
|