Islam dan anarkisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rachmat-bot (bicara | kontrib)
k tidy up, replaced: dimana → di mana (2), kokoh → kukuh
Thidah (bicara | kontrib)
Baris 1:
 
{{tanpa referensi|tanggal}}
 
Baris 38 ⟶ 39:
=== Islam dalam penggunaan kekerasan ===
 
Saat kaum anarkis kristen menolak sepenuhnya penggunaan kekerasan, kebanyakan kaum anarkis setuju bahwa penggunaan kekerasan dapat di benarkan sebagai pertahanan diri. Konsep kekerasan untuk pertahanan diri ini juga ditemukan pada Al-Qur’an, yang mengatakan ''“Berjuanglah“Dan perangilah di jalan Allah melawan siapa sajaorang-orang yang menindasmemerangi kamu, tapi(tetapi) janganlah kamu memulaimelampaui permusuhan.batas, Sesungguhnyakarena sesungguhnya Allah tidak mencintaimenyukai paraorang-orang penyerang”yang melampaui batas.”''. Walaupun orang-orang Muslim sering dituduh menyebarkan agamanya dengan pedang, Al-Qur’an mengajarkan bahwa seharusnya tidak ada suatu pemaksaan dalam penyebaran sebuah agama. Jelasnya, Islam tidak menyetujui penindasan. Salah satu Hadist menyatakan ''“Wahai kaumku, Allah telah melarang penindasan terhadap Nya dan terlarang juga di antara kalian semua, jadi janganlah kamu saling menindas sesama manusia”''. Hadist ini membawa beberapa kaum Muslim menolak segala bentuk penindasan, khususnya menolak penindasan dari negara secara bersama-sama. Walaupun benar, kaum Muslim terdahulu mempunyai para pemimpin, tingkah laku sehari-hari mereka berdasarkan ajaran Islam dan norma masyarakat pada saat itu, dan tak ada hukum juga institusi tanpa perintah pemimpin yang berkuasa pada zaman itu. Untuk itu, kaum Muslim percaya bahwa mereka seharusnya bertindak berdasarkan agama yang mereka anut dan bukan mengikuti hukum-hukum duniawi buatan manusia. Perdebatan kaum Muslim Anarkis bahwa apabila agama kita mengijinkan kekerasan hanya untuk mempertahankan diri, dan melarang penindasan juga pemaksaan dalam agama, kesimpulan yang paling logis adalah tanpa negara, tanpa kelas sosial, dan tanpa hirarkis.
 
== Sejarah kecenderungan anarkisme terhadap Islam ==
Baris 44 ⟶ 45:
Menurut sejarah, telah ada pergerakan anti penguasa dalam Islam, namun sejarah-sejarah tersebut tidak di dokumentasikan secara baik dan tidak membuat dampak besar pada jalan mainstream Islam.
 
Kejadian pertama yang pernah tecatat dari pergerakan anti penguasa dalam Islam adalah dimana saat telah meninggalnya Nabi Muhammad. Kaum Muslim dahulu mempunyai pendapat yang berbeda-beda tentang siapa yang harus menggantikan dia sebagai pemimpin kaum Muslim, perdebatan itu menghasilkan terpisahnya kaum [[Syi’ah]] dan [[Sunni]]. Sebenarnya disana ada tiga golongan, bagaimanapun juga, kaum [[KharijitesKhawarij]], yang melawan kedua belah pihak yang saling bertentangan itu, menyatakan bahwa setiap Muslim yang memenuhi syarat dapat menjadi Imam. Mereka mengatakan bahwa semua orang mempunyai tanggung jawab masing-masing untuk memilih kebaikan dan kejahatan dari dirinya sendiri. Mereka menentang segala penguasaan dan membesarkan hati semua umat, terutama orang miskin dan orang yang tertindas, untuk melihat perjuangan melawan ketidakadlian sebagai penyelamat diri sendiri dengat sifat ketuhanan. Ada yang harus dicatat, walaupun Kharitijes melihat semua umat yang percaya pada Allah sepenuhnya sama tanpa memandang perbedaan status sosial, namun mereka percaya bahwa orang-orang yang berbeda keyakinan dengan mereka tidak mempunyai hak yang sama, dan bahkan boleh dibunuh.
 
Ketika Sunni dan Syi’ah disibukkan dengan pengembangan pemerintahan yang berdasarkan Islam, ide-ide pembebasan dalam Islam diteruskan oleh kebanyakan kaum Sufisme, yang bertahan pada ilmu kebatinan dari Islam. Sufisme telah sangat dikenal pada zaman kerajaan Islam. Perkembangan kaum Sufi terinspirasikan dibawah filsafat ketimuran, dan anti penguasa juga ide-ide revolusionernya dapat didengar sampai sekarang. Banyak perintah Sufi dan nasihatnya menyebutkan tentang perjuangan untuk persamaan hak kaum perempuan dan keadilan sosial.