Pengelolaan sampah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
Mouche (bicara | kontrib)
Baris 43:
 
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain. Daur ulang melalui cara perlakuan panas bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau pemanas, sampai penggunaannya untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. [[Pirolisis]] dan [[gasifikasi]] adalah dua bentuk perlakuan panas yang saling terkait, ketika sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan anaerobik. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup pada [[tekanan]] tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat padat, gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan [[gasifikasi busur plasma]] yang canggih digunakan untuk mengkonversi material organik langsung menjadi [[gas sintetis]] (campuran antara [[karbon monoksida]] dan [[hidrogen]]). Gas ini kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.
 
=== Teknologi hidrotermal ===
Sistem hidrotermal berbeda dengan insinerator yang prosesnya membutuhkan insinerasi atau pembakaran. Hidrotermal singkatnya adalah memasak sampah menggunakan air dalam suhu tinggi.
 
Hidrotermal tidak akan mengeluarkan emisi gas karena prosesnya adalah pemasakan. Itu tidak seperti insinerator yang emisinya terhitung banyak yakni karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), hidro karbon (HC), CxHy, dioksin (PCDD, polychlorinated dibenzodioxins), dan furan (PCDF, polychlorinated dibenzofurans).
 
Hidrotermal tidak membutuhkan pemilahan seperti halnya biodigester. Sampah organik maupun anorganik semuanya bisa diproses. ‎Residu hidrotermal pun hanya larutan klorida (Cl), sisa memasak. Hasil akhir berupa padatannya, bisa digunakan sebagai bahan bakar pengganti briket batu bara di industri-industri.
 
Pada dasarnya pengolahan sampah dengan teknologi hidrotermal ini menggunakan temperatur tertentu dengan tekanan yang tinggi. Dengan menggunakan boiler/mesin uap akan dihasilkan uap bertekanan tinggi dengan temperatur yang cukup tinggi sehingga pengolahan hidrotermal dapat dilakukan. Pengolahan secara hidrotermal cocok di lakukan pada kondisi sampah yang tercampur seperti di Indonesia pada umumnya yang belum secara efektif menerapkan pemilahan sampah secara baik dan benar. Sampah basah maupun kering dapat disatukan dalam prosesnya tanpa menurunkan efektifitas kinerja dari alat ini sendiri.
 
Ketika sampah tercampur masuk kedalam sistem, diawal proses akan ada pemilahan untuk sampah yang tidak terbakar, seperti kaca dan besi. Hal ini dilakukan karena akan mempengaruhi kualitas produk yang akan dihasilkan setelah proses. Di dalam reaktor hidrotermal, terjadi proses penghancuran dan pemampatan sampah dengan tekanan uap panas yang dihasilkan oleh boiler / mesin ketel uap (suhu diatas 200degC dan tekanan diatas 20 bar).
 
Produk yang dihasilkan setelah proses di dalam reaktor hidrotermal selama kurang lebih 30 menit, berupa padatan hitam yang apabila setelah dikeringkan memiliki nilai kalori hampir serupa dengan batubara. Secara sederhananya, proses hidrotermal mempersingkat waktu pembentukan batu bara yang pada umumnya ribuan tahun secara natural, dengan bantuan panas dan tekanan tinggi akan menjadikannya hanya dalam waktu yang singkat.
 
== Metode pencegahan dan pengurangan ==