Sastra Pedalangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Baris 3:
[[Sastra]] pedalangan adalah rekabahasa [[dalang]] dalam pakeliran atau pergelaran [[wayang]]. Rekabahasa dalang tersebut adalah murwa atau pelungan, nyandra janturan dan pocapan, suluk , antawacana, sabetan, suara, dan tembang.
 
== Murwa ==
 
Suluk pembuka pakeliran wayang, dalam pedalangan [[Jawa Timur]] dikenal dengan istilah pelungan, di [[Jawa Tengah]] dikenal dengan istilah ilahengan, dan di [[Jawa Barat]] dikenal dengan istilah murwa. Di bawah ini adalah contoh murwa pendek:
Baris 22:
:Wayang tunggal
 
== Nyandra ==
 
Nyandra adalah deskripsi adegan dengan menggunakan bahasa [[prosa]] pakeliran wayang. Ada dua jenis nyandra, yaitu janturan dan pocapan. Janturan adalah nyandra yang diiringi [[gamelan]]; sedangkan pocapan tidak diiringi gamelan. Di bawah ini adalah contoh nyandra gubahan Ki Harsono Siswocarito dari pedalangan Jawa Barat:
Baris 28:
:Sinareng nira kenya pertangga, watri gumanti sang hyang latri kapundut ima-ima gambura kalawan ancala. Gambura itu awal, ancala di puncak gunung, si Walangtunggal pertanda cerita bertatahkan asta gangga wira tanu patra. Asta itu tangan, gangga itu air, wira itu mumpuni, tanu itu tinta, patra itu kata.
 
:Kata dan tinta dibuat aksara wilanjana wilanjani. Wilanjana itu abjad aksara Ha, wilanjani itu abjad aksara Alip. Aksara Alip disebar di belahan Barat, menjadi aksara tiga puluh, Alip ba ta sa. Jangan menamatkan aksara Alip, bukan tempatnya meng-urusi aksara Alip. Melenyapkan aksara Alip, mengeluarkan aksara Ha. Aksara Ha disebar di belahan Timur, jatuh di taanah Jawa, dibuat aksara kalih dasa, kalih dua, dasa sepuluh, aksara dua puluh dibagi empat mazhab, yaitu:
 
:Ha na ca ra ka itu timur, da ta sa wa la itu selatan, pa da ja ya nya itu barat, ma ga ba ta nga itu utara. Ha na ca ra ka itu yang memerintah, da ta sa wa la itu yang diperintah, pa da ja ya nya itu buruk hatinya, ma ga ba ta nga itu tidak bisa disebut. Aksara sudah mati di sebelah utara.
Baris 38:
:Siapa yang menjadi raja? Sang raja duduk di kursi gading gilang kencana bermahkota binokasri bertatahkan permata. Memakai gelung gono, gelung gongsor, kelat bahu kempal dada, menyandang keris kiai Jagapati, pendok berukir ketumbar semebar, amar-amaran-nya sutra kuning, sutra putih, sutra hitam, sutra merah, dodot gresik wayang.
 
:Orang mendalang itu dora sembada, dora itu bohong, sembada itu pantas. Apa sebabnya menjadi pantas? Ada buktinya. Apa buktinya? Adanya wayang purwa. Wayang itu artinya bayangan, purwa itu permulaan. Hanya mengikuti alur terdahulu, merunut jejak lama, orang tua memulai, orang muda hanya melakukan.
 
:Hanya bedanya wayang dahulu kala diganti dengan golek. Apa artinya istilah golek, disenggol matinya tergeletak, mendongkol matanya melek. Tapi kata golek menurut bahasa Jawa artinya cari. Cari apanya, cari asal-usulnya, sebab golek itu tidak berbeda dengan manusia. Hus gegabah golek sampai disamakan dengan manusia. Bukankah golek itu kayu, diukir, dicet menjadi boneka. Kenapa boneka bisa bicara sendiri dan hidup? Golek itu usik tanpa usik, gerak tanpa gerak, karena golek dibicarakannya itu oleh dalang. Tidak merasa menjadi dalang, merasa juga mendalang, mendalangkan. Mendalangkan apa? Mendalangkan katanya. Pembaca mau mencari hiburan, lumayan daripada ngantuk.
Baris 44:
:Gunung tanpa lereng tiada kera hitamnya. Yang panjang dibuat pendek, yang pendek diputuskan, sebat kang genjotan.
 
== Pocapan ==
 
Pocapan adalah nyandra yang tidak diiringi gamelan untuk menceritakan peristiwa dalam [[adegan]]. Di bawah ini adalah contoh pocapan dalam lakon Jaya Renyuan garapan dalang Dede Amung Sutarya:
Baris 51:
:Nanging tadige manggahing nu Mahakawasa teu weleh nganter ka manusa rek hade rek goreng asal tanggel jawab dirina pribadi. Maksudna diduluran, maksadna diijabah. Ilang dua hulu sapu, janggelek dados ponggawa, anu hiji dados satria.
 
== Suluk ==
 
Suluk adalah citra bahasa [[puisi]] yang dinyanyikan oleh ki dalang dalam pakeliran wayang. Di bawah ini adalah contoh suluk dari pedalangan Jawa Barat.
Baris 64:
:Wong asih ora katara
 
== Antawacana ==
 
Antawacana adalah [[dialog]] antar-tokoh wayang. Sedangkan antawacana antara tokoh wayang dengan nayaga, wirasuara, atau jurukawih dinamakan dialog samping (aside). Antawacana biasanya disampaikan setelah pocapan. Di bawah ini contoh dialog dalam lakon Jaya Renyuan garapan dalang Dede Amung Sutarya:
Baris 82:
:KRESNA: Sembah Rayi ditampi kudua panangan kiwa kalawan tengen, disimpen di luhur dina embun-embunan, di handap dina pangkonan, dicatet dina tungtung emutan anu teu keuna kuowah gingsir.
 
== Sabetan ==
 
Sabetan adalah gerak wayang yang meliputi tarian, lakuan, dan lagaan. [[Tari]] wayang adalah gerak wayang yang diiringan nyanyian dan gamelan. Lakuan adalah gerak wayang yang hanya diiringan kecrek atau [[kendang]]. Sedangkan lagaan adalah gerak wayang dalam peperangan baik dengan iringan gamelan maupun hanya diiringi kecrek dan kendang.
 
== Suara ==
 
Suara dapat berupa teriakan, jeritan, aduhan, tobatan, atau bunyi tiruan yang berupa onomatopia. Suara merupakan pelengkap sabetan lagaan. Di bawah ini adalah suara yang diambil dari lakonet Ki Harsono Siswocarito:
Baris 95:
:“Zuilah! Mampuz zemua!” + “Benal! Ayo lali, Mas!”(Jleg!)—“Brenti!”
 
== Tembang ==
 
[[Tembang]] adalah nyanyian yang dilantunkan oleh pesinden, wirasuara, atau dalang. Tembang pembuka pakeliran dilantunkan oleh [[pesinden]]. Tembang pengiring pakeliran dilantunkan oleh pesinden dan wirasuara. Tembang dalam adegan Limbukan dan Gara-gara dilantunkan oleh dalang yang berkolaborasi dengan pesinden atau bintang tamu. Di bawah ini adalh tembang pembuka dari pedalangan Jawa Barat:
Baris 111:
Sedangkan tembang berikut ini adalah yang dinyanyikan oleh dalang Dede Amung Sutarya dalam lakon Jaya Renyuan "Lagu Nu Ngusep".
 
== Mantra ==
 
[[Mantra]] atau sastra mantra pedalangan ada dua kategori. Pertama, mantra yang berupa doa ki dalang dalam penyelenggaraan pakeliran. Kedua, mantra yang berupa rapalan tokoh wayang dalam mengeluarkan kesaktiannya. Contoh pertama berupa mantra pembuka pakeliran dari Mpu Tan Akung:
Baris 124:
:Salaksa wong serah nyawa
 
== Cerita ==
 
Cerita pedalangan bersumber pada cerita pakem, carangan,gubahan,dan sempalan. Sumber cerita pakem antara lain [[Mahabarata]], [[Ramayana]], [[Serat Pustaka Rajapurwa]], [[Serat Purwakandha]] untuk wayang purwa. Sedangkan untuk wayang madya dan wayang wasana bersumber pada cerita-cerita babad. Wayang wahyu bersumber pada cerinta-cerita injil. Sumber cerita carangan adalah kreasi baru ki dalang dengan mengacu pada pakem. Cerita gubahan berupa adaptasi atau pembaharuan yang sesuai dengan zaman. Cerita sempalan merupakan kreasi murni yang mengarah kepada gaya baru dalam pedalangnan.Keanekaragaman sumber cerita sastra pedalangan menunjukan kekayaan budaya pewayangan Indonesia.