Evo Morales: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 34:
[[Image:Evito.jpg|frame|right|Merayakan kemenangannya atas Quiroga di luar rumahnya dalam pemilu presiden Bolivia]]
Morales terlibat dalam mengorganisasi protes-protes yang berlanjut di ibu kota pada [[Juni]] [[2005]]. Karena tekanan, akhirnya memaksa Presiden [[Carlos Mesa]] mengundurkan diri. Sebagai akibat dari rasa ketidakpuasan yang kian meningkat dan kegelisahan rakyat, Kongres Bolivia dan Presiden Konstitusional [[Eduardo Rodriguez]] memutuskan mempercepat pemilu dari [[2007]] ke [[Desember]] [[2005]].
Carlos Mesa yang terpilih sebagai Wakil Presiden dan melayani di bawah pemerintahan Presiden [[Gonzalo Sanchez de Lozada]] mundur dua kali meskipun yang pertama ditolak Kongres. Ia menjadi presiden ketika Sanchez de Lozada dipaksa mengundurkan diri pada [[2003]]. Kedua peristiwa kebangkitan rakyat ini disebabkan terutama karena kepemimpinan Morales, khususnya setelah hampir selama setahun secara tidak resmi ia ikut serta sebagai sekutu dalam pemerintahan Presiden Mesa.
Dalam sebuah pertemuan para petani yang merayakan hari jadi ke-10 MAS pada [[Maret]] [[2005]], Morales menyatakan bahwa "MAS siap memerintah Bolivia,"
Pengumpulan pendapat awal telah menempatkan Morales dan Gerakan Menuju Sosialisme dalam kedudukan seimbang dengan dua tokoh lainnya, yaitu pemimpin sayap tengah dan kanan serta pemimpin mayoritas perkotaan, [[Jorge Quiroga]] dan [[Samuel Doria Medina]], dengan sedikit saja angka perbedaan. Semua ini menunjukkan betapa sulitnya menerka hasil pemilu presiden Bolivia 2005 ini.
Pada [[21 Agustus]] 2005,
Pada [[4 Desember]] 2005, Morales terus-menerus unggul di berbagai poling dengan sekitar 32% suara. Ada lebih dari 100.000 hakim pemilu yang telah disumpah sementara negara ini mempersiapkan diri untuk mengadakan pemilu pada [[18 Desember]] 2005. Kandidat yang kedua, 'Tuto' Quiroga, dari Partai PODEMOS, mendapatkan sekitar 27% suara, sementara Samuel Doria Medina hanya memperoleh kurang dari 15% suara. Semua partai ini menjanjikan solidaritas nasional, nasionalisasi (dalam berbagai tingkatannya) terhadap hidro-karbon, dan kekayaan rakyat
|