Nyai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 16:
Oleh [[Pramoedya Ananta Toer]], cerita tentang seorang nyai diangkat lewat tokoh Nyai Ontosoroh dalam roman ''[[Bumi Manusia]]''. Pram menggambarkan, Ontosoroh tidak sekadar nyai yang hanya menjadi objek seksual dan prestise sosial tuan kolonial. Nyai Ontosoroh menghadirkan dirinya tidak lagi sekadar gundik, piaraan, dan pajangan tuannya. Begitu pun tabiat suka serong yang dilekatkan pada nyai dibantah Ontosoroh, ia tidak genit saat menerima tamu lelaki. Ontosoroh menjelmakan dirinya menjadi sosok nyai yang berbeda. Ia merupakan harmonisasi dari paras dan rupa Timur yang elok dengan keuletan, keberanian, dan kepintaran seorang perempuan Eropa. Di titik inilah Ontosoroh menjelmakan dirinya sebagai bagian dari politik narasi kebangsaan. Ia hadir, mengiringi sekaligus mengambil bagian di dalam pergulatan kebangsaan sepanjang awal sampai pertengahan abad ke-19, masa awal [[kebangkitan nasional]].
Cerita tentang seorang nyai diangkat juga dalam ''[[Cerita Nyai Sarikem]]'' ([[1900]]), ''[[Nyai Isah]]'' ([[1903]]), ''[[Nyai Permana]]'' ([[1912]])
== Pranala luar ==
|