H.J. de Graaf: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: penggantian teks otomatis (-karir, +karier)
Baris 17:
De Graaf lahir di [[Rotterdam]], Belanda, pada 2 Desember 1899, dan di sana dia juga bersekolah. Pada tahun 1919, ia melanjutkan ke [[Universitas Leiden]] untuk belajar sejarah. Sejarawan dan orientalis [[Johan Huizinga]], adalah salah seorang di antara [[profesor]] di sana. Pada tahun 1926, ia bekerja pada [[Hindia Belanda|Pemerintah Hindia Belanda]] (sekarang [[Indonesia]]). Saat berlayar ke [[Batavia]], dia membaca tentang sejarah Indonesia, sehingga memicu minatnya untuk kali pertama. Dia ditempatkan di [[Kota Surabaya|Surabaya]] untuk menjadi seorang guru sejarah di ''[[Hogereburgerschool|Hogere Burgerschool]]'' (HBS, Sekolah Menengah Rakyat) selama satu tahun. Kemudian ia pindah ke Batavia, pertama untuk bekerja di kota, lalu museum, perpustakaan, dan kemudian di Inspektorat Sekolah Menengah. Sewaktu di Batavia, ia bertemu profesor Jawa [[Poerbatjaraka]], yang kemudian memberinya pelajaran mingguan dalam [[bahasa Jawa]] dan [[budaya]]. Dia mulai serius mendalami aspek ilmiah di saat masih bekerja di Inspektorat. Artikel ilmiah pertama diterbitkan pada tahun 1929. Di tahun yang sama, ia menikahi  seorang guru sekolah, Carolinia Johanna Mekkink.{{Sfn|Ricklefs|1985}}
 
=== KarirKarier akademik di Indonesia ===
Pada tahun 1931 ia meninggalkan layanan sipilnya dan menjadi kepala sekolah di [[Kota Malang|Malang]], dan kemudian [[Kota Probolinggo]]. Pada tahun 1935 ia kembali ke [[Leiden]] untuk meraih gelar doktor. Supervisornya adalah H. T. Colenbrander, yang karya-karyanya  awalnya memicu minatnya dalam sejarah Indonesia. Disertasinya tentang pembunuhan Kapten François Tack di istana [[Kesultanan Mataram|Mataram]] pada tahun 1686 merupakan "tengara dalam studi sejarah Jawa",{{Sfn|Ricklefs|1985}} menurut [[Merle Ricklefs|M. C. Ricklefs]]. Berbeda dari sejarahwan yang telah mempelajari sejarah Jawa sebelum dia, de Graaf menggabungkan sumber-sumber Jawa dan sumber-sumber Eropa serta metode sejarah.{{Sfn|Ricklefs|1985}}
 
Baris 28:
Kekecewaan ini, serta khawatir akan  keselamatan isterinya yang mengajar sebagai orang asing di Indonesia, dan frustrasi atas tidak diangkatnya dia menjadi profesor—dia pikir ini dijanjikan untuknya—membuatnya memtuskan untuk meninggalkan Indonesia selamanya pada tahun 1950.{{Sfn|Ricklefs|1985}}
 
=== KarirKarier di Belanda ===
De Graaf berangkat ke Belanda pada tahun 1950, dan pada tahun 1953 ia menjadi ''privaat docent'' di Leiden untuk pengajaran sejarah Indonesia. Kuliah perdananya tentang ''[[Babad Tanah Jawi]]'' memicu perselisihan akademik dengan C. C. Berg. Pada tahun 1955, Berg mengatakan bahwa de Graaf bergantung terlalu naif dengan sumber-sumber dari Jawa, yang membawanya menerima historisitas [[Sutawijaya]]—pendiri Mataram dan kakek [[Sultan Agung dari Mataram|Sultan Agung]], yang juga dikenal sebagai Panembahan Senapati, sedangkan Berg percaya bahwa ia adalah mitos yang diciptakan untuk meningkatkan legitimasi Sultan Agung, bahwa Sultan Agung adalah pendiri sebenarnya. De Graaf, melalui tulisan yang disusun tahun 1956 menjawab, di mana ia membantah—dengan dukungan dari sumber-sumber Eropa—Tesis Berg mengatakan bahwa Agung adalah pendiri Mataram. Namun tidak semua masalah diselesaikan, dan perdebatan terus memperburuk hubungan antara de Graaf dengan Berg di ranah akademis dan pribadi.{{Sfn|Ricklefs|1985}}