Paulus Hendrikus Janssen: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 21:
|religion = [[Katolik Roma]]
}}
'''Paulus Hendrikus Janssen''' ({{lahirmati|[[Venlo]], [[Belanda]]|29|1|1922|[[Malang]]|20|4|2017}})<ref name=":0">[http://radarmalang.jawapos.com/read/2017/04/21/3826/romo-pencinta-kaum-papa-itu-berpulang Romo Pencinta Kaum Papa Itu Berpulang] - Jawa Pos</ref> adalah tokoh [[Kemanusiaan]] [[Indonesia]] dan tokoh pendidikan di Indonesia <ref>[http://cmglobal.org/en/2017/05/01/east-java-catholics-mourn-father-paul-hendrikus-janssen/ "East Java Catholics mourn Father Paul Hendrikus Janssen"] - '''CM Global''' ''(Situs resmi Kongregasi CM Internasional)''</ref>. Orang mengenalnya sebagai "Romo Janssen"<ref name=":4">Y.Sugiono Setiadi (2008), [http://yssetiadi.blogspot.co.id/2008/04/siapa-romo-prof-dr-paulus-henricus.html Siapa Romo Prof Dr Paulus Henricus Janssen CM?]
Romo Janssen pun telah identik dan terukir sebagai : "Romo pecinta Kaum Papa."<ref name=":0" /> dan “Bapak Para Penyandang Disabilitas, Miskin dan Terlantar di Indonesia” <ref name=":2">Rafael Isharianto,
Romo Paul Janssen resmi menjadi warga Negara Indonesia pada tahun 1989.
Baris 96:
Pencapaian jumlah penyandang disabilitas yang besar ini didorong oleh semangat Romo Janssen sendiri yang setiap hari tak pernah berhenti membimbing para Pekerja Sosial, relawan, Guru dan para Kader. Para suster dari ALMA menyebutkan bahwa beliau masih mengajar dan membimbing dalam kondisi sakit. Pencapaian jumlah penyandang disabilitas yang besar ini juga tercapai berkat didikan Romo Janssen dalam mengembangkan para pekerja sosial, Suster dan relawan dari seluruh Indonesia di Malang yang kemudian kembali ke daerahnya masing-masing untuk mengembangkan pelayanan rehabilitasi bagi penyandang disabilitas. Hingga saat ini tercatat kurang 2500 pekerja sosial aktif serta lebih dari 1000 relawan di seluruh Indonesia yang bekerja di bawah payung koordinasi Yayasan Bhakti Luhur.<ref>Data Statistik, (2016), Booklet Yayasan Bhakti Luhur, Malang</ref>
''"..Pengembangan Masyarakat dilakukan dengan kunjungan rumah ''(Outreach)'', RBM, penanganan di Wisma'' <ref>Vivian Velema
''"...dan, ide Romo Janssen yang paling cerdas adalah membuat istilah RBM yang dalam Bahasa Inggris disebut "CBR" (Community Based Rehabilitation) oleh World Health Organization, kemudian disederhanakan menjadi "Cari Bina Rawat" (CBR), untuk memudahkan eksplorasi penyandang disabilitas di masyarakat, yang disembunyikan oleh keluarga karena aib, yang sangat terpencil dalam jangkauan operasional kunjungan dsb". Istilah tersebut kemudian diintegrasikan dalam bimbingan dan pembiasaan-pembiasaan perilaku pelayanan hingga para pekerja sosial di Indonesia menjadi biasa dan perlahan-lahan memahami konsep RBM itu sendiri sebagai "praxis Bhakti" dan sebagai strategi untuk menangani dan memberdayakan para Penyandang Disabilitas''". <ref name=":7">
Semua pencapaian yang besar ini kemudian dihargai oleh Pemerintah Indonesia dengan penghargaan Kehormatan Satya Lencana Kebaktian Sosial dari Presiden Republik Indonesia pada tahun 2006.
Baris 106:
== Kontribusi dalam pengentasan Kemiskinan dalam rehabilitasi Penyandang Disabilitas ==
Romo Janssen pun mendorong Bhakti Luhur dalam pergerakannya untuk mewujudkan inklusi sosial ekonomi bagi Remaja Berkebutuhan Khusus (RBK) di masyarakat melalui RBM. Ide cerdas pun mengalir dari beliau atas dorongan Stichting Liliane Fonds yang hadir di Indonesia untuk bantuan penyandang disabilitas bagi LSM-LSM di Indonesia. Bagi Penyandang Disabilitas yang berat, orang tuanya diberdayakan secara ekonomi dengan melihat kemampuan dan potensi dari segi terapeutik, dan adaptasi lingkungan dan ekonomi. Namun jika anak tersebut nantinya dapat mandiri tanpa bantuan orang lain, maka program pemberdayaan dipersiapkan untuk kemandirian anak tersebut. Maka dilakukanlah Proyek Membangkitkan Penghasilan atau ''Income Generating Project'' bagi keluarga-keluarga miskin yang memiliki anak berkebutuhan khusus. beberapa keluarga di Jawa Timur dimana sentra Bhakti Luhur aktif, pelayanan rehabilitasi serta pemberdayaan sosial ekonomi dengan IGP tersebut dijalankan dalam bentuk-bentuk seperti Usaha Kios, Mlijo, Bakso dan sebagainya sesuai potensi dan minat keluarga. Namun tetap di bawah bimbingan dan pengawasan Romo Janssen sendiri.<ref name=":5">
''"Kombinasi Income Generating Project dengan Penanganan Rehabilitasi di lingkungan penyandang disabilitas merupakan lompatan Romo Janssen yang terakhir untuk mewujudkan Inklusi Sosial bagi penyandang disabilitas agar para orang tua dapat mencapai keterlibatan dalam RBM sebagai cita-citanya sendiri. Hasilnya pun menuai tanggapan positif dari keluarga-keluarga di Jawa Timur. Ini tentunya dilakukan dengan melihat apa yang anak tersebut dapat melakukan (Can Do) dan tidak hanya melihat apa yang anak tersebut tidak bisa melakukannya (Cannot Do). Ini adalah strategi kemandirian orang tua sebagai bagian dari upaya strategi struktural RBM Bhakti Luhur yang didesain bersama dengan beliau dan rekan-rekan pengembang rehabilitasi dari Liliane Fonds"''.<ref name=":5" />
Baris 113:
Gagasan ini diwujudkan dalam bentuk-bentuk wisma dimana para penyandang disabilitas tinggal dan memperoleh kasih sayang, terlebih mereka yang miskin dan tidak punya siapa-siapa. Romo Janssen sendiri membentuk karakter wisma-wisma dan '''tidak menyebutnya sebagai panti asuhan'''. Berbasis pada ide tentang bagaimana satu kultur terbentuk, Romo Janssen membentuk wisma yang bersifat "homey" layaknya sebuah keluarga. Para perawat atau pekerja sosial yang tinggal disitu diberi tanggung jawab untuk satu atau lebih anak-anak berkebutuhan khusus dengan menjadi Ibu atau bapak bagi mereka. Dengan tanggung jawab tersebut standar Prosedur pelayanan pun berlaku dengan menerapkan unsur-unsur terapeutik bagi anak-anak berkebutuhan khusus dengan latihan setiap hari.<ref name=":7" /> Suasana wisma pun terbentuk perlahan-lahan dan menyebar ke daerah-daerah dengan penerapan kultur wisma yang berbasis pada kasih sayang tanpa adanya diskriminasi SARA. Berbasis pada pola "causes of Society", dalam Wisma-wisma pun diterapkan kebiasaan-kebiasaan dan tata tertib yang kemudian menjadi satu karakteristik tersendiri yang khas dengan istilah "pelayanan Bhakti".<ref name=":6" />
''"....dan mereka (para perawat dan suster) dipanggil sebagai Ibu atau Mama sehingga muncul interaksi kasih sayang, hubungan batin secara psikologis,serta timbulnya interaksi persaudaraan antar anak yang satu dengan anak yang lain, meskipun kondisi dan keterbatasan mereka berbeda-beda. Inilah cinta kasih, inilah dunia baru yang dimaksudkan...dan Bhakti Luhur membangun itu”.''<ref>Paul Janssen,
==Referensi==
|