Lokomotif BB304: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rioprabowo (bicara | kontrib) |
Rioprabowo (bicara | kontrib) |
||
Baris 62:
Di dipo Tanahabang, sejak 2011 BB 304 hanya digunakan sebagai lokomotif pelangsir mengingat usianya yang sudah tua dan langkanya suku cadang, dan peran menarik [[Kereta api Langsam|KA Langsam]], [[Kereta api Patas Merak|Patas Merak]], [[Kereta api Rangkas Jaya|Rangkas Jaya]], [[Kereta api Kalimaya|Kalimaya]] dan KA [[batu bara]] digantikan oleh [[CC201|CC 201]] dan [[CC203|CC 203]] untuk kereta penumpang lokal/ekspres dan [[CC206|CC 206]] untuk kereta penumpang ekspres dan barang. Bahkan, CC 201 sudah ada yang menjadi milik dipo Tanah Abang sejak dipo ini mendapat mutasi lokomotif dari dipo Jatinegara.
Saat ini,
Sejak 2011 BB304 di Tanah Abang hanya menjadi lokomotif pelangsir di [[Stasiun Jakarta Kota|Jakarta Kota]], [[Stasiun Jakarta Gudang|Jakarta Gudang]], [[Stasiun Tanjung Priok|Tanjung Priok]], [[Stasiun Manggarai|Manggarai]], dan [[Stasiun Pasar Senen|Pasar Senen]], serta jumlah mereka tinggal sedikit, dan jarang terlihat, termasuk di dipo Tanah Abang sekali pun. Bahkan, akhirnya lokomotif yang sering terlihat langsir di Manggarai maupun yang sering membawa kereta antara dipo Jakarta Kota dan [[Pengawas Urusan Kereta]] (PUK) Manggarai adalah CC 201, CC 203, bahkan CC 204.
Penghentian operasi BB 304 dipo Tanah Abang untuk KA penumpang dan barang dilakukan karena tidak andalnya lokomotif ini, seringnya terjadi masalah dan mogok, serta keberadaan lokomotif seri CC
Saat ini, seluruh BB 304 di Jakarta sudah tidak beroperasi akibat penghapusan aktivitas pelangsiran lokomotif diesel hidraulik kelas BB
Sebenarnya, lokomotif ini tidak terlalu tua, satu generasi dengan lokomotif CC 201, namun dukungan suku cadang yang kurang, terutama untuk mesinnya yang diproduksi oleh [[MTU Friedrichshafen]] (tidak seperti mesin GE 7FDL-8 buatan [[GE Transportation]] yang sampai saat ini masih diproduksi untuk pasar internasional) membuat lokomotif ini seperti berusia tua, dan kanibalisasi sering dilakukan sehingga satu persatu lokomotif pun mati sampai hampir tidak ada yang beroperasi.
|