Hormatilah ayahmu dan ibumu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 1:
{{Serial Sepuluh Perintah Allah}}
"'''Hormatilah ayahmu dan ibumu'''", atau "'''Hormatilah ibu bapamu'''",
== Perjanjian Baru ==
[[
Dalam Injil, [[Yesus]] menegaskan arti penting menghormati ayah dan ibu sendiri (Matius 15:1–9, Matius 19:17–19, Markus 10:17–19, Lukas 18:18–21). [[Rasul Paulus]] mengutip perintah ini dalam suratnya kepada jemaat di Efesus:
{{quote|Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu--ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.| Efesus 6:1–2, lihat pula Kolose 3:20}}
Baris 26:
{{see also|Kasih (kebajikan)|Teologi moral Katolik|Sepuluh Perintah Allah dalam teologi Katolik}}
[[Paus Benediktus XVI]] menyatakan bahwa Rabi [[Jacob Neusner]] "secara tepat memandang perintah ini sebagai penahan jantung tatanan sosial". Perintah keempat memperkuat hubungan antargenerasi, menjalin hubungan yang jelas antara tatanan keluarga dan stabilitas sosial, serta mengungkapkan bahwa keluarga "dikehendaki sekaligus dilindungi oleh Allah."<ref>Benedict XVI, p. 113</ref> ''[[Katekismus Gereja Katolik]]'' (KGK) 2197 secara jelas menyatakannya kalau perintah untuk menghormati ayah dan ibu sendiri mengungkapkan "tata [[kasih (kebajikan)|cinta kasih]]" yang dikehendaki oleh Allah – pertama-tama Allah, kemudian orang tua, lalu orang-orang lainnya.<ref name="cat2197"/> KGK 2200 menyebutkan bahwa memelihara perintah untuk menghormati orang tua sendiri mendatangkan pahala atau ganjaran rohani maupun jasmani, sebaliknya, kegagalan untuk melakukannya mendatangkan kerugian pada individu itu sendiri serta masyarakat.<ref name="cat2197"/>
Karena cinta tanpa syarat orang tua bagi anak-anak mereka mencerminkan [[kasih Allah]], dan karena mereka memiliki suatu tugas untuk meneruskan [[iman dalam Kekristenan|iman]] kepada anak-anak mereka, KGK menyebut keluarga sebagai suatu "gereja domestik" ("gereja rumah tangga"), suatu "komunitas istimewa" dan "sel awal mula kehidupan sosial".<ref name="Kreeft219"/>
|