Kartini: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Igho (bicara | kontrib)
k Jawa Tengah > Hindia Belanda, sebab masa itu belum ada provinsi Jawa Tengah
Baris 32:
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang ''[[De Locomotief]]'' yang diasuh [[Pieter Brooshooft]], ia juga menerima ''leestrommel'' (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda ''De Hollandsche Lelie''. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di ''De Hollandsche Lelie''. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal [[emansipasi]] wanita, tetapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul ''[[Max Havelaar]]'' dan ''Surat-Surat Cinta'' karya [[Multatuli]], yang pada November [[1901]] sudah dibacanya dua kali. Lalu ''De Stille Kraacht'' (''Kekuatan Gaib'') karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, ''Die Waffen Nieder'' (''Letakkan Senjata''). Semuanya berbahasa Belanda.
 
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikahdijodohkan dengan bupati [[Rembang]], K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal [[12 November]] [[1903]]. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai [[Gedung Pramuka]]. [[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het gebouw van de Kartinischool geopend op 22 juli 1918 aan de Feitweg in Buitenzorg TMnr 60002657.jpg|thumb|250px|left|Sekolah Kartini (''Kartinischool''), 1918.]] Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, [[Soesalit Djojoadhiningrat]], lahir pada tanggal [[13 September]] [[1904]]. Beberapa hari kemudian, [[17 September]] [[1904]], Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, [[Kecamatan Bulu]], [[Rembang]].
 
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh [[Van Deventer#Yayasan Kartini|Yayasan Kartini]] di [[Semarang]] pada [[1912]], dan kemudian di [[Surabaya]], [[Yogyakarta]], [[Malang]], [[Madiun]], [[Cirebon]] dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "[[Sekolah Kartini]]". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga [[Van Deventer]], seorang tokoh [[Politik Etis]].