Langgur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 27:
Untuk membendung pesatnya perkembangan [[agama Islam]] yang mereka curigai memupuk fanatisme dan pemberontakan, Pemerintah Kolonial Belanda dengan segera mengabulkan permohonan Gereja Katolik untuk membuka misi di kepulauan Kei. Pada 01 Juli 1888, dua orang Misionaris ''jezuïeten'' ([[Yesuit]]), [[Johannes Kusters]] dan [[Johannes Booms]], tiba di Tual. Agama Islam yang sudah kuat berakar di Tual membuat usaha mereka sia-sia.
 
Setahun kemudian, Ohoingur dilanda wabah [[kolera]]. [[Johannes Kusters]], salah seorang Misionaris, datang membagi-bagikanmembagikan obat-obatan kepada penduduk Ohoingur dan akhirnya berhasil mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat mereka. Pada 1889 untuk pertama kalinya dilakukan upacara [[pembaptisan]] di Ohoingur, dan pada 1890 misi dipindahkan ke Ohoingur.
 
Perkembangan misi Katolik di Ohoingur mendapat dukungan dari D. Heyting,<ref> Aritonang, Jan Sihar, dan Steenbrink, Karel Adriaan, ''A History of Christianity in Indonesia''; Koninklijke Brill NV, Leiden, 2008.[https://books.google.co.id/books?id=r5vTAgAAQBAJ&dq=A+History+of+Christianity+in+Indonesia+langgur&q=langgur#v=snippet&q=langgur&f=false] hal.&nbsp;405</ref> Residen Ambon, dan bahkan secara langsung dikunjungi oleh penggantinya, G.W.W.C. van Hoëvell. Ketika warga Ohoingur menolak pungutan untuk ongkos [[ibadah haji]] isteri seorang kapitan Tual, mereka dibela oleh Residen. Setelah melewati perdebatan sengit, akhirnya Residen Ambon memutuskan untuk melepaskan Ohoingur dan sembilan kampung lainnya dari yurisdiksi Raja Tual, dan mengganti gelar kepala kampung Ohoingur dari ''Orangkaya'' menjadi ''Raja'' dengan status yang setara dengan Raja Tual.<ref> Aritonang, Jan Sihar, dan Steenbrink, Karel Adriaan, ''A History of Christianity in Indonesia''; Koninklijke Brill NV, Leiden, 2008.[https://books.google.co.id/books?id=r5vTAgAAQBAJ&dq=A+History+of+Christianity+in+Indonesia+langgur&q=langgur#v=snippet&q=langgur&f=false] hal.&nbsp;405</ref>