Kapitan Arab: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Buhadram (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Buhadram (bicara | kontrib)
Pengembangan artikel
Baris 15:
Kapten ini kadang-kadang disertai dengan seorang asisten yang disebut ''Luitenant van de Kapitein der Arabieren'' atau hanya ''Liutenant der Arabieren'' alias '''Letnan Arab'''.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=EEBmAAAAcAAJ|title=Klapper op de Wetboeken en het Staatsblad van Nederlandsch-Indië, benevens op het Bijblad op dat Staatsblad van 1816 tot 1876|last=Albrecht|first=J.E.|publisher=University of Amsterdam|year=1877|isbn=|location=Netherlands|pages=|language=nl|via=}}</ref>
 
Kapten Arab pertama yang ditunjuk oleh pemerintah Hindia Belanda di Batavia adalah ''[[Said Naum'']] selama periode 1844-1864.
<ref>
{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=F_RwAAAAMAAJ&q=%22said+bin+salim+naum%22&dq=%22said+bin+salim+naum%22&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwipsqSx0rLOAhUJ8WMKHQmSBM0Q6AEIJTAB
Baris 26:
Di antara orang-orang Arab lain yang memiliki posisi di Batavia adalah Hasan Argoubi, Muhammad Umar Ba-Behir (Arab: محمد عمر البابحر, translit Mohammed Omar al-Baa Behir.) Dan Umar bin Yusuf Mangus (bahasa Arab: عمر منقوش, translit. Omar Manqoosh) selama periode 1902-1931.<ref>{{Cite journal|url = http://download.portalgaruda.org/article.php?article=159950&val=4979&title=%C3%A1%C2%B8%C2%A4adr%C3%84%20m%C3%84%C2%AB%20scholars%20in%20the%20Malay-Indonesian%20Diaspora:%20A%20Preliminary%20Study%20of%20Sayyid%20%C3%A2%E2%82%AC%CB%9CUthm%C3%84%20n|title = Hadhrami Scholars in The Malay-Indonesian Diaspora: A Preliminary Study of Sayyid 'Uthman|last = Azra|first = Azyumardi|date = 1995|journal = Studia Islamika|doi = |pmid = |access-date = January 3, 2015}}</ref>
 
Umar Mangus adalah seorang pedagang kaya dan memiliki bisnis properti. UntukSebagai layananjasanya sebagaimenjabat posisi Kapitan Arab, Umar dianugerahi gelar kehormatan ''De Ridder in de Orde van Oranje-Nassau'' (KnightKsatria of The Order ofOrdo Orange-Nassau).<ref [13]name="hahdah">{{cite web|url=http://kampungarabsurabaya.blog.com/2014/04/08/nahdah-renaissance-kaum-hadhrami/ |title=Nahdah: Renaissance Kaum Hadhrami |accessdate=July 8, 2014 |deadurl=yes |archiveurl=https://web.archive.org/web/20140508003905/http://kampungarabsurabaya.blog.com:80/2014/04/08/nahdah-renaissance-kaum-hadhrami/ |archivedate=May 8, 2014 |df= }}</ref> Dia diangkatdilantik pada 28 Desember 1902 dengan Sheikh Ali bin Abdoellah bin Asir sebagai der LiutenantLetnan Arab-nya.<ref>{{Cite Arabierenweb|url=https://www.mrvisser.nl/nedindie/ambtenaren/1925-ambtenaren-gewestelijk-bestuur-van-batavia.html|title=Nederlands-Indië Archief|last=|first=|date=|website=|publisher=|language=nl|access-date=August 8, [14]2016}}</ref>
 
Sebelum Umar Mangus diangkat sebagai Kapitan Arab, sebagian besar orang Arab telah memutuskan untuk memilih SharifSyarif Abdullah ibn Husein Alaydrus, seorang pedagang kaya, yang terkenal karena kemurahan hatinya dan memiliki perilaku yang baik serta menonjol di antara orang-orang keturunan Arab dan Eropa. Banyak orang berpikir bahwa dengan hubungan dekat dengan orang Eropa, ia akan bersedia menerima posisi jabatan sebagai kapten Arab. Pemerintah kolonial terus mendesaknya untuk menerima posisi itu, tapi ia dengan tegas menolak hal itu. Dia tidak sendirian dalam menolak, karena penolakan ini mendapat dukungan dari para orang tua Arab dihormatiterhormat. [15]v
 
Menurut [[Christiaan Snouck Hurgronje|Snouck Hurgronje]] yang diamatimelakukan penelitian pada tahun 1901, pemerintah kolonial Belanda memiliki lebih banyak kesulitan menunjuk KapiteinKapten derArab Arabierenkarena sebagai orangbesar masyarakat Arab lebih banyak danyang lebih indies kelahiranperanakan ([[Muwallad]]) lahirdan yangkurang atau tidak memiliki otoritas dibandingkan dengan darahyang berdarah-murni Hadramaut ([[Wulayti]]) yang jumlahnya makin berkurang.<ref [ 2]name="awakening"/>
 
Di [[Cirebon]], ada orang Indonesia Arab ditunjuk sebagai kapten di 1845. Seperti di Batavia, desa Arab di sini pernah menjadi tempat tinggal para Gujarati atau mungkin dari Bengali juga. Pada tahun 1872 daerah koloni di Indramayu lepas dari administratif Cirebon untukyang menunjukkemudian ditunjuk seorang kapten (atau kepala) dari Arab pula. Di [[Banjarmasin]] di sekitar 1899, Kapitan Arab adalah Kata Hasan bin Idroes al-Habshi atau lebih dikenal sebagai Habib Ujung Murung.<ref [2]name="awakening">{{cite [16]book |title=The Hadrami Awakening: Community and Identity in the Netherlands East Indies, 1900–1942 |url=https://books.google.com/books?id=c45Xvsq2q4UC&pg=PA26&dq=Kapitein+der+Arabieren |page=25 |first=Natalie |last=Mobini-Kesheh |edition=illustrated |publisher=SEAP Publications |year=1999 |ISBN=978-0877-2772-79}}</ref><ref>{{cite web |url=http://www.kabarbanjarmasin.com/posting/habib-hasan-ujung-murung-sang-kapten-arab.html|title=Habib Hasan Ujung Murung Sang Kapten Arab|accessdate=Jun 8, 2014}}</ref> Penerus Said Hasan sebagai KapiteinKapten Arab di Kalimantan Selatan adalah Alwi bin Abdullah al-Habshi, yang kemudian pindah ke [[Barabai]].
 
Demikian pula, di [[Tegal]], [[Pekalongan]], [[Semarang]], [[Surabaya]], [[Gresik]], [[Pasuruan]], [[Bangil]], Lumajang, Besuki, [[Banyuwangi]], [[Surakarta]], [[Sumenep]], dan berbagai tempat di Nusantara telah merekamasing-masing sendirimemiliki Kapitan Arab. Salah satu alasan pemerintah kolonial melakukan ini adalah untuk memisahkan orang-orang Arab dari orang-orang pribumi.<ref [7name="para kapiten arab"/>] DalamDi Pekalongan, salah satu Kapten Arab adalah Hasan Saleh Argubi. Di Bangil, beberapa Kapitan Arab yangdiantaranya Saleh bin Muhammad bin Said Sabaja (1892), Muhammad bin Saleh Sabaja (1920), dan Muhammad bin Salim Nabhan (1930).<ref>{{Cite [17]web|url = http://kampungarabsurabaya.blog.com/2014/03/20/bangil-kota-sejarah-yang-dilupakan/|title = Bangil, Terlupakan Dalam Sejarah|date = |accessdate = June 11, 2014|website = Kampung Arab Surabaya|publisher = |last = |first = }}</ref> Di Banyuwangi, beberapa Kapitanketuruna Arab yang berada dimemegang posisi ini, antara lain, adalah Datuk Sulaiman Bauzir, Datuk Dahnan, Habib Assegaf, dan Ahmad Haddad.<ref>{{cite [18]web Di|url=http://thebanadziway.blogspot.com/2011/02/asal-usul-desa-lateng-kampung-arab.html Pasuruan|title=Asal-usul Desa Lateng Kampung Arab |language=id |accessdate=Jun 9, yang2014}}</ref> KapiteinDi derPasuruan, ArabierenKapten Arab adalah Sayyid bernama Alim al-Qadri, yang merupakan kakek dari [[Hamid Algadri]].
 
Di Gresik, Kapitan Arab pada tahun 1930 adalah Husein bin Muhammad Shahab sementara Kapitan Arab Surabaya adalah Salim bin Awab bin Sungkar, yang memiliki tanah yang luas ({{convert|86500|m2|areacre}})) di Pusat Kota [[Surabaya]], Ketabang Barat.<ref>{{Cite book|url=http://jmb.lipi.go.id/index.php/jmb/article/download/230/210|title=Komunitas Arab: Kontinuitas dan Perubahannya di Kota Surabaya 1900-1942|last=Rabani|first=La Ode|first2=Artono|last2=Artono|publisher=Jurnal Masyarakat dan Budaya|year=2005|isbn=|volume=7|location=Surabaya|pages=124|language=Id|issue=2}}</ref>
 
Menurut dua wisatawan Baha'i yang mengunjungi [[Makasar]] pada tahun 1885, orang Iran yang bernama Sulayman Khan Tunukabanı, yang dikenal sebagai Jamal Effendi, dan rekannya seorang India-Irak bernama Sayyid Mustafa Rumi, Kapten Arab di Makasar pada saat itu adalah Said Ali Matard.<ref>{{cite journal|url=http://bahai-library.com/pdf/d/devries_jamal_effendi_rumi.pdf |title=Effendi, Jamal and Sayyid Mustafa Rumi in Celebes: The Context of Early Baha’i Missionary Activity in Indonesia|first=Jelle|last= de Vries|volume=14|work=Baha’i Studies Review|accessdate=September 14, 2014|year=2007 }}</ref>
Baris 54:
 
==See also==
*[[Kapitan ChinaCina]]
*[[Arab IndonesianIndonesia]]
 
==References==