Arsitektur Jepara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 9:
 
Pada masa [[Kerajaan Kalinyamat]] arsitektur [[Jepara]] mengalami kemajuan terutama dalam bidang ukir-ukiran. Tepatnya ketika [[Sultan Hadlirin|Tjie Bin Thang]] (Toyib) dan ayah angkatnya yaitu Tjie Hwio Gwan pindah ke Jawa ([[Jepara]]), Ketika [[Sultan Hadlirin|Tjie Bin Thang]] (Toyib) menjadi sultan di sebuah [[Kerajaan Kalinyamat]], dimana Toyib menjadi [[raja]] bergelar [[Sultan Hadlirin]] dan Tjie Hwio Gwan menjadi [[patih]] bergelar Sungging Badar Duwung. Arti dari gelar Sungging Badar Duwung yaitu (sungging "memahat", badar "batu", duwung "tajam"). Nama sungging diberikan karena Badar Duwung adalah seorang ahli pahat dan seni ukir.
Tjie Hwio Gwan adalah yang membuat hiasan ukiran di dinding [[Masjid Mantingan|Masjid Astana Mantingan]]. Ialah yang mengajarkan keahlian seni ukir kepada penduduk di Jepara. Di tengah kesibukannya sebagai mangkubumi [[Kerajaan Kalinyamat]] (Jepara), Patih Sungging Badar Duwung masih sering mengukir di atas batu yang khusus didatangkan dari negeri [[CinaTiongkok]]. Karena batu-batu dari CinaTiongkok kurang mencukupi kebutuhan, maka penduduk Jepara memahat ukiran pada batu putih dan kayu. Tjie Hwio Gwan mengajarkan seni ukir kepada penduduk Jepara, sehingga arsitektur rumah di Jepara dihiasi ornamen-ornamen ukir karena warga Jepara yang trampil dalam seni ukir, bahkan kini produk furniture kayu ukiran Jepara dikenal keseluruh dunia.
 
== Gerbang ==