Isabel dari Kastila: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 127:
 
==== Pengusiran umat Islam ====
[[Berkas:The_Moorish_Proselytes_of_Archbishop_Ximenes,_Granada,_1500.jpg|jmpl|300x300px|Pemurtadan kelompok Muslim di bawah Francisco Jimenez de Cisneros dipandang sebagai pelanggaran perjanjian dan menjadi alasan utama terjadinya pemberontakan oleh penduduk Muslim. Lukisan karya Edwin Long.]]
Bersama Fernando, Isabel menerima gelar "Penguasa Katolik" dari Paus Alexander VI. Selain melakukan penyatuan pribadi Spanyol, Isabel dan Fernando juga meneguhkan penyatuan agama, menyatukan negara dalam satu kepercayaan, yakni [[Gereja Katolik Roma|Katolik Roma]]. Sebagai usaha untuk mewujudkan itu, [[inkuisisi]] dilembagakan. Setelah perlawanan umat Muslim pada 1499 dan beberapa gesekan setelahnya, Perjanjian Granada dibubarkan pada tahun 1502. Umat Muslim diperintahkan untuk masuk Kristen atau meninggalkan semenanjung Iberia. Penerima pengakuan dosa Isabel, Cisneros, diangkat menjadi Uskup Agung Toledo.<ref>Hunt, Jocelyn. ''Spain 1474–1598''. Routledge, 2001, p. 20</ref> Dia berperan penting dalam pemulihan beberapa lembaga keagamaan di Spanyol, dan sebagai penanggung jawab, Cisneros diberikan kekuatan dan kewenangan yang besar.
Awalnya, penguasa Katolik melaksanakan butir-butir Perjanjian Granada. Dewan Kota bersama didirikan di Granada, dan umat Islam diizinkan untuk memilih perwakilan mereka sendiri. Meskipun ada tekanan dari kelompok Spanyol, Fernando memilih kebijakan 'mekanisme-pasar' terhadap Muslim dengan harapan bahwa interaksi dengan umat Katolik akan membuat mereka 'memahami kesalahan iman' mereka dan kemudian meninggalkan Islam. Hernando de Talavera, seorang biarawan yang dikenal moderat, diangkat sebagai Uskup Agung Granada. Ia dikenal karena lebih menyukai cara pendektan dengan khotbah "alasan harus menjadi Katolik" daripada menggunakan hukuman. Saat Fernando dan Isabel mengunjungi kota ini pada musim panas tahun 1499, mereka disambut dengan penuh semangat oleh warga, termasuk umat Islam.<ref name="Carr2009">{{Cite book|url=http://books.google.com/books?id=netlOtzI6R8C|title=Blood and Faith: The Purging of Muslim Spain|last=Carr|first=Matthew|publisher=New Press|year=2009|isbn=978-1-59558-361-1|pages=51-57|ref=harv}}</ref>
 
Pada saat yang sama, Francisco Jimenez de Cisneros, Uskup Agung Toledo, tiba di Granada dan mulai bekerja bersama Talavera. Cisneros tidak menyukai pendekatan Talavera, dan mulai memenjarakan kelompok Muslim yang dipandang tidak dapat bekerja sama, terutama kaum bangsawan. Mereka ditekan hingga bersedia murtad. Didorong oleh meningkatnya angka pemurtadan, Cisneros semakin giat dan pada bulan Desember 1499 dia mengatakan kepada [[Paus Aleksander VI]] bahwa tiga ribu umat Islam telah masuk Katolik dalam satu hari. Dewan gereja Cisneros sendiri memperingatkan bahwa cara ini mungkin melanggar Perjanjian, dan [[Hagiografi|hagiografer]] abad keenam belas, Álvar Gómez de Castro menggambarkan pendekatan ini sebagai "cara yang tidak benar".{{Sfn|Carr|2009}}
Di masa-masa selanjutnya, tekanan-tekanan yang dihadapi umat Muslim Andalusia menjadikan bahasa Arab, yang kaligrafinya telah menghiasi istana kediaman keluarga kerajaan dan gereja-gereja yang awalnya berfungsi sebagai masjid, kini dilarang dan mereka yang dapat membaca dan berbicara bahasa Arab dipandang bukan orang Spanyol asli. Kaum Muslim ditekan untuk berpindah agama dan mereka disebut ''moriscos'', sedangkan buku-buku bahasa Arab dicekal dan banyak yang dibakar.<ref>Menocal, Maria Rosa. ''Surga di Andalusia''. (Penerbit Noura Books (PT. Mizan Publika), Jakarta Selatan, Agustus 2015), h. 309.</ref>
 
Pada Desember 1499, di tengah semakin meningkatnya pemaksaan pemindahan agama dan dipicu oleh insiden yang melibatkan pihak yang berwenang untuk memurtadkan kembali seorang wanita Kristen yang telah menjadi Muslim, penduduk Albayzín memulai pemberontakan bersenjata secara terbuka. Talavera dan Jenderal Tendilla menyelesaikan keadaan ini dengan melakukan negosiasi dengan umat Islam. Sementara itu, Cisneros dipanggil ke pengadilan di Seville untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Dia meyakinkan penguasa Katolik untuk memberikan pengampunan kolektif kepada para pemberontak, dengan syarat bahwa mereka masuk Kristen. Akibatnya, seluruh kota Granada secara statistik menjadi Kristen, dan perjanjian mulai terurai.{{Sfn|Carr|2009}}
 
Di masa-masa selanjutnya, tekananTekanan-tekanan yang dihadapi umat Muslim Andalusia menjadikan bahasa Arab, yang kaligrafinya telah menghiasi istana kediaman keluarga kerajaan dan gereja-gereja yang awalnya berfungsi sebagai masjid, kini dilarang dan mereka yang dapat membaca dan berbicara bahasa Arab dipandang bukan orang Spanyol asli. Kaum Muslim ditekan untuk berpindah agama dan mereka disebut ''moriscos'', sedangkan buku-buku bahasa Arab dicekal dan banyak yang dibakar.<ref>Menocal, Maria Rosa. ''Surga di Andalusia''. (Penerbit Noura Books (PT. Mizan Publika), Jakarta Selatan, Agustus 2015), h. 309.</ref> Dimulai dari dikeluarkannya maklumat tanggal 14 Februari 1502, umat Muslim di Granada diperintahkan untuk berpindah agama atau diusir dari semenanjung Iberia sebagaimana umat Yahudi.<ref name="Prien2012">{{cite book|author=Hans-Jürgen Prien|title=Christianity in Latin America: Revised and Expanded Edition|url=https://books.google.com/books?id=kSAbYoBGmxQC|date=21 November 2012|publisher=BRILL|isbn=90-04-22262-6|page=11}}</ref> Di masa-masa selanjutnya, tekanan kepada umat Muslim semakin meningkat sehingga banyak yang kemudian keluar dari semenanjung Iberia dan menetap di Afrika Utara.
 
==== Pewarisan takhta ====