Pertapaan Santa Maria Rawaseneng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Igho (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Ign christian (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 27:
}}
 
'''Pertapaan Santa Maria Rawaseneng''' adalah suatu kompleks [[biara (tempat tinggal)|biara]] para [[rahib]] [[Gereja Katolik Roma|Katolik]] dari Ordo [[Trapis]] (O.C.S.O.) yang terletak di Desa [[Ngemplak, Kandangan, Temanggung|Ngemplak]], [[Kandangan, Temanggung|Kandangan]], di [[Kabupaten Temanggung]], [[Jawa Tengah]]. Pertapaan ini didirikan secara resmi pada tanggal [[1 April]] [[1953]] sebagai biara cabang dari [[Biara Koningshoeven]] di [[Tilburg]], [[Belanda]]. Selain biara sebagai tempat tinggal para rahib, di dalam kompleks pertapaan juga terdapat gereja, taman doa, wisma retret, perkebunan kopi dan peternakan sapi perah beserta industri-industri pengolahannya. Ronald Bell, seorang peziarah asal Amerika Serikat, menyampaikan kesannya mengenai tempat ini, "Anda akan mendapatkan keseluruhan tahapannya, berdoa, meditasi, merenungkan bacaan suci, dan bekerja. Semua itu merupakan bagian tidak terpisahkan dari pengalaman ini."<ref name=Liputan6>{{citation |url=http://news.liputan6.com/read/474845/video-biara-rawaseneng-oase-bagi-jiwa-yang-letih |title=VIDEO: Biara Rawaseneng, Oase bagi Jiwa yang Letih |publisher=liputan6.com |date=26-12-2012}}</ref> Tidak jauh dari kompleks pertapaan, terletak [[Paroki Santa Maria dan Yoseph Rawaseneng|Gereja Santa Maria dan Yoseph Rawaseneng]] sebagai pusat Paroki Rawaseneng,<ref>{{citation |url=http://www.imankatolik.or.id/kas.html |title=Jadwal Misa Keuskupan Agung Semarang |publisher=www.imankatolik.or.id |accessdate=09-05-2016}}</ref> dan TK-SD Fatima Rawaseneng yang dikelola oleh para suster [[Dominikan]].<ref name=Aisyah22-23>{{harvnb|Aisyah|2004|p=22-23}}</ref>
 
Sebagaimana para rahib dalam biara Trapis lainnya, rahib-rahib yang menghuni Pertapaan Rawaseneng menjalani hidup dengan misi doa dan kerja tangan. Hasil pekerjaan tangan di perkebunan kopi, peternakan sapi perah, dan industri roti/kue menjadi sumber nafkah utama para rahib di Pertapaan Rawaseneng,<ref name=Rawaseneng/> sehingga mereka tidak hidup dengan mengandalkan sumbangan umat.<ref name=Liputan6/> Dalam sambutannya saat perayaan syukur 60 tahun Pertapaan Santa Maria Rawaseneng tanggal 25 Agustus 2013, Uskup Agung Semarang Mgr. [[Johannes Pujasumarta]] mengatakan, "Bersama dengan para rubiah [[Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono|Trappist Gedono]], mereka menghadirkan Gereja yang berdoa dan bekerja di Keuskupan Agung Semarang."<ref name=Pujasumarta/>
Baris 47:
[[Berkas:Rawaseneng.jpg|thumb|Tampak depan Pertapaan Rawaseneng pada tahun 2007, sebelum renovasi tahun 2010–2012.]]
 
[[Novisiat]] untuk pendidikan bagi para calon [[rahib]] dibuka pada tanggal 19 Agustus 1954.<ref name=Rawaseneng/> Namun para Trapis asli Indonesia yang berjumlah 14 orang pada tahun 1957 itu harus dikirim ke Tilburg untuk menempuh pendidikan tinggi; mereka berasal dari Flores, Sulawesi, dan Kalimantan.<ref name=Smeets/> Adanya banyak kesulitan menyebabkan tiga rahib lainnya dari Tilburg diutus ke Rawaseneng pada awal tahun 1958. Definitorium OCSO baru mendapatkan izin mengunjungi Rawaseneng pada bulan Desember 1958, dan pada tanggal 27 Desember 1958 pertapaan ini diangkat sebagai biara otonom dengan status [[keprioranpriorat]] (''priory'') serta melangsungkan pemilihan pimpinan untuk pertama kalinya yang memilih Romo Bavo van der Ham, OCSO sebagai [[Prior]] Tituler.<ref name=Rawaseneng/><ref name=Sejarah/> Pada tahun 1961 Romo Maurus Henrich OCSO dan Romo Aelred Tietjen OCSO dari [[Biara New Melleray]] di [[Iowa]], Amerika Serikat, diutus ke Rawaseneng untuk memberikan bantuan sementara selama 5 tahun kepada komunitas yang baru terbentuk ini.<ref name=Rawaseneng/><ref>{{en}} {{citation |url=https://books.google.co.id/books?hl=id&id=p11LAAAAYAAJ |title=Catholic School Journal |volume=61 |publisher=Bruce Publishing Company |others=Didigitalkan dari Cornell University pada 20 Januari 2010 |year=1961 |page=61}}</ref>
 
Dalam rangka Pesta Perak pendiriannya, pertapaan ini kemudian diberikan status [[keabbasan]] (''abbacy'') pada tanggal 23 April 1978, sehingga sejak saat itu pemimpinnya disebut "[[abbas]]" (bermakna "bapa rohani") dan Romo [[Frans Harjawiyata]], OCSO merupakan abbas yang pertama.<ref name=Rawaseneng/><ref name=Sejarah/>
Baris 64:
Untuk mengolah hasil perkebunan dan peternakan, dalam kompleks pertapaan terdapat area untuk usaha pertukangan yang memanfaatkan hasil kayu, serta industri roti dan bangunan untuk pengolahan kopi yang hanya beroperasi saat musim panen kopi pada bulan Juli–Agustus.<ref name=Hastuti/><ref name=Klinik>{{citation |url=http://klinikkopi.com/2014/01/pengolahan-kopi-di-rawaseneng-temanggung/ |title=Pengolahan Kopi di Rawaseneng Temanggung |date=13-01-2014 |publisher=klinikkopi.com}}</ref> Dalam kompleks pertapaan terdapat pembangkit listrik dua turbin yang memanfaatkan sumber air dari hutan di kompleks pertapaan.<ref name=Hastuti/>
 
Di bagian depan kompleks Pertapaan Rawaseneng terdapat [[museum]] yang lapangan parkirnya merupakan lapangan parkir untuk para pengunjung kompleks ini. Pada bangunan yang sama terdapat toko yang menjual buku dan benda rohani, serta produk-produk olahan dari hasil perkebunan dan peternakan yang dikelola para rahib seperti susu, kue, dan roti. Selain [[biara (tempat tinggal)|biara]] dan [[gereja (gedung)|bangunan gereja]], di dalam kompleks pertapaan juga terdapat pemakaman para rahib, wisma-wisma untuk tamu yang menginap, ruang makan tamu, [[kapel]], dan beberapa patung di taman sekitar wisma (patung Yesus dan patung St. Benediktus),<!--<ref name=Nur>{{citation |url=http://www.kompasiana.com/w4h1d/pertapaan-rawaseneng-terpisah-dari-dunia-tetapi-tidak-sendirian_54f38b5d745513a22b6c789d |title=Pertapaan Rawaseneng: "Terpisah dari Dunia, Tetapi Tidak Sendirian" |author=Wahid Nur |publisher=kompasiana |date=17-06-2015}}</ref>--> serta Taman Doa yang diresmikan dan diberkati oleh Duta Besar Vatikan Mgr. [[Antonio Guido Filipazzi]] pada tanggal 24 Agustus 2013.<ref name=MPertiwi>{{citation |url=http://www.hidupkatolik.com/2016/01/21/pembukaan-tahun-kerahiman-allah |author=Maria Pertiwi |date=20-12-2015 |title=Pembukaan Tahun Kerahiman Allah |publisher=[[Majalah Hidup|hidupkatolik.com]]}}</ref>
 
== Kehidupan monastik ==