Kedaulatan Parlemen: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Harrison2016 (bicara | kontrib)
Dibuat dengan menerjemahkan halaman "Parliamentary sovereignty"
 
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 1:
'''Kedaulatan parlemen''' (juga disebut '''supremasi parlemen''' atau '''supremasi legislatif''') adalah sebuah konsep dalam [[Hukum konstitusional|hukum konstitusi]] dari beberapa [[Demokrasi perwakilan|parlemen negara-negara demokrasi]]. Hal ini menyatakan bahwa [[Legislatif|badan legislatif]] memiliki [[ kedaulatan]] mutlak, dan adalah yang tertinggi atas semua lembaga pemerintah lainnya, termasuk [[eksekutif]] atau [[Kehakiman|yudikatif]]. Hal ini juga menyatakan bahwa badan legislatif dapat mengubah atau mencabut semua undang-undang sebelumnya, dan karena itu tidak terikat oleh hukum tertulis (dalam beberapa kasus, bahkan [[konstitusi]]) atau preseden.
 
Kedaulatan parlemen mungkin kontras dengan [[pemisahan kekuasaan]], yang membatasi legislatif di lingkup pembuatan undang-undang, dan evaluasi yudisial, di mana undang-undang yang disahkan oleh badan legislatif dapat dinyatakan tidak sah dalam keadaan tertentu.
Baris 8:
 
=== Sejarah ===
{{Quote|Parliament means, in the mouth of a lawyer (though the word has often a different sense in conversation) The King, the House of Lords, and the House of Commons: these three bodies acting together may be aptly described as the "King in Parliament", and constitute Parliament. The principle of Parliamentary sovereignty means neither more nor less than this, namely that Parliament thus defined has, under the English constitution, the right to make or unmake any law whatever: and, further, that no person or body is recognised by the law of England as having a right to override or set aside the legislation of Parliament.|[[Albert Dicey|A.V. Dicey]] ''Introduction to the Study of the Law of the Constitution'' (1885)|text=Parliament means, in the mouth of a lawyer (though the word has often a different sense in conversation) The King, the House of Lords, and the House of Commons: these three bodies acting together may be aptly described as the "King in Parliament", and constitute Parliament. The principle of Parliamentary sovereignty means neither more nor less than this, namely that Parliament thus defined has, under the English constitution, the right to make or unmake any law whatever: and, further, that no person or body is recognised by the law of England as having a right to override or set aside the legislation of Parliament.|sign=[[Albert Dicey|A.V. Dicey]] ''Introduction to the Study of the Law of the Constitution'' (1885)}}Selama abad ke-17 di Inggris, sebuah gagasan yang dikembangkan [[Parlemen Inggris|Parlemen]] (terdiri dari [[Dewan Bangsawan Britania Raya|House of Lords]] dan [[House of Commons]]) yang dibagi dalam kedaulatan Raja, didasarkan pada yang pengertian yang salah mengenai sejarah parlemen.<ref>Pocock, J.G.A The ''Ancient Constitution and the Feudal Law'' [//en.wiki-indonesia.club/wiki/Cambridge_University_Press Cambridge University Press] (1987) pp234-235</ref> Hal itu tidak diubah sampai Penobatan Sumpah dalam Coronation Oath Act 1688 sebagai bagian dari [[Revolusi Agung]]. Di mana Parlemen yang diakui sebagai bagian dari struktur konstitusional, dengan undang-undang yang dianggap berasal dari Parlemen dan bukan hanya dari Raja.<ref>Harris, Tim ''Revolution: The Great Crisis of the British Monarchy 1685–1720'' [//en.wiki-indonesia.club/wiki/Allen_Lane Allen Lane] (2006) p349</ref><ref>{{Cite web|url=http://www.parliament.uk/about/living-heritage/evolutionofparliament/parliamentaryauthority/revolution/overview/billofrights/|title=The Convention and Bill of Rights|publisher=UK Parliament|access-date=2 November 2014}}</ref> The [[Undang-Undang Hak Asasi 1689|Bill of Rights 1689]] dan Claim of RIght Act 1689 yang diloloskan tahun berikutnya yang menegaskan hak-hak tertentu dari Parlemen Inggris (yang pada waktu itu termasuk Wales) dan Skotlandia dan membatasi kekuasaan [[Penguasa monarki|raja]].<ref>{{Cite web|url=http://www.bl.uk/magna-carta/articles/britains-unwritten-constitution|title=Britain's unwritten constitution|publisher=British Library|access-date=27 November 2015|quote=The key landmark is the Bill of Rights (1689), which established the supremacy of Parliament over the Crown following the forcible replacement of King James II (r.1685–88) by William III (r.1689–1702) and Mary (r.1689–94) in the Glorious Revolution (1688).}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://www.ait.org.tw/infousa/zhtw/DOCS/Demopaper/dmpaper2.html|title=Constitutionalism: America & Beyond|publisher=Bureau of International Information Programs (IIP), U.S. Department of State|access-date=30 October 2014|quote=The earliest, and perhaps greatest, victory for liberalism was achieved in England. The rising commercial class that had supported the Tudor monarchy in the 16th century led the revolutionary battle in the 17th, and succeeded in establishing the supremacy of Parliament and, eventually, of the House of Commons. What emerged as the distinctive feature of modern constitutionalism was not the insistence on the idea that the king is subject to law but the establishment of effective means of political control whereby the rule of law might be enforced. Modern constitutionalism was born with the political requirement that representative government depended upon the consent of citizen subjects.... However, as can be seen through provisions in the [[1689 Bill of Rights]], the [[English Revolution]] was fought not just to protect the rights of property (in the narrow sense) but to establish those liberties which liberals believed essential to human dignity and moral worth. The "rights of man" enumerated in the English Bill of Rights gradually were proclaimed beyond the boundaries of England, notably in the [[American Declaration of Independence]] of 1776 and in the [[French Declaration of the Rights of Man]] in 1789.}}</ref> Selain itu, pada tahun 1698 parlemen menciptakan Daftar Sipil, sebuah pengaturan keuangan yang membuat raja bergantung pada parlemen untuk pemasukkan.<ref>{{Cite web|url=http://www.parliament.uk/about/living-heritage/evolutionofparliament/parliamentaryauthority/revolution/overview/financialrevolution/|title=The Financial Revolution|publisher=Parliament of the United Kingdom|access-date=14 March 2015}}</ref><ref>{{Cite web|url=http://www.nationalarchives.gov.uk/pathways/citizenship/rise_parliament/making_history_rise.htm|title=Rise of Parliament|publisher=The National Archives|access-date=2010-08-22}}</ref>
 
Setelah 1689 supermasi parlemen Inggris menjadi jelas dalam hubungan Parlemen Inggris untuk orang-orang Skotlandia dan Irlandia. The [[Undang-Undang Pemukiman 1701|Act of Settlement 1701]] membuat praduga atas Skotlandia: Skotlandia membalas dengan [[Undang-Undang Keamanan 1704|Tindakan Keamanan 1704]], yang dilawan oleh Alien Act 1705: masalah itu diselesaikan oleh Uni parlemen Inggris dan Skotlandia pada tahun 1707 yang dibuat adalah sebuah parlemen Inggris yang baru, meskipun "pada dasarnya itu hanya perpanjangan dari Parlemen Inggris".<ref>Harris, Tim ''Revolution: The Great Crisis of the British Monarchy 1685–1720'' Allen Lane (2006) p498</ref> Hal ini diperdebatkan apakah konsep supremasi parlemen muncul dari Acts of Union 1707 atau doktrin yang berkembang sesudahnya.<ref>Alder, John ''Constitutional and Administrative Law'' 7th edition [//en.wiki-indonesia.club/wiki/Palgrave_Macmillan Palgrave Macmillan] (2009) p167</ref> Otonomi Parlemen Irlandia juga mendapat serangan dan Deklaratoir Bertindak 1720 membuat Parlemen Irlandia dikuasai oleh Parlemen Inggris. Yang disebut Konstitusi 1782 menghapus Supremasi Parlemen Inggris atas Irlandia untuk waktu yang singkat tapi kemudian parlemen Irlandia bergabung dengan Inggris dalam Acts of Union 1800.
 
Doktrin supremasi parlemen dapat diringkas dalam tiga poin:
Baris 20:
Gagasan kedaulatan parlemen mulai ditantang dengan [[Parliament Acts 1911 and 1949|Undang - Undang Parlemen 1911]] yang mengubah sifat dari apa yang dimaksudkan oleh parlemen, seperti Dicey menyesalkan dalam Pengantar untuk edisi ke-8 nya ''Pengantar Studi Hukum Konstitusi'' (1915), tetapi yang dala, kenyataannya sekarang [[Kabinet Britania Raya|Kabinet]] dan [[partai politik]] yang berkuasa (pp lxxii–lxxiv), dalam undang-undang parlemen masih berdaulat meskipun bahwa "berbagi kedaulatan" dari Commons memiliki peningkatan (p xlii).
 
Hukum Eropa tidak mengakui konsep supremasi parlemen Inggris.<ref>Alder, John ''Constitutional and Administrative Law'' 7th edition Palgrave Macmillan (2009) p173</ref> pengadilan Inggris saat ini mengakui [[Supremacy (European Union law)|supremasi hukum Uni eropa]] pada bidang di mana Uni Eropa dapat membuat undang-undang.<ref>Berry, Elspeth and Hargreaves, Sylvia ''European Union law'' Oxford University Press 2nd edition (2007) p39 "The national courts are therefore obliged to give effect to those Treaty obligations, even if this means disapplying national law."</ref><ref>Turpin, Colin & Tomkins, Adam ''British government and the constitution: text and materials'' Cambridge University Press (2007) p 335</ref> Namun, konsep supremasi ini berasal dari Masyarakat Eropa Act tahun 1972 dan penerusnya, yang secara teori dapat dicabut oleh parlemen mendatang. Tidak ada negara berdaulat yang pernah menarik diri [[Withdrawal from the European Union| dari Uni Eropa]] (kecuali untuk penarikan dari  [[Departemen (pembagian negara)|''Départments'']] [[Afrika Utara]] dari [[Perancis]] pada Kemerdekaan untuk menjadi [[Aljazair]], dan juga dari [[Greenland]] oleh Plebisit), tapi karena bagian dari [[Perjanjian Lisboa (2007)|Perjanjian Lisboa]] pada tahun 2009, sekarang ada  proses untuk menarik diri. 23 Juni 2016, mayoritas rakyat Inggris memilih untuk meninggalkan [[Uni Eropa]].
 
=== Skotlandia dan Acts of Union ===
Baris 34:
== Referensi ==
{{Reflist|30em}}
 
[[Kategori:Istilah ilmu politik]]
[[Kategori:Politik di Britania Raya]]