Daftar Sultan Banten: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 21:
== Kesultanan Banten Kini ==
{{main|Kesultanan Banten}}
Setelah [[Kesultanan Banten]] dianeksasi dan dihapuskan status kesultanannya oleh [[Hindia Belanda]] pada tahun 1813, pada tahun 2016 [[Kesultanan Banten]] kembali dihidupkan dengan diangkatnya [[Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja|Sultan Syarif Muhammad ash-Shafiuddin]] sebagai Sultan Banten ke-18<ref>{{citewebCitation|urllast=https://m.youtube.com/watch?v=v3UQbdGHCPoKabar5 Com|title=Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja Dinobatkan Menjadi Sultan Banten ke-18|websitedate=www2016-12-14|url=https://m.youtube.com/watch?v=v3UQbdGHCPo|access-dateaccessdate=2017-04-14}}</ref> dengan dasar Ketetapan Pengadilan Agama Serang nomor 0316/PDT.P/2016/PA.SRG tanggal [[22 September]] [[2016]] tentang Penetapan Ahli Waris.<ref>{{citewebCite news|url=http://bantenheadline.com/saya-sultan-banten-ke-18-yang-sah-kata-ratu-bagus-hendra-bambang-wisanggeni-soerjaatmadja/|title=Penetapan“Saya Sultan Banten ke-18 Yang Sah”, Kata Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja|websitedate=bantenheadline.com2017-01-11|newspaper=Banten Headline|language=id-ID|access-date=2017-04-14}}</ref>
 
== Sultan Banten Terakhir ==
Pada saat terjadi peralihan kekuasaan di Nusantara dari [[Belanda]] kepada [[Inggris]], [[Thomas Stamford Raffles]] dari pemerintahan Inggris membagi wilayah Banten menjadi 4 Kabupaten, yakni Banten Lor (Banten Utara, yang kelak menjadi [[Kabupaten Serang]]), Banten Kidul (Banten Selatan, kelak menjadi [[Kabupaten Caringin]] yang pada tahun 1907 masuk kedalam [[Kabupaten Pandeglang]]), Banten Tengah (Kelak menjadi [[Kabupaten Pandeglang]]) dan Banten Kulon (Banten Barat, yang kelak menjadi [[Kabupaten Lebak]]). Pada tahun yang sama pula yakni [[1813]], [[Maulana Muhammad Shafiuddin|Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin]] dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh [[Thomas Stamford Raffles]] yang kemudian berakhir dengan dihapuskannya status kesultanan pada Banten oleh pemerintah kolonial [[Inggris]]<ref>R. B. Cribb, A. Kahin, (2004), ''Historical dictionary of Indonesia'', Scarecrow Press, ISBN 0-8108-4935-6.</ref>. Setelah status kesultanan dihapuskan, kemudian diangkatlah Maulana Rafiuddin sebagai Sultan Bupati atau Sultan Tituler di wilayah Banten<ref>{{Cite web|url=http://www.kompasiana.com/eddie_dipo/sultan-banten-terakhir-shafiuddin-atau-rafiuddin_5500cdfaa333110d1750fef5|title=Sultan Banten Terakhir, Shafiuddin atau Rafiuddin|website=www.kompasiana.com|language=en|access-date=2017-04-14}}</ref>, atau di sebagian penulisan sejarah, Rafiuddin diangkat menjadi Bupati di wilayah Banten Hilir (Wilayah [[Kabupaten Pandeglang]]), sedangkan [[Maulana Muhammad Shafiuddin|Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin]] kemudian diangkat menjadi Bupati Banten Hulu (wilayah [[Kabupaten Serang]])<ref name=":1">{{Cite news|url=http://www.kesultananbanten.id/sample-page/|title=SEJARAH KESULTANAN BANTEN DARI MASA KE MASA|date=2016-12-06|newspaper=Website Resmi Kesultanan Banten|language=en-US|access-date=2017-04-14}}</ref>. Maulana Rafiuddin (yang bernama asli Joyo Miharjo) bukan merupakan warga Banten, ia adalah seorang dari [[Rembang]] yang kemudian diberi kedudukan di wilayah Banten. Hubungan darah antara keduanya terbentuk karena Rafiuddin menikah dengan adik Ratu Asyiah (Ibunda [[Maulana Muhammad Shafiuddin|Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin]]). Sehingga gelar Sultan terakhir Banten yang resmi dari trah Kesultanan Banten yang semestinya adalah pada [[Maulana Muhammad Shafiuddin|Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin]] (yang berkuasa dari tahun [[1809]] - [[1813]]), bukan pada nama Rafiuddin dari Rembang ([[1813]] - [[1820]]) yang sekadar sebagai Sultan Bupati atau Sultan Tituler dan bukan dari keturunan para Sultan Banten, karena setelah dinobatkannya [[Maulana Muhammad Shafiuddin|Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin]] sebagai Sultan Banten pada tahun [[1809]], tidak ada lagi penobatan gelar Sultan di wilayah Banten kecuali dinobatkannya [[Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja]] sebagai Sultan Banten ke-18 pata tahun [[2016]].
 
== Daftar Sultan-sultan Banten ==
Berikut adalah daftar sultan Banten<ref>{{Cite news|url=http://ranji.sarkub.com/silsilah-sultan-sultan-banten-dan-keturunannya/|title=Silsilah Sultan Sultan Banten dan Keturunannya {{!}} Ranji Sarkub|date=2015-06-18|newspaper=Ranji Sarkub|language=id-ID|access-date=2017-04-14}}</ref><ref>Drs. H. Tri Hatmadji, (2005), ''Ragam Pusaka Budaya Banten'', Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang, ISBN 979-99324-0-8.</ref>:
Berikut adalah daftar sultan Banten:
 
=== Kesultanan Banten sebagai Negara Berdaulat ===
{| class="wikitable" border="1" width="90%"
! width="20px" |No.
Baris 76 ⟶ 81:
|6
|[[1651]] - [[1683]]
|[[Ageng Tirtayasa dari Banten|Sultan Ageng Tirtayasa<ref>Sejak masa pemerintahan [[Ageng Tirtayasa dari Banten|Sultan Ageng Tirtayasa]], gelar-gelar kebangsawanan Banten ditertibkan: Sultan untuk raja, Pangeran Ratu untuk putra mahkota atau pewaris takhta pertama, Pangeran Adipati untuk pewaris takhta kedua atau adik Pangeeran Ratu (Djajadiningrat, 1983: 209-10)</ref>]]<span class="mw-reflink-text"><nowiki>[9]</nowiki></span>
|[[Ageng Tirtayasa dari Banten|Sultan Ageng Tirtayasa]]
|
* Abu al-Fath Abdul Fattah
Baris 115 ⟶ 120:
|Sultan Syarifuddin Ratu Wakil<sup>2</sup>
|Pangeran Syarifuddin
|dalam pengaruh Ratu Syarifah Fatima<ref name=":1" /><ref>{{citewebCite web|url=http://kesultananbanten.weeblytimikasatu.com/sejarah2014/11/13/ingin-kuasai-banten.html-ratu-syarifah-fatimah-malah-dibuang-ke-pulau-edam/|title=SejarahIngin KesultananKuasai Banten, Ratu Syarifah Fatimah Malah Dibuang ke Pulau Edam|last=redaksi|website=kesultananbanten.weebly.comTimika Satu|access-date=2017-04-14}}</ref> <ref>{{citewebCite web|url=httphttps://timikasatusportourism.comid/2014heritage/11/13/inginjejak-kuasaikyai-bantentapa-ratuawal-syarifahkonflik-fatimahinternal-malahbanten-dibuangpenyusupan-agen-wanita-voc-ke-pulaujantung-edam/keraton|title=RatuJejak SyarifahKyai FatimahTapa: Awal Konflik Internal Banten: Penyusupan Agen Wanita VOC ke Jantung Keraton|website=timikasatuSportourism.comid|language=id|access-date=2017-04-14}}</ref>
|-
|11
Baris 137 ⟶ 142:
|14
|[[1799]] - [[1801]]
|Sultan[[Muhammad AbuMuhyiddin al-FathZainussalihin dari Banten|Sultan Muhammad Muhyiddin Zainussalihin]]
|
|
Baris 143 ⟶ 148:
|15
|[[1801]] - [[1802]]
|[[Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin|Sultan Abu al-Nashar Muhammad Ishaq Zainulmuttaqin]]
|
|
Baris 170 ⟶ 175:
|Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin
|
|-
| colspan="5" |Catatan:
<sup>1.</sup> <small>Penobatan ini disertai beberapa persyaratan. Persyaratan tersebut kemudian dituangkan dalam sebuah perjanjian yang ditandatangani pada 17 April 1684 yang meminimalkan kedaulatan Banten karena dengan perjanjian itu segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan dalam dan luar negeri harus atas persetujuan VOC.</small>
 
<sup>2.</sup> <small>Ketika Sultan Abdullah Muhammad Syifa Zainularifin dibuang ke Ambon, istrinya Ratu Syarifah Fatima berhasil membujuk Belanda (Baron van Inhoff) untuk menobatkan putranya dari suami terdahulu yang bernama Pangeran Syarifuddin sebagai Sultan Banten. Pangeran Syarifuddin naik takhta dengan gelar Sultan Syarifuddin Ratu Wakil, tetapi pada kenyataannya yang berkuasa adalah Ratu Syarifah Fatima<ref>{{Cite news|url=http://www.republika.co.id/berita/event/jalan-bareng-abah-alwi/12/07/08/m6ts51-ratu-yang-dibenci-rakyat-banten|title=Ratu yang Dibenci Rakyat Banten {{!}} Republika Online|newspaper=Republika Online|access-date=2017-04-14}}</ref>. Hal tersebut yang menyebabkan tidak diakuinya Sultan Abdullah Muhammad Syifa Zainularifin maupun Ratu Syarifah Fatima sebagai Sultan Banten ke-11.</small>
|}
 
=== Pewaris Kesultanan setelah dihapuskan Belanda ===
{| class="wikitable" border="1" width="90%"
! width="20px" |No.
!Masa
!Nama Lain
! width="240px" |Keterangan
|-
|1
|[[1832]] - [[1888]]
|Pangeran Surya Kumala (Pangeran Suryo Kumolo)
|(Catatan) <sup>1</sup>
|-
|2
|[[1888]] - [[1946]]
|Pangeran Timoer Soerjaatmadja
|(Catatan) <sup>1 & 2</sup>
|-
|3
|[[1946]]
|Ratu Bagus Aryo Marjono Soerjaatmadja
|(Catatan) <sup>3</sup>
|-
|
|
|Ratu Bagus Abdul Mugni Soerjaatmadja
|
|-
| colspan="4" |Catatan:
<sup>1.</sup> <small>[[Maulana Muhammad Shafiuddin|Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin]] yang dibuang ke [[Surabaya]] merasa kecewa terhadap perlakuan pihak penjajah sehingga melarang keturunannya untuk menikah dengan kalangan Eropa, hal ini dilanggar oleh Pangeran Surya Kumala, sehingga hak pewarisan tahta Kesultanan Banten dialihkan kepada Pangeran Timur Soerjaatmadja.</small>
 
<sup>2.</sup> <small>Pada masa Kevakuman [[Kesultanan Banten]], rakyat Banten di bawah pimpinan para Ulama secara seporadis kerap melakukan perlawanan kepada pemerintah [[Hindia Belanda]]. Banyak perjuangan yang menyuarakan spirit kesultanan Banten dan keislaman, yang paling menonjol adalah peristiwa Geger Cilegon tahun 1888.</small>
 
<sup>3.</sup> <small>Pada masa awal kemerdekaan RI sekitar tahun 1946 - 1948, di [[Yogyakarta]] terjadi pertemuan antara pewaris takhta Kesultanan Banten: Ratu Bagus Aryo Marjojo Soerjaatmadja, [[Soekarno]], Sultan [[Hamengkubuwono IV]], dan K.H. [[Tubagus Achmad Chotib al-Bantani]] (Residen Banten). Pada pertemuan Soekarno mempersilakan pewaris takhta [[Kesultanan Banten]] untuk memimpin wilayah Banten kembali, namun pewaris takhta dikarenakan tanggung jawabnya sebagi Direktur BRI (kini setingkat [[Gubernur Bank Indonesia]]) menitipkan kepemimpinan Banten termasuk penjagaan dan pengurusan aset keluarga besar Kesultanan Banten kepada K.H. [[Tubagus Achmad Chotib al-Bantani]] selaku Residen Banten sampai saat bilamana anak atau cucu Marjono kembali ke Banten.</small>
|}
 
=== Sultan Banten di Bawah Provinsi Banten ===
{| class="wikitable" border="1" width="90%"
! width="20px" |No.
!Masa/Tahun
! width="200px" |Nama Sultan
!Nama Lain
! width="240px" |Keterangan
|-
|18
Baris 175 ⟶ 229:
|[[Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja|Sultan Syarif Muhammad ash-Shafiuddin]]
|Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja<ref>{{citeweb|url=http://bantenraya.com/metropolis/9817-pewaris-kesultanan-banten-terima-mandat|title=Pewaris Kesultanan Banten Terima Mandat|website=bantenraya.com|access-date=}}</ref>
|Di bawah pemerintah [[Provinsi]] [[Banten]], [[Indonesia]]
|-
| colspan="5" |Catatan:
<sup>1.</sup> Penobatan ini disertai beberapa persyaratan. Persyaratan tersebut kemudian dituangkan dalam sebuah perjanjian yang ditandatangani pada 17 April 1684 yang meminimalkan kedaulatan Banten karena dengan perjanjian itu segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan dalam dan luar negeri harus atas persetujuan VOC.
 
<sup>2.</sup> Ketika Sultan Abdullah Muhammad Syifa Zainularifin dibuang ke Ambon, istrinya Ratu Syarifah Fatima berhasil membujuk Belanda (Baron van Inhoff) untuk menobatkan putranya dari suami terdahulu yang bernama Pangeran Syarifuddin sebagai Sultan Banten. Pangeran Syarifuddin naik takhta dengan gelar Sultan Syarifuddin Ratu Wakil, tetapi pada kenyataannya yang berkuasa adalah Ratu Syarifah Fatima. Hal tersebut yang menyebabkan tidak diakuinya Sultan Abdullah Muhammad Syifa Zainularifin maupun Ratu Syarifah Fatima sebagai Sultan Banten ke-11.
|}
 
Baris 189 ⟶ 238:
== Pranala Luar ==
 
* {{URL|www.http://kesultananbanten.id|Website resmi}} [[Kesultanan Banten}}]]
* Silsilah Sultan Banten {{URL|http://ranji.sarkub.com/silsilah-sultan-sultan-banten-dan-keturunannya/|di Sini}}
* Yayasan Kesultanan Banten {{URL|http://kesultananbanten.id|di Sini}}
* Profil Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja {{URL|http://kesultananbanten.id|di Sini}}
* {{URL|www.kesultananbanten.id|Website Kesultanan Banten}}
 
* Sejarah Kesultanan Banten {{URL|http://kesultananbanten.id|di Sini}}
 
== Lihat pula ==